Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Working Memory Role on Gender towards Language Transfer: Study of Neurolinguistics Sofia Marwati; Gusdi Sastra
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 13 No. 2 (2019): OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : IAIN MADURA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ojbs.v13i2.2566

Abstract

Second language acquisition requires many aspects including how the working memory supports the system of the human input system. Working memory has a crucial identity in storing information for a short time. It is a limited complex ability required for holding and manipulating information in a brief period for learning, thinking, giving attention, counting, memorizing, comprehending, and problem-solving. The aims of this research are to predict the role of working memory capacity on males and females and to identify the language transfer in between. The subject of this research consisted of 14 Indonesian students (7 male 7 female) at International Islamic University Malaysia (IIUM). They are signed as postgraduate students of many different majors. Data were taken by using the reading span test of Ronnberg version. Data were analyzed by referring to Baddeley, Hitch, and Ellis. The finding of the research declares that difference gender has different working memory capacity pattern and language transfer. Gender is also a crucial factor in improving second language acquisition.
NEURO-PSIKOLINGUISTIC APPROACH IN BUIDING STUDENTS’C CHARACTER IN THE PREPUBERTAL AGE: A REFLECTION OF JAPAN’S BASIC EDUCATION SYSTEM Gusdi Sastra
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 3rd ISLA 2014
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.96 KB)

Abstract

This paper discusses the implementation of neuro-psycholinguistic in building students’ character in the prepubertal age in primary school. Psycholinguistic approach composed consists of three things, namely: comprehension, production, and bio-neurological. Reflecting the basic education learning system in Japan, it tries to explain how the Japanese government's role in building the students’ character, especially at primary school age. Various competences, cognitive, psychomotor, and affective domain, in prepubertal age are being discussed through neurolinguistic studies how Japan become a advanced country. It was built together by the three pillars to build students’ character, the government, schools, and parents. Based on psycholinguistic approach, it reveals that the Japanese character is built through a long process, especially in the prepubertal age, as this age is the rapid nerve cells in the brain work in the process of localization of various intelligence functions, especially the treatment to the children in the area of emotional intelligence of the right hemisphere of his brain, so it internalized into the character of each individual until adulthood. From the review of the theoretical and practical neuro-psycholinguistic approach to build the students’ character, proving that education plays an important role in the growth and development of children as the future generation. Indonesian language learning competence (especially "writing"  used to be called the "composing" is expected to develop language skills so that students are characterized by 4 basic competencies, i.e. reading, writing, listening, and speaking. Through these basic competencies, it is expected that the students will have core competencies and soft skills such as hardskills that reflects the attitudes, skills, and knowledge students that are interlinked subjects to each student-student in the group. In addition, through the concept of "Liderlis" (see, hear, and write), "Firalis" (think, feel, and write), and "Menudas" (read - write - smart) will produce the students with good character, that are able to translate text and experience into values ​​which will build the personality of the students. It require good cooperation between the government, teachers, and parents together in creating an educated and character of human being in Indonesia.   Keywords:  neurolinguistics, Japan’s character, prepubertal age, writing
PENDEKATAN PSIKOLOGI BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA: Sebuah Model untuk Mencerdaskan Bangsa Gusdi Sastra
International Conference on Languages and Arts Proceeding of the 1st ISLA 2012
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini membahas tentang model pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis psikologi bahasa (psikolinguistik) untuk mencerdaskan bangsa, melalui tiga tahapan proses mental, yaitu komprehensi, produksi, dan bio-neurologis. Model ini diharapkan dapat diterapkan terhadap guru dan peserta didik kelas IV sekolah dasar sampai kelas XII sekolah menengah. Penyusunan model ini melibatkan peran serta guru, pemerintah, dan orang tua, guna membangun paradigma pendidikan yang dapat mencerdaskan bangsa. Berdasarkan kajian psikologi dan neurologi bahasa, maka tersusun suatu model sederhana pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yaitu Menudas (Membaca + menulis à cerdas). Menudas ini diperoleh melalui buku-buku karya sastra Indonesia tekenal yang mendunia melalui pengaktifan area sensorik dan motorik, sehingga terjadi pencerdasan mentalistik bangsa Indonesia.
Kemampuan Verbal Penderita Auditory Agnosia Anita Anggraini; Gusdi Sastra; Al Hafiz
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v9i2.66

