Anak Agung Gede Putra Wiradnyana
Departemen/KSM Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Bali, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

SKRINING DAN DIAGNOSIS THALASEMIA DALAM KEHAMILAN Gede Putra Wiradnyana, Anak Agung
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal ditandai anemia hipokromik mikrositik dengan berbagai derajat keparahan. Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin kurang dari nilai batas bawah normal tanpa dipengaruhi oleh keadaan hidrasi. Pada pasien obstetri, anemia paling sering ditemukan karena pemeriksaan darah lengkap yang merupakan bagian dari evaluasi laboratorium rutin. Anemia hipokromik mikrositik dapat disebabkan oleh defisiensi besi atau penyebab lain seperti hemoglobinopati dan sferositosis herediter yang memiliki implikasi genetik. Implikasi genetik pada talasemia homozigot dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim.Pada talasemia defek genetik didasari terjadinya delesi total atau parsial gen globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibatnya terjadi pengurangan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin atau terbentuknya mRNA yang cacat secara fungsional.3 Keadaan ini menyebabkan ketidakseimbangan sintesis rantai globin yang mengakibatkan kerusakan sel darah merah di sumsum tulang dan perifer. Kemudian terjadi anemia berat yang akan menyebabkan peningkatan produksi eritropoetin dan ekspansi sumsum tulang yang tidak efektif, deformitas tulang, pembesaran limpa dan hati serta hambatan pertumbuhan. Pada pasien obstetri, anemia ditemukan pada saat kunjungan prenatal awal atau skrining ulang usia kehamilan 24-28 minggu.4 Kunci evaluasi anemia adalah pada mekanisme yang mendasari dan proses patologi yang terjadi, sehingga  penyebab dari anemia perlu diketahui untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang sesuai agar didapatkan  luaran kehamilan yang baik.
KADAR MATRIX METALLOPROTEINASE (MMP-7) PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KEHAMILAN PRETERM DENGAN SELAPUT KETUBAN UTUH Wiradnyana, A A G P
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan: Apakah kadar MMP-7 pada kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh. Rancangan penelitian: penelitian ini adalah penelitian cross-sectional study. Sejumlah empat puluh empat orang ibu hamil dijadikan sebagai sampel penelitian, dua puluh dua ibu dengan kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini sebagai kasus dan dua puluh dua ibu dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh sebagai kontrol. Pemilihan kelompok kasus dan kontrol ditentukan dengan cara consecutive sampling. Prosedur pengambilan sampel dengan mengambil darah vena kubiti sebanyak 5 cc, kemudian dilakukan pemeriksaan MMP-7  dengan metode ELISA yang dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Denpasar. Hasil: rerata kadar MMP-7 kelompok KPD preterm adalah 3,93±1,02 dan rerata kelompok hamil preterm normal adalah 2,13±0,51. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 7,39 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kadar MMP-7 pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p < 0,05). Simpulan: Kadar MMP-7 pada kehamilan preterm dengan ketuban pecah dini lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan preterm dengan selaput ketuban utuh. Kata kunci: MMP-7, pecah ketuban dini
SKRINING DAN DIAGNOSIS THALASEMIA DALAM KEHAMILAN Wiradnyana, A A G P
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Talasemia merupakan defek genetik yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis atau  kemampuan  produksi satu  atau  lebih rantai globin ? atau ? ataupun rantai globin lainnya sehingga terjadi delesi total atau parsial gen globin dan substitusi, delesi atau insersi nukleotida.Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis talasemia merupakan hasil kelainan mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA.Ketidakseimbangan sintesis rantai alpha atau rantai non alpha, khususnya kekurangan sintesis rantai  ? akan menyebabkan kurangnya pembentukan Hb.Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkanmaka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.Terdapat banyak varian  talasemia namun yang tersering adalah talasemia ? dan ?. Rekomendasi teknik dan metode laboratorium diagnosis talasemiadi Indonesia yaitu dilakukan pemeriksaan MCV dan MCH digunakan untuk uji saring awal. Dengan nilai batas (cut-off) yang digunakan untuk uji saring awal adalah MCV< 80 fL dan MCH < 27 pg. Pemeriksaan feritin digunakan untuk menyingkirkan diagnosis anemia defisiensi besi yang memberikan hasil positif palsu pada diagnosis talasemia. Pemeriksaan Hb typing dengan elektroforesis otomatis memberikan nilai diagnostik yang akurat dengan angka spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi.Bila tidak ada metode otomatis maka dapat digunakan metode manual kuantitatif antara lain mengukur kadar Hb A2 dengan mikrokolom kromatografi, Hb F dengan metode Betke denaturasi 2 menit serta penentuan fraksi Hb varian dengan elektroforesis cara manual. Pemeriksaan analisis DNA digunakan untuk diagnosis prenatal.Teknik dan metode uji saring talasemia di Indonesia disesuaikan dengan ketersediaan sarana, prasarana dan sumber daya manusia. Program  pencegahan  talasemia harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien talasemia di Indonesia karena dari sisi biaya pencegahan talasemia membutuhkan lebih sedikit biaya daripada  terapi  pasien  talasemia, sementara dari sisi pasien talasemia akan menyebabkan tumbuh kembang tidak optimal. Kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pencegahan talasemia diIndonesia harus meliputi kegiatan edukasi, skrining, konseling dan registrasi dengan memerhatikan faktor sosioetikolegal. Skrining dilakukan terhadap anggota keluarga pengidap talasemia (retrospektif).Skrining pranatal dilakukan terhadap ibu hamil pada saat kunjungan pertama. Skrining prakonsepsi dilakukan terhadap pasangan yang sudah menikah dan berencana mempunyai anak. Skrining pranikah dilakukan terhadap individu/pasangan yang akan menikah. Individu yang teridentifikasi talasemia (karier/intermedia/mayor) selanjutnya dirujuk ke spesialis penyakit dalam (usia> 18 tahun), spesialis anak (usia ? 18 tahun) atau spesialis obstetri ginekologi (pada ibu hamil).
Purse String Double Layer Closure in Cesarean Section (Turan Technique) : a Novel Approach to Reduce Cesarean Scar Defect : Teknik Turan (Penjahitan Dua Lapis Purse String): Pendekatan Terkini untuk Menurunkan Defek Jaringan Parut Bekas Seksio Sesarea aditya Prabawa; A A Ngurah Jayakusuma; A A Gede P. Wiradnyana
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 8 No. 2 April 2020
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.284 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v8i2.1358

