Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PERAN KLINIS CA 125 PADA KANKER OVARIUM Sastra Winata, Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu keganasan ginekologi yang cukup sering ditemui dan merupakan kanker ginekologi yang paling mematikan adalah kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi terbanyak kedua dan berkontribusi sebesar 3% dari seluruh kanker pada wanita di Amerika Serikat. Kanker ovarium juga merupakan penyebab ke-5 terbanyak dari kematian wanita yang disebabkan oleh kanker. Di Indonesia kanker ovarium menempati urutan ke empat dengan angka kejadian 15 kasus per 100.000 wanita. Sedangkan di Rumah Sakit Sanglah angka kejadian kanker ovarium sebanyak 35% dari seluruh kanker ginekologi dengan angka harapan hidup selama 5 tahun hanya 15%. Dua per tiga dari kasus kanker ovarium ditemukan pada wanita dengan usia diatas 55 tahun. Karena kanker ovarium hanya sedikit yang menunjukkan gejala spesifik,  maka sekitar 70% kasus kanker ovarium saat terdiagnosis sudah berada pada stadium lanjut, hal ini berdampak pada tingginya angka mortalitas dari kanker ovarium. Pada stadium lanjut, angka 5-years survival rate dibawah 30%. Sebaliknya, jika terdiagnosis pada stadium I,  5-years survival rate meningkat drastis yakni sebesar 90%. Berbagai faktor yang berkaitan dengan reproduksi, genetik, dan faktor lingkungan dihubungkan dengan terjadinya kanker ovarium, diantaranya adalah nuliparitas, menars awal, menopause terlambat, ras kulit putih, peningkatan usia dan faktor genetik. Secara umum, faktor risiko diatas berhubungan dengan siklus ovarium yang tidak terputus selama masa reproduksi. Stimulasi yang berulang-ulang dari epitel permukaan ovarium dianggap dapat bertransformasi menjadi suatu keganasan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, telah ditemukan tumor marker yang dianggap berhubungan dengan kanker ovarium, yakni CA-125. CA-125 atau disebut juga Cancer Antigen 125 atau Carbohydrate Antigen 125 pertama kali ditemukan oleh Bast dkk pada tahun 1981. CA-125 terdapat pada semua jaringan yang berasal dari derivat sel mesotel dan epitel coelomik, diantaranya pleura, perikardium, peritoneum, tuba, endometrium dan endoserviks. CA-125 merupakan tumor marker yang paling sering digunakan pada kanker ovarium, sering disebut sebagai “Gold Standard” untuk diagnosis kanker ovarium. Peranan CA-125 pada kanker ovarium sudah banyak diteliti, diantaranya adalah untuk deteksi dini, monitoring respon terapi, dan monitoring terjadinya rekurensi.
Examination and counseling of gynecological cases during Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pandemic I Gde Sastra Winata; Clara Amanda
Majalah Obstetri dan Ginekologi Vol. 29 No. 2 (2021): August
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mog.V29I22021.76-83

Abstract

HIGHLIGHTS1. Clinical gynecology examinations must adapt to pandemic situation.2. It must pay attention to universal precautions, aseptic and sterile technique to minimize infection transmission.3. In terms of reducing contact, the need for examination are divided by priority into "now", "soon", or "later".4. Gynecology examinations can be carried out with direct examinations by medical personnel wearing proper personal protective equipment if needed.5. Patient counseling can be done by remote consultation or telemedicine. ABSTRACTCOVID-19 is a recent pandemic caused by the SARS COV-2 agent with a high incidence and mortality. The disease is transmitted through respiratory droplets and direct contact. Clinically this COVID-19 patient is mainly related to the respiratory tract symptoms. The current clinical classifications are divided into suspected, probable, and confirmed cases. To reduce transmission must pay attention to universal and hierarchical precaution, aseptic standards, and sterile techniques. The types of gynecological examinations during a pandemic are the same as those in general, except that the methods, settings, and priorities are different. The examination begins with screening to assess the risk of transmission so that it can determine the place of examination. The urgency of the examination, history of TOCC, local transmission, provider, and room conditions also need to be considered. Counseling during a pandemic can be done in person or by telemedicine. Counseling is provided for general and case-specific gynecological information. Each gynecological case requires a different focus on counseling.
Potential of trichloroacetic acid (TCA) for cervical precancerous lesions treatment in Indonesia I Gde Sastra Winata; Musa Taufiq
Majalah Obstetri dan Ginekologi Vol. 30 No. 1 (2022): April
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mog.V30I12022.48-51