Abstract

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dan menjelaskan kemampuan mendengar Tifa berdasar hasil pemeriksaan oleh PT Kasoem Hearing, menggunakan Brainsteam Evoked Response Audiometry (BERA) dan Otoacoustic Emission (OAE). Menjelaskan  kemampuan verbal Tifa menggunakan teori  kesalahan fonologi oleh Blumstein digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk perubahan fonologis yang diujarkan oleh Tifa, teori pengelompokan kelas kata pada tataran morfologi,  serta untuk mengetahui  kemampuan sintaksis Tifa  menggunakan teori  yang dikemukakan Kridalaksana. Penelitian ini merupakan studi kasus pada salah satu pasien auditory agnosia Poliklinik  THT RSUP M. Djamil Padang. Metode dan teknik yang digunakan terdiri atas: metode simak untuk tahap pengumpulan data dengan teknik sadap sebagai teknik dasar dan teknik lanjutan simak libat cakap (SLC), simak bebas libat cakap (SBLC), catat, dan rekam. Metode  padan artikulatoris  untuk tahap analisis data, dan metode penyajian formal dan informal untuk tahap penyajian hasil analisis data. Sumber data dalam penelitian ini berbentuk lisan yang diambil dari ujaran penderita auditory agnosia, yaitu Tifa. Penelitian ini menemukan bahwa derajat kemampuan mendengar Tifa berada pada kategori sedang berat dengan ambang pendengaran 60—70dB. Kesalahan fonologis terdiri atas penggantian, penghilangan, penambahan, dan ketidakteraturan bunyi. Tataran kelas kata yang paling dipahami anak adalah hal-hal yang paling dekat dengannya  dan berada dekat di lingkungan sekitarnya. Kemapuan anak pada tataran kalimat, Tifa bisa melafalkan struktur kalimat lengkap, tetapi cenderung terbolakbalik antara unsur objek yang selalu mendahului predikat.
STRUKTUR TOPIK-KOMEN KALIMAT BAHASA JEPANG DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN Restu Afrilla; Muhammad Yusdi; Gusdi Sastra
Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 5, No 2 (2020): Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/linguistik.v5i2.298-316

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kaidah struktur topik-komen kalimat bahasa Jepang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian berupa data tertulis dari novel Madogiwa non Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi. Data diperoleh menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan teknik catat. Data tersebut dianalisis dengan metode padan dengan teknik referensial, bagi unsur langsung, dan translasional kemudian dengan metode agih dengan teknik lesap, dan teknik ganti dan teknik baca markah. Hasil penelitian menunjukkan kaidah struktur topik-komen kalimat bahasa jepang pada novel madogiwa no Totto-chan, topiknya dapat berupa subjek, objek langsung, objek tidak langsung, oblik, dan ajungta yang dimarkahi oleh partikel wa. Kemudian, topik juga dapat berupa argumen inti (OL/OTL) yang dikedepankan meskipun tanpa pemarkah wa dan topik juga tetap dianggap topik dalam fungsi sintaksis maupun fungsi pragmatis dalam kasus kalimat bersubjek ganda. Sedangkan komen merupakan unsur lain dalam kalimat selain topik yang dapat berupa subjek, objek, oblik, ajungta dan predikat. Berdasarkan struktur topik-komen kalimat bahasa jepang bertipologi SOV dan OSV, dan secara tipologi fungsional merupakan bahasa berpenonjol subjek dan topik.
GANGGUAN FONOLOGI PADA ANAK PENDERITA CEREBRAL PALSY TINGKAT INTELEJENSI SEDANG STUDI KASUS D.S.N Suatu Tinjauan Neuropsikolinguistik Setria Dona; Gusdi Sastra; Fajri Usman
Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 5, No 1 (2020): Linguistik : Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/linguistik.v5i1.200-209