Abstract

Objective : To compare cesarean scar defect incidence and other parameters between Turan technique and Conventional techniqueMethod : Literature ReviewResult : The Turan technique uses a purse-string double-layer closure method, which can shorten the incision length and reduce the incidence of postpartum cesarean scar defect that can be detected by ultrasound. Uterine incisional defects are etiologic factor of postoperative pelvic adhesion, placenta previa and accreta, uterine rupture, abnormal uterine bleeding and dysmenorrhea. This means that decrease in the incidence of uterine incisional defects is essential to prevent cesarean-related complications. In 51 patients in the study group (closure the uterine incision with Turan technique) and 65 patients in the control group collected within 6 weeks postoperative for transvaginal ultrasound, the length of the uterine incision closure in the study group shorter than control group (p= 0.0001, 95% IK = 2,854-6,876). Significantly, the number of patients with cesarean scar defect was 12 (23.5%) in the study group and 39 in the control group (76.5%) with P = 0.0001.Conclusion : Turan technique is new uterine closure method technique on CS. This technique can reduce the incidence of cesarean scar defect.Keyword : Turan Technique, Cesarean Section, uterine incision Abstrak Tujuan : Untuk membandingkan angka kejadian defek jaringan parut uterus dan parameter lain antara teknik Turan dan teknik konvensionalMetode : Kajian PustakaHasil : Teknik Turan menggunakan metode penutupan purse-string double layer, dimana dapat memperpendek insisi dan mengurangi insidensi defek jaringan parut uterus postpartum yang dapat dideteksi dengan ultrasonografi. Defek insisional uterus merupakan faktor etiologi dari adhesi pelvis paska operasi, plasenta previa dan akreta, ruptur uteri, kehamilan ektopik pada parut uterus, perdarahan uterus abnormal dan dismenore. Ini berarti penurunan kejadian defek insisional uterus sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi terkait seksio sesarea. Pada 51 pasien kelompok studi (teknik Turan) dan 65 pasien pada kelompok kontrol yang dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal 6 minggu paska operasi didapatkan data bahwa panjang insisi uterus lebih pendek pada kelompok studi (P = 0.0001, 95% IK = 2.854–6.876). Secara signifikan, jumlah pasien dengan defek parut bekas operasi (Cesarean Scar Defect) adalah 12 orang (23.5%) pada kelompok studi dan 39 orang pada kelompok kontrol (76.5%) dengan nilai P = 0.0001Kesimpulan : Teknik Turan adalah teknik baru mengenai metode penjahitan pada insisi operasi SC. Secara signifikan tehnik ini mampu menurunkan insidensi defek parut bekas operasi.Kata kunci : Teknik Turan, Seksio Sesarea, Insisi uterus
Karakteristik ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017 Luh Putu Mahatya Valdini Putri; A. A. Gede Putra Wiradnyana; I Made Darmayasa
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 2 (2019): (Available online: 1 August 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.271 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i2.257