Abstract

HIGHLIGHTS 1. One of the most prevalent disease in females worldwide is cervical cancer.2. Simple and safe modality with high efficacy to treat cervical precancerous lesions before being progressed to cancer is necessary. 3. Trichloroacetic acid (TCA) has those advantages, so it will become an effective treatment for cervical precancerous lesions in the future.   ABSTRACT Cervical cancer becomes one of the most prevalent disease in female worldwide. Human papillomavirus (HPV) is main etiology of cervical cancer, thus this disease is preventable. Before progressed into invasive cervical cancer, cervical precancerous lesions developed and classified into 3 stages: CIN1 (LSIL), CIN2, and CIN3 (CIN2+ also referred as HSIL). World Health Organization (WHO) arranged ‘screen-and-treat’ programme to treat cervical precancerous lesions immediately before it progressed to cancer. However, a simple and safe modality with high efficacy is necessary to accommodate this strategy. Trichloroacetic acid (TCA) has those advantages and some research suggested high efficacy to treat cervical precancerous lesions with simple, safe, and cost-effective. TCA has potential to become effective treatment for cervical precancerous lesions in the future.  
Analisis Manajemen Tatalaksana Kanker Ginekologi di RSUP Sanglah di Era Pandemi COVID-19 I Gde Sastra Winata; Ngakan Ketut Darmawan; I Nyoman Bayu Mahendra
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Special Issue: Article Review
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n2s.274

Abstract

AbstrakPandemi COVID-19 memberikan tantangan tersendiri dalam penanganan kanker, khususnya kanker ginekologi. Kondisi pasien penderita kanker yang telah mengalami immunocompromised baik karena penyakitnya maupun efek samping dari obat-obatan yang diberikan, berpotensi meningkatkan risiko pasien kanker untuk mengalami infeksi COVID-19 berat. Penatalaksanaan utama dari kanker yang bertonggak pada tiga poros yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi perlu dilakukan adaptasi demi meningkatkan angka survival rate  pada pasien.Management of Gynecological Cancers in the COVID-19 Era: a Persepctive from Sanglah General HospitalAbstractThe COVID-19 pandemic as challenges in dealing with cancer, especially gynaecological cancer. The condition of cancer patients who have experienced immunocompromised due to both the disease and the side effects of the drugs increases the risk of cancer patients to experience severe COVID-19 infection. The management of cancer consists of three axes; surgery, chemotherapy, and radiotherapy, and needs to be adapted to increase patient survival. Key word: COVID-19; chemotherapy; operative; radiotherapy; gynaecological cancer     
Pelvic Inflammatory Disease (PID) Management in Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic Era I Gde Sastra Winata; Musa Taufiq
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 4 Nomor 1 Maret 2021
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n1.239