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk - bentuk gangguan fonologi pada anak penderita cerebral palsy tingkat intelejensi sedang studi kasus D.S. N dan bentuk-bentuk distribusi konstekstual gangguan fonologi  pada anak penderita cerebral palsy tingkat intelejensi sedang studi kasus D.S. N. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan studi kasus terhadap seorang anak penderita cerebral palsy tingkat intelejensi sedang. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan menerapkan teknik rekam pada setiap tuturan yang diujarkan oleh anak penderita cerebral palsy tingkat intelenjensi sedang. Dalam mengumpulkan data, instrument yang digunakan adalah kartu gambar (Flash Cards). Setelah mengumpulkan data, tahap selanjutnya adalah mengolah data dengan mengelompokkan bentuk gangguan dengan menggunakan metode padan fonetis artikulatoris. Tahap  terakhir yang dilakukan adalah menyajikan hasil analisis data dengan metode formal dan informal.            Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ditemukan anak penderita Cerebral Palsy  tingkat intelejensi sedang mendominasi tiga buah tipe gangguan fonologi, yaitu penggantian (51,67%), peghilangan (63,33%) dan penambahan (10%). Pada penelitian ini tidak ditemukan tipe kesalahan fonologi yang keempat yaitu ketidakteraturan fonem. Dari 60 gambar yang telah disedikan ditemukan sebanyak 31 data yang mengalami pergantian fonem, 38 data penghilangan fonem dan sebanyak 6 data yang mengalami penambahan fonem. Penambahan fonem adalah bentuk kesalahan yang paling sedikit terjadi pada penderita CP tingkat intelejensi sedang. Hal ini dikarenakan penderita tidak mampu membetuk kata-kata baru dalam bertutur, ia lebih cenderung melakukan penghilangan fonem dalam bertutur. Selain itu, penderita CP dengan tingkat intelejensi sedang mampu menjawab semua gambar yang telah disediakan. Akan tetapi beberapa data harus dibantu dengan menggunakan stimulus sentuhan demi menunjang daya ingat penderita CP. Kemudian, untuk hasil distribusi kontekstual gangguan berbahasa tersebut ditemukan bahwa untuk ketiga tipe kesalahan fonologi paling dominan berada pada (# __ ) awal kata.  Untuk kesalahan penggantian fonem terjadi pada (# __ ), (V __ V ), ( __ #), (C __ C) dan (X __ X), penghilangan fonem (#__ ), (C __ C), (V __ V), dan (X __ X), penambahan fonem (# __ ), (C __ C ), dan (X __ ). Penggunaan distribusi kontekstual ini berguna untuk mengetahui tempat terjadinya bentuk kesalahan fonologi dan juga mengetahui perkembangan bahasa yang dimiliki oleh penderita CP tingkat intelejensi sedang studi kasus D.S.N.
PENERAPAN MODEL TERAPI LINGUISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PENDERITA DISARTRIA Gusdi Sastra; Noviatri Noviatri
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5266.714 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v2i2.5

Abstract

Penelitian tentang terapi linguistik sudah banyak dilakukan terhadap pasien yang menderita disartria. Disartria adalah gangguan dalam bertutur yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat yang secara langsung mengontrol aktivitas otot-otot yang berperan dalam proses tuturan dalam pembentukan suara pengucapan. Kajian ini membahas tiga isu, yakni bentuk-bentuk lingual dapat diterapkan pada penderita disartria sebelum memperoleh terapi linguistik, pengaruh-pengaruh emosional terhadap pengetahuan leksikal dan semantis dari pasien, dan capaian model terapi linguistik yang diterapkan pada pasien disartria yang kemampuan bertuturnya sudah cacat. Dalam menganalisis data, kajian ini menggunakan teori Prins (2004) dan metode Nunan (1992) yang dipadu dengan Sudaryanto (1993). Bersadarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, dan dengan menerapkan model terapi linguistik, ditemukan bahwa terdapat peningkatan berbicara pasien, hampir 40 persen dari indeks pengetahuan atau informasi lingual, 20 persen semantik, dan 40 persen perasaan. Indeks lingual sangat penting sebagai sebuah cara terapi bagi pasien yang menderita disartria. Peningkatan dalam kemampuan bertutur ini menambah rasa percaya diri bagi penderita disatria di dalam kehidupan sosial.
GANGGUAN RESEPTIF MAHASISWA DALAM MENJAWAB SOAL-SOAL LISTENING: SUATU KAJIAN NEUROPRAGMATIK Mhd. Johan; Gusdi Sastra; Ike Revita
BASIS (Bahasa dan Sastra Inggris) Vol 2 No 1 (2015): JURNAL BASIS UPB
Publisher : Universitas Putera Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penulisan tesis ini bertujuan untuk menemukan gangguan reseptif mahasiswa dalam menjawab soal-soal listening. Selanjutnya dijelaskan juga bentuk gangguan reseptif mahasiswa dan dideskripsikan perbedaan tuturan antara penutur dengan pendengar berdasarkan uji speech analyzer pada mahasiswa, serta dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pemahaman antara penutur dan pendengar. Data penelitian ini adalah tuturan lisan dan tulisan mahasiswa yang mengalami gangguan reseptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak, pada data gangguan reseptif ini digunakan teknik dasar: teknik sadap, teknik lanjutan yang terdiri dari teknik simak libat cakap (SLC), teknik rekam, teknik catat dan teknik rekam dengan speech analyzer. Untuk analisis data digunakan metode agih dilanjutkan dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung yang dilanjutkan dengan teknik lesap, teknik ganti, dan teknik ulang. Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa bentuk gangguan reseptif, perbedaan tuturan antara penutur dengan pendengar bardasarkan uji speech analyzer, dan apa penyebab perbedaan pemahaman penutur dengan pendengar dalam mendengar teks lisan. Kemudian dalam memahami makrostruktur seperti gangguan dalam mencari tema pokok suatu cerita dengan persentase berat adalah 95,2% normal adalah 4,8%. Gangguan dalam meringkas 80% (berat) dan 20% (ringan), menangkap pesan implisit 16% (berat), 63% ringan dan 21% normal. Gangguan daya ingat 56,2 (berat), 43,8% normal. Kemudian penulis juga menemukan gangguan pragmatik seperti pragmatik reseptif, gangguan dalam memaknai pesan moral 21% (berat), 37% (ringan), 42% (normal), gangguan dalam penginterpratasian humor suatu cerita, dan gangguan koherensi.
BAHASA MARAH PEREMPUAN MINANG DITINJAU DARI FUNGSI HEMISFER OTAK Gusdi Sastra
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.734 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3967