Abstract

Background: Hyperemesis gravidarum is severe and over vomiting suffered as of early in pregnancy until 20 weeks of gestation. It may be harmful to the mother's health that can lead to weight loss of more than 5% and cause metabolic disorders. If it does not get proper treatment, it affects complications, even maternal and fetal deaths.Aim: The study aims to generalize the characteristic of pregnant patients who suffered hyperemesis gravidarum in Sanglah General Hospital.Method: This study is a cross sectional retrospective descriptive study with data retrieval on patient records for one year in 2017. This research was conducted at Space Cempaka Obstetrics and Medical Record Division Sanglah Hospital Denpasar.Result and Conclusion: pregnant women with hyperemesis gravidarum based on mother’s age is highest experienced by pregnant women in the age group 20-35 years as many as 6 people (75%). Based on maternal age, pregnant women with hyperemesis gravidarum is highest experienced by pregnant women in the first trimester as many as 5 people (62.5%). As regard with the parity,  it was highest experienced by pregnant women in the parity group nullipara as many as 4 people (50%). Moreover, maternal education is highest academic of pregnant women who have junior high and high school education, each of them as many as 3 people (37.5%). Based on the job status is highest experienced by pregnant women who work as many as 5 people (62.5%).
The characteristics of preeclampsia among patients delivered through caesarean section at Sanglah General Hospital, Denpasar, Bali in 2018 Anindita Pramanik; Ida Bagus Gede Fajar Manuaba; Anak Agung Putra Wiradnyana
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.078 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.478

Abstract

Background: Preeclampsia is an exclusive disorder in pregnancy characterised by hypertension as well as proteinuria and is the primary cause of mortality and morbidity of pregnant women. This study aims to determine the characteristics or risk factors in preeclampsia patients who delivered through caesarean section within the period of January 1st to December 31st 2018 in Sanglah General Hospital Denpasar.Methods: This study used a retrospective descriptive study design by using 34 samples of preeclampsia patients in 2018 who underwent caesarean delivery in Sanglah General Hospital Denpasar. The characteristics of these pregnant women are categorized into their age, education level, Body Mass Index (BMI), ethnicity, occupation, education level, previous history of preeclampsia, family history of preeclampsia, existing chronic hypertension, parity, number of fetus in womb, frequency of Antenatal Care (ANC), and registration method. Data were analysed by SPSS version 17 for windows.Results: The preeclampsia sufferers were dominated by the age group of 20-35 years as many as 27 people (79.4%). The highest body mass index is in the 1 obese group of 10 people (29.4%). The majority of respondents were from Bali (61.8%). Working women were predominant (67.6 %), followed by SMA education level (14.7%), existing chronic hypertension (5.9%), nulliparous (41.1%), single fetuses (94.1%), and total frequency of ANC to midwife/obstetrician consisting about 61.8%.Conclusion: It can be concluded that the majority of the patients were in the age range of 20-35 years, were Balinese and had a BMI range of Obese I. Moreover, most the preeclampsia patients in this study were working women and had an education level mostly in SMA
Tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu sebagai faktor risiko persalinan preterm spontan Tjokorda Gde Agung Suwardewa; I Nyoman Bayu Mahendra; Anak Agung Gede Putra Wiradnyana; Made Bagus Dwi Aryana; I Gde Sastra Winata; I Wayan Megadhana; Daniel Hadinata Susanto
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.161 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1268