Abstract

Objective: This article aims to review pelvic inflammatory disease management during the coronavirus disease 2019 pandemicMethod: We conducted a search for scientific articles through PubMed and Google Scholar, using the terminologies of “PID AND COVID-19”, “Pelvic Inflammatory Disease”; “Pelvic Inflammatory Disease AND COVID-19”, “PID Management AND COVID-19”, “Pelvic Inflammatory Disease Management AND COVID-19”, and “PID AND Pandemic” in English and Indonesian from 2019-2020.Result: There were a total of 25 scientific articles from PubMed and Google Scholar within 2019-2020 that were included as the source of this reviewConclusion: There is no difference between the management of pelvic inflammatory disease during and before the pandemic. The mode of medical services and follow up tends to be conducted virtually. Technology-based services for pelvic inflammatory disease during the corona virus disease 2019 pandemic are promising and have been proven to be an effective method, therefore virtual-based pelvic inflammatory disease services may be safely applied. However, if there is any indication of emergency found during the telemedicine services, a face-to-face consultation or emergency room visit should be recommended.Key words : COVID-19, Pelvic Inflammatory Disease, SARS-CoV-2Tatalaksana Radang Panggul selama Era Pandemi Virus Corona 2019 (COVID-19)AbstrakTujuan: Melakukan kajian mengenai tatalaksana dari penyakit radang panggul selama pandemi penyakit coronavirus 2019Metode: Kami melakukan pencarian artikel ilmiah melalui PubMed dan Google Scholar menggunakan terminologi “PID AND COVID-19”, “Pelvic Inflammatory Disease”; “Pelvic Inflammatory Disease AND COVID-19”, “PID Management AND COVID-19”, “Pelvic Inflammatory Disease Management AND COVID-19”, and “PID AND Pandemic” dalam Bahasa Inggris dan Indonesia dari tahun 2019-2020. Hasil: Ditemukan sebanyak 25 publikasi ilmiah dari pencarian di PubMed dan Google Scholar pada tahun 2019- 2020 yang digunakan sebagai sumber kajian ilmiah ini.Kesimpulan: Tatalaksana penyakit radang panggul sebelum dan selama pandemi tidak berubah. Metode pelayanan kesehatan dan follow up cenderung dilakukan secara virtual. Pelayanan kesehatan berbasis tekonologi untuk penyakit radang panggul selama pandemi penyakit coronavirus 2019 menjanjikan dan telah terbukti sebagai metode yang efektif, sehingga pelayanan kesehatan untuk penyakit radang panggul secara virtual dapat diaplikasikan secara aman. Jika ditemukan adanya indikasi kegawatdaruratan selama pelayanan telemedicine, pasien sebaiknya melakukan konsultasi tatap muka atau mengunjungi instalasi gawat darurat. Kata kunci: COVID-19, penyakit radang panggul, SARS-CoV-2
Ekspresi Enzim 1 Alfa-Hidroksilase Plasenta yang Rendah sebagai Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat Florencia Desiree; I Wayan Artana Putra; I Wayan Megadhana; Anak Agung Ngurah Anantasika; Made Darmayasa; I Gde Sastra Winata
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 2 September 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n2.399

Abstract

Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui ekspresi enzim 1-alfa-hidroksilase (CYP27B1) pada plasenta yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya preeklamsia (PE) berat.Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol yang tak berpasangan, dengan total sampel 44 kasus dan kontrol. Sampel berupa plasenta yang diproses secara imunohistokimia, untuk melihat ekspresi enzim berdasarkan histoscore kumulatif (H-score) sebagai ekspresi rendah (H-score <200) atau ekspresi tinggi (H-score >200). Regresi logistik ganda digunakan untuk memperkirakan rasio odds yang disesuaikan (OR) dengan interval kepercayaan 95% (95% CI).Hasil: Ekspresi enzim 1alfa-hidroksilase plasenta yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya PE berat sebesar sembilan kali lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi enzim 1-alfa-hidroksilase yang tinggi pada plasenta (OR 9,148; IK05% 2,072-40,386, p=0,002).Kesimpulan: Ekspresi rendah 1alfa-hidroksilase plasenta meningkatkan risiko terjadinya PE berat.Low Expression of 1 Alpha-Hydroxylase Enzyme in The Placenta as Arisk Factor for Preeclampsia with Severe FeaturesAbstractObjective: This study aims to determine the low expression of the 1-alpha-hydroxylase (CYP27B1) enzyme in the placenta as a risk factor for severe preeclampsia (PE).Methods: This study is an unpaired case-control study, with a total sample of 44 cases and controls. Samples were placentas that were immunohistochemically processed, to see enzyme expression based on the cumulative histoscore (H-score) as low expression (H-score <200) or high expression (H-score >200). Multiple logistic regression was used to estimate the adjusted odds ratio (OR) and 95% confidence interval (95% CI).Results: Low placental 1-alpha-hydroxylase expression was a risk factor for severe PE which was nine times higher than placental 1-alpha-hydroxylase expression (OR 9,148; 05% CI 2.072-40,386, p=0.002).Conclusions: Low placental 1alpha-hydroxylase expression increases the risk of severe PE.Key words: 1aplha-hydroxylase, expression, placenta, risk factor, severe preeclampsia
Ekspresi reseptor vitamin D plasenta yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya preeklampsia dengan gambaran berat I Gede Mahendra Adiguna Dira; Ketut Suwiyoga; I Wayan Artana Putra; I Gede Mega Putra; Ida Bagus Gede Fajar Manuaba; I Gde Sastra Winata; I Wayan Megadhana
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1208