Abstract

Bahasa dalam konsep neurologis merupakan keseluruhan dari ekspresi diri seseorang ketika ia harus berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian bahasa bukan hanya sebatas verbal, nonverbal, dan kompetensi linguistik yang dimiliki oleh seorang individu saja, tetapi adalah produk reaktif dari milyaran jumlah sel-sel saraf di otak yang dipengaruhi oleh culture di mana individu tersebut berada. Bawaan genetis dan perlakuan terhadapnya membentuk kepribadian seorang individu sesuai jenis kelamin yang diciptakan olehNya, yaitu laki-laki dan perempuan. Masing-masingnya akan mengekspresikan diri dalam sistem sosial budaya. Tulisan ini membahas tentang bagaimana perempuan minang mengekspresikan diri melalui bahasa lisan yang digunakannya ketika dalam keadaan marah. Berdasarkan fungsi hemisfer otak, maka ditemukan perbedaan berbahasa seseorang, tidak saja antara jenis kelamin yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh lingkungan budaya yang membentuknya. Demikian juga dengan perempuan minang dalam berbahasa dipengaruhi oleh fungsi hemisfer otak yang membentuk kepribadiannya. Apabila fungsi emosional perempuan minang bekerja secara sempurna dengan kecerdasan yang dimilikinya--begitu sebaliknya, maka bahasa yang digunakan dalam keadaan marah dapat mencerminkan karakter dan latar sosial budaya yang membentuknya. Language in neurological concept is the whole of the expression of a person when he has to relate and communicate with others. Thus language is not merely verbal, nonverbal, and linguistic competence possessed by an individual alone, but is a reactive product of billions number of nerve cells in the brain that are affected by the culture in which the individual resides. Genetic inheritance and her treatment forming an individual's personality according sexes created by Him, ie male and female. Each will express themselves in the socio-cultural system.This paper discusses how women minang express themselves through spoken language he used when in anger. Based on the functions of the brain hemispheres, then found someone to speak differences, not only between the sexes, but also due to the cultural environment that shape it. Likewise, the Minang women in speaking affected by brain hemispheres functions that make up personality. If the emotional function of Minang women to work perfectly with its intelligence - and vice versa, the language spoken in anger can reflect the character and socio-cultural background that shape it.
Pemerolehan Kalimat Bahasa Indonesia Anak Usia 4;0–5;0 Tahun Aminah Elvina; Gusdi Sastra; Lindawati Lindawati
LINGUA : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 17 No. 2 (2020): September 2020
Publisher : Center of Language and Cultural Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30957/lingua.v17i2.659

Abstract

The purpose of this research is to describe the acquisition of Indonesian sentences for children aged 4;0-5;0 years old. Specifically, this study aims to explain the types of sentences used by children aged 4;0-5;0 years based on their syntactic form, the number of clauses, and the completeness of the elements. This research is cross-sectional research by using the observation method. The results of this research are as follow; (1) Based on the syntactic form, children aged 4;0-5;0 years use more declarative and interrogative sentences than imperative and exclamative sentences. From 400 data found 117 declarative sentences, 83 interrogative sentences, 17 imperative sentences, and 12 exclamative sentences; (2) Based on the number of clauses, children aged 4;0-5;0 years use compound sentences more than single sentences. From 400 data found 96 compound sentences and 92 single sentences; (3) Third, seen from the type of sentence based on the completeness of the elements, children aged 4;0-5;0 years old use minor sentences more than major sentences. From 400 data found 107 minor sentences and 92 major sentences. Children aged 4;0-5;0 years old already have full proficiency, are able to produce complex sentences but yet fully understand the rules of their native language, especially in the use of affixes.