Abstract

Introduction: Preterm delivery is still a major problem in pregnancy and causes 70% of all perinatal deaths. The immaturity of the organ systems of preterm infants increases neonatal morbidity and mortality compared to term infants. The incidence of preterm delivery at Sanglah Hospital in 2015 was 285 cases out of 1198 births or 23.7%. Inflammation is thought to be the cause of 40% cases of preterm labor and as much as 70-80% of spontaneous preterm births has a significant relationship with the incidence of infection in the vagina and cervix. The physiological immune response to inflammation is characterized by an increase in the number of circulating neutrophils and a decrease in the number of lymphocytes. There is a controversy regarding the relationship between an increase of neutrophils to lymphocytes ratio in maternal serum and the threatened preterm delivery. This study aims to determine that a high neutrophils to lymphocytes ratio in maternal blood serum is a risk factor for spontaneous preterm delivery. Method: This research was an analytic case control study with 56 samples, and divided into two groups, 28 preterm delivery samples as a case group and 28 preterm pregnancy samples as a control group. This research was conducted at the Obstetric and Gynecology Outpatient clinic as well as the delivery room at Sanglah Hospital Denpasar in the period of November 2020 to April 2021. Result: Analysis results of this study found a statistically significant difference (p = 0.003) between the case and control groups. The group of patients with high maternal neutrophil to lymphocyte serum ratio had a chance of preterm labor 5.6 times higher compared to the group of patients with low maternal neutrophil to lymphocyte serum ratio (OR = 5.6; CI 95% = 1.74-18.42; p=0.003). Conclusion: The conclusion of this study is that the high maternal neutrophils to lymphocytes serum ratio is a risk factor for 5.6 times the occurrence of spontaneous preterm labor.   Pendahuluan: Persalinan preterm masih menjadi masalah utama pada ibu hamil dan menyebabkan 70% dari seluruh kasus kematian perinatal. Imaturitas sistem organ tubuh bayi prematur meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatal dibandingkan dengan bayi lahir cukup bulan. Angka kejadian persalinan preterm di RSUP Sanglah pada tahun 2015 sebesar 285 kasus dari 1198 kelahi­ran atau sebesar 23,7%. Inflamasi diduga sebagai penyebab dari 40% kasus persalinan preterm dan sebanyak 70-80% persalinan preterm spontan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian infeksi pada vagina dan serviks. Respon imun fisiologis terhadap inflamasi ditandai oleh peningkatan jumlah neutrofil yang beredar dan penurunan jumlah limfosit. Terdapat kontroversi hubungan antara peningkatan rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu dan ancaman persalinan preterm, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko persalinan preterm spontan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 56 sampel, dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 28 sampel persalinan preterm sebagai kelompok kasus dan 28 sampel kehamilan preterm sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi serta kamar bersalin IGD RSUP Sanglah Denpasar periode November 2020 hingga April 2021. Hasil: Hasil analisis dari penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik (p = 0,003) antara kelompok kasus dan kontrol. Kelompok pasien dengan nilai rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi memiliki kemungkinan sebesar 5,6 kali mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan kelompok pasien dengan rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu yang rendah (OR = 5,6, IK 95% = 1,74-18,42, p = 0,003). Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko 5,6 kali terjadinya persalinan preterm spontan.
Rasio platelet-limfosit serum ibu pada kehamilan preterm dan kehamilan preterm dengan Ketuban Pecah Dini (KPD): suatu studi potong-lintang Tjokorda Gde Agung Suwardewa; Anak Agung Gede Putra Wiradnyana; Made Suyasa Jaya; I Nyoman Bayu Mahendra; Ryan Saktika Mulyana; Alfonso Anggriawan
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 2 (2022): (In Press : 1 August 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.602 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i2.1370