Abstract

Introduction: Preeclampsia is the cause of 10-15% of maternal deaths in Indonesia and occurs in about 2-10% of all pregnancies worldwide. The pathogenesis that underlies the occurrence of preeclampsia is not yet clearly known so that preeclampsia is referred to as a disease of theory. Nutritional factors such as vitamin D also play a role in the development of preeclampsia. This study aims to determine the relationship between vitamin D receptor expression as a risk factor for preeclampsia with severe features.Method: This study used a case-control design conducted in the maternity ward of Sanglah General Hospital, Denpasar from February to August 2020. A sample of 44 subjects was obtained and divided into case groups and control groups. Examination of vitamin D receptors using a central area placenta measuring 2x2 cm which was then examined semi-quantitatively at the Histology Laboratory, Faculty of Medicine, Udayana University.Result: The results were analyzed using the chi square test. There was no significant difference in the characteristics of the two groups. There was a significant relationship between low VDR expression in the placenta and the incidence of preeclampsia with severe features (p-value 0.002; 95% CI 1.96-31.57; OR 7.88).Conclusion: Low VDR placenta expression in pregnant women increases the risk of preeclampsia with a severe picture of 7.88 times greater than high VDR expression. Pendahuluan: Preeklampsia menjadi penyebab 10-15% kematian maternal di Indonesia, dan terjadi pada sekitar 2-10% dari seluruh kehamilan di seluruh dunia. Patogenesis yang mendasari terjadinya preeklampsia sampai saat ini belum jelas diketahui sehingga preeklampsia disebut sebagai disease of theory. Faktor nutrisi seperti vitamin D juga memainkan peran dalam terjadinya preeklampsia. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan ekspresi reseptor vitamin D sebagai faktor risiko terjadinya preeklamsia dengan gambaran berat.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol yang dilakukan di Ruang Bersalin RSUP Sanglah Denpasar pada Februari sampai Agustus 2020. Didapatkan sampel sebanyak 44 subyek dan dibagi kedalam kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemeriksaan reseptor vitamin D menggunakan plasenta area sentral ukuran 2x2 cm yang kemudian diperiksa secara semikuantitatif di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil dianalisa menggunakan uji chi square.Hasil: Tidak terdapat perbedaan karakteristik yang bermakna pada kedua kelompok. Terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi VDR pada plasenta yang rendah terhadap kejadian preeklamsia dengan gambaran berat (p-value 0.002; IK 95% 1.96-31.57; OR 7.88).SimpulanEkspresi VDR plasenta yang rendah pada ibu hamil meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia dengan gambaran berat sebesar 7,88 kali lebih besar dibandingkan ekspresi VDR tinggi.
Kadar heat shock protein 70 cairan amnion yang tinggi sebagai faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini pada kehamilan aterm Ines Kurniaty Hartono; Ketut Suwiyoga; I Ketut Surya Negara; I Gede Mega Putra; Made Bagus Dwi Aryana; I Gde Sastra Winata; I Wayan Megadhana
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.351 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1220

Abstract

Background: Premature rupture of membranes (PROM) is a condition that complicates labor with an unclear pathogenesis. HSP70 is thought to be involved in this pathogenesis process and the presence of HSP in the extracellular compartment reflects tissue damage and induces an immunologic response. Therefore, this study aimed to study the relationship between HSP70 levels in amniotic fluid and the incidence of PROM.Methods: This study used a case-control design in the ER delivery room and the laboratory of Sanglah Hospital, Denpasar. Samples were taken from mothers who gave full term delivery in the emergency room at Sanglah Hospital Denpasar with mothers who gave birth at term with KPD as cases and mothers who gave full term delivery without KPD as controls. Data was taken from medical records and measured levels of HSP70 at the Sanglah Hospital Denpasar Laboratory. Data analysis was performed using the Mann-Whitney test and ROC test.Results: A total of 28 cases and 28 controls were recruited. There were no significant differences in baseline characteristics between cases and controls. The MannWhitney test found significant differences in the mean levels of HSP70, 11.58 (±8.16) ng/mL in controls and 17.15 (±6.51) ng/mL in cases, respectively. ROC analysis found an AUC of 0.737 with an optimal cutoff value of 12.5 ng/mL. An amniotic fluid HSP70 level of more than 12.5 ng/mL was associated with PROM with an OR of 17.33 (95% CI 3.43 - 87.70).Conclusion: High amniotic fluid HSP 70 level is a risk factor for PROM in term pregnancy.  Latar belakang: Ketuban pecah dini (KPD) merupakan suatu kondisi yang mempersulit persalinan dengan patogenesis yang belum jelas. HSP70 dianggap terlibat dalam proses patogenesis ini dan keberadaan HSP di kompartemen ekstraseluler mencerminkan kerusakan jaringan dan menginduksi respon imunologi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan kadar HSP70 dalam cairan ketuban dengan kejadian KPD.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol di ruang bersalin IGD dan Laboratorium RSUP Sanglah Denpasar. Sampel diambil dari ibu yang bersalin cukup bulan di ruang bersalin IGD RSUP Sanglah Denpasar dengan ibu yang melahirkan cukup bulan dengan KPD sebagai kasus dan ibu yang bersalin cukup bulan tanpa KPD sebagai kontrol. Data diambil dari rekam medis dan dilakukan pengukuran kadar HSP70 di Laboratorium RSUP Sanglah Denpasar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji ROC.Hasil: Sebanyak 28 kasus dan 28 kontrol direkrut. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar antara kasus dan kontrol. Uji MannWhitney menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat rata-rata HSP70, masing-masing 11,58 (± 8,16) ng/mL pada kontrol dan 17,15 (± 6,51) ng/mL dalam kasus. Analisis ROC menemukan AUC 0,737 dengan nilai cutoff optimal 12,5 ng/mL. Tingkat HSP70 cairan ketuban lebih dari 12,5 ng/mL dikaitkan dengan PROM dengan OR 17,33 (95% CI 3,43 - 87,70).Simpulan: kadar HSP 70 cairan amnion yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya KPD pada kehamilan aterm.
Tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu sebagai faktor risiko persalinan preterm spontan Tjokorda Gde Agung Suwardewa; I Nyoman Bayu Mahendra; Anak Agung Gede Putra Wiradnyana; Made Bagus Dwi Aryana; I Gde Sastra Winata; I Wayan Megadhana; Daniel Hadinata Susanto
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.161 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1268

Abstract

Introduction: Preterm delivery is still a major problem in pregnancy and causes 70% of all perinatal deaths. The immaturity of the organ systems of preterm infants increases neonatal morbidity and mortality compared to term infants. The incidence of preterm delivery at Sanglah Hospital in 2015 was 285 cases out of 1198 births or 23.7%. Inflammation is thought to be the cause of 40% cases of preterm labor and as much as 70-80% of spontaneous preterm births has a significant relationship with the incidence of infection in the vagina and cervix. The physiological immune response to inflammation is characterized by an increase in the number of circulating neutrophils and a decrease in the number of lymphocytes. There is a controversy regarding the relationship between an increase of neutrophils to lymphocytes ratio in maternal serum and the threatened preterm delivery. This study aims to determine that a high neutrophils to lymphocytes ratio in maternal blood serum is a risk factor for spontaneous preterm delivery. Method: This research was an analytic case control study with 56 samples, and divided into two groups, 28 preterm delivery samples as a case group and 28 preterm pregnancy samples as a control group. This research was conducted at the Obstetric and Gynecology Outpatient clinic as well as the delivery room at Sanglah Hospital Denpasar in the period of November 2020 to April 2021. Result: Analysis results of this study found a statistically significant difference (p = 0.003) between the case and control groups. The group of patients with high maternal neutrophil to lymphocyte serum ratio had a chance of preterm labor 5.6 times higher compared to the group of patients with low maternal neutrophil to lymphocyte serum ratio (OR = 5.6; CI 95% = 1.74-18.42; p=0.003). Conclusion: The conclusion of this study is that the high maternal neutrophils to lymphocytes serum ratio is a risk factor for 5.6 times the occurrence of spontaneous preterm labor.   Pendahuluan: Persalinan preterm masih menjadi masalah utama pada ibu hamil dan menyebabkan 70% dari seluruh kasus kematian perinatal. Imaturitas sistem organ tubuh bayi prematur meningkatkan morbiditas dan mortalitas neonatal dibandingkan dengan bayi lahir cukup bulan. Angka kejadian persalinan preterm di RSUP Sanglah pada tahun 2015 sebesar 285 kasus dari 1198 kelahi­ran atau sebesar 23,7%. Inflamasi diduga sebagai penyebab dari 40% kasus persalinan preterm dan sebanyak 70-80% persalinan preterm spontan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian infeksi pada vagina dan serviks. Respon imun fisiologis terhadap inflamasi ditandai oleh peningkatan jumlah neutrofil yang beredar dan penurunan jumlah limfosit. Terdapat kontroversi hubungan antara peningkatan rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu dan ancaman persalinan preterm, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko persalinan preterm spontan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 56 sampel, dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 28 sampel persalinan preterm sebagai kelompok kasus dan 28 sampel kehamilan preterm sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi serta kamar bersalin IGD RSUP Sanglah Denpasar periode November 2020 hingga April 2021. Hasil: Hasil analisis dari penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik (p = 0,003) antara kelompok kasus dan kontrol. Kelompok pasien dengan nilai rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi memiliki kemungkinan sebesar 5,6 kali mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan kelompok pasien dengan rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu yang rendah (OR = 5,6, IK 95% = 1,74-18,42, p = 0,003). Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah tingginya rasio neutrofil terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko 5,6 kali terjadinya persalinan preterm spontan.
Kadar heat shock protein 70 (HSP 70) yang tinggi pada serum ibu sebagai faktor risiko persalinan preterm Tjokorda G. A. Suwardewa; Ketut Surya Negara; Anak Agung Ngurah Anantasika; I Wayan Artana Putra; I Gde Sastra Winata; Piere Emanuel Yoltuwu
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 1 (2022): (Available Online : 1 April 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15562/ism.v13i1.1329

Abstract

Introduction: Preterm birth defined as parturition that occurs less than 37 completed weeks of gestation is still being a big problem in obstetrics, especially in perinatology. Preterm delivery is one of the most common causes of neonatal morbidity and mortality. This study examined serum HSP 70 levels as a risk factor for preterm delivery.Method: The research design was analytic with a case-control method at Sanglah Hospital from February to June 2021. The samples were divided into two groups which are in the case group was 30 samples and the control group was 30 samples. In both groups, HSP 70 levels were collected by taking 5cc of blood sample from cubital vein. Furthermore, the examination was carried out using the enzyme-link immunosorbent assay (ELISA) method at Biomedik Terpadu Laboratory service.Result: Based on the data on the characteristics of the subjects, respectively maternal age, gestational age, BMI, and parity there was no significant differences between two group. Serum HSP levels were significantly different between the two groups with OR 4.030 (95%CI: 1,372-11,84; p-value 0.01). The cut-off value for serum HSP 70 levels was 12.85 ng/ml, with a sensitivity of 70%, specificity of 63.3%, and an area under the curve (AUC) value of 0.807 (95% CI 0.697 – 0.916, p-value <0.001).Conclusion: This study revealed that high levels of HSP 70 in serum is a risk factor of preterm labor. High blood serum levels of HSP 70 could be a reference in determining high risk of preterm labor in pregnant women.  Pendahuluan: Persalinan preterm didefinisikan kelahiran sebelum usia gestasi kurang dari 37 minggu masih menjadi masalah besar dalam bidang obstetri khususnya dibidang perinatologi. Persalinan preterm merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka morbiditas dan mortalitas neonatus. Penelitian ini meneliti mengenai kadar HSP 70 pada serum ibu sebagai faktor risiko persalinan preterm.Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik dengan metode kasus-kontrol, dilakukan di RSUP Sanglah pada periode Februari 2021 sampai Juni 2021. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok kasus sebanyak 30 sampel dan kontrol 30 sampel. Pada kedua kelompok, pemeriksaan kadar HSP 70 dilakukan melalui pengambilan sampel darah 5 ml pada vena cubiti. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan metode enzyme-link immunosorbent assay (ELISA) di Unit Laboratorium Biomedik Terpadu.Hasil: Data karakteristik subyek yaitu usia ibu, usia kehamilan, IMT dan jumlah paritas, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna. Kadar serum HSP yang tinggi berbeda bermakna antara kedua kelompok dengan nilai OR 4.030 (IK 95%: 1,372-11,84; nilai p 0.01). Nilai cut off kadar serum HSP 70 sebesar 12.85 ng/ml, dengan sensitifitas sebesar 70%, spesifisitas 63,3%, dan nilai area under the curve (AUC) sebesar 0,807 (IK 95% 0,697 – 0,916, nilai p <0,001).Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar HSP 70 yang tinggi pada serum ibu sebagai faktor risiko kejadian terjadinya persalinan preterm. Nilai kadar HSP 70 yang tinggi dapat menjadi suatu acuan dalam menentukan risiko tinggi kejadian persalinan preterm pada ibu hamil.
Co-Authors A.A.N. Anantasika Anak Agung Gede Duwira Hadi Santosa Anak Agung Gede Putra Wiradnyana Anak Agung Ngurah Anantasika Anthony Stephen Halim Arlando Martino Anapaku Charles Richard Thene Clara Amanda Daniel Hadinata Susanto Desak Putu Oki Lestari Dewi, Putu Pradnya Paramitha Dolesgit, Ni Made Garnis DPG Jananuraga Maharddhika Endang Sri Widiyanti Eric Gradiyanto Ongko Ernest T. B. Sianturi Ernest TB Sianturi Felyanto, Felyanto Fenyta Christyani FLORENCIA Florencia Desiree Florencia Desiree I Gede Indra Kumara I Gede Mahendra Adiguna Dira I Gede Mega Putra I Gusti Ayu Putri Kartika I Gusti Ayu Putri Kartika, I Gusti Ayu I Gusti Bagus Mulia Agung Pradnyaandara I Ketut Surya Negara I Ketut Suwiyoga I Made Darmayasa I Nyoman Bayu Mahendra I Nyoman Gede Budiana I Nyoman Gede Budiana I Nyoman Hariyasa Sanjaya I Wayan Agus Surya Pradnyana I Wayan Artana Putra I Wayan Megadhana I Wayan Parsa Ida Bagus Arjuna Ida Bagus Gde Fajar Manuaba IGN. Wiranta Permadi Ika Widi Astuti, Ika Widi Ines Kurniaty Hartono Jayanti Purnama Sari Johan Qalaba Kade Yudi Saspriyana Kade Yudi Saspriyana Ketut Suwiyoga Kevin Agastya Duarsa Made Ayu Prabawaty Indraswari Made Bagus Dwi Aryana Made Yudha Ganesa Wikantyas Widia Maria