Abstract

Background: Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) is one of the obstetric problems that needs special attention, apart from the high prevalence, cases of PPROM also often cause neonatal morbidity and mortality. Inflammation is thought to be the cause of the incidence of PPROM and has a relationship with the incidence of ascending genital tract infection. The physiological immune response to inflammation is characterized by an increase in the number of circulating platelets and a decrease in the number of lymphocytes. This study aims to evaluate the high ratio of platelets to lymphocytes of maternal blood serum is a risk factor for the occurrence of preterm PROM. Methods: This study is a cross-sectional study with a sample size of 70 samples, and is divided into a risk group (preterm pregnancy with PROM) and a no-risk group (preterm pregnancy without PROM). This research was conducted in the Emergency Room maternity ward and Obstetrics and Gynecology outward patient at Sanglah Hospital Denpasar for the period December 2020 to May 2021. Data were analyzed using SPSS version 26 for Windows. Results: The results of the analysis of this study obtained a statistically significant difference (p = 0.000). The group with a high maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio had a higher risk of developing preterm PROM compared to the group with a low maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio (PR = 2.4, 95% CI = 1.60-3.69, p = 0.000). Conclusion: The conclusion of this study is the high maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio is a risk factor for the occurrence of preterm PROM.   Latar Belakang: Ketuban pecah dini (KPD) preterm merupakan salah satu masalah obstetri yang perlu mendapat perhatian khusus, selain karena prevalensi yang besar, kasus KPD preterm juga sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas neonatus. Inflamasi diduga sebagai penyebab dari kejadian KPD preterm dan mempunyai hubungan dengan kejadian infeksi ascending traktus genital. Respon imun fisiologis terhadap inflamasi ditandai oleh peningkatan jumlah platelet yang beredar dan penurunan jumlah limfosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa tingginya rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko terjadinya KPD preterm. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 70 sampel, dan terbagi menjadi kelompok berisiko (kehamilan preterm dengan KPD) dan kelompok tanpa risiko (kehamilan preterm tanpa KPD). Penelitian ini dilakukan di kamar bersalin IGD serta Poli Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar periode Desember 2020 hingga Mei 2021. Data dianalisis dengan SPSS versi 26 untuk Windows. Hasil: Hasil analisis dari penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,000). Kelompok dengan nilai rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi memiliki risiko mengalami kejadian KPD preterm dibandingkan dengan kelompok dengan rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang rendah (PR = 2,4, IK 95% = 1,60-3,69, p = 0,000). Kesimpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya kejadian KPD preterm.
The successful pregnancy in patient with Wolff-Parkinson-White syndrome type B Nicholas Renata Lazarosony; Anak Agung Putra Wiradnyana
Indonesian Journal of Perinatology Vol. 3 No. 2 (2022): (Available online: 1 December 2022)
Publisher : The Indonesian Society of Perinatology, South Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/inajperinatol.v3i2.27

Abstract

Background: An aberrant accessory route is a hallmark of the rare heart rhythm condition called Wolff-Parkinson-White (WPW) syndrome. The onset of tachyarrhythmias, which can result in hemodynamic instability and even maternal mortality, is considered to be triggered by a variety of physiological changes that occur during pregnancy. Therefore, it is anticipated that effective management options for pregnant women who have WPW syndrome will be able to regulate tachyarrhythmias and give healthy pregnancies for both the mother and the fetus. Case Report: A 32-year-old pregnant woman with 34 weeks of gestational age arrived complaining of palpitations and breathing difficulties. The results of the ECG test revealed left branch bundle block (LBBB), a Wolff-Parkinson-White (WPW) type B pattern, and sinus tachycardia. Both an NST assessment and an echocardiographic evaluation revealed no fetal distress or structural abnormalities of the heart. The patient was treated with 300 mg of Propafenone, which was administered on a regular basis whenever the patient experienced palpitations. Due to a history of prior caesarean deliveries, the pregnancy had progressed to 40 weeks of gestation and caesarean birth under spinal anaesthesia was performed in this point. The infant was born healthy, full-term, and free from birth problems. Conclusion: One of the causes of tachyarrhythmias in WPW syndrome is pregnancy. Arrhythmias that could develop in women with WPW syndrome can be controlled with good pregnancy planning and management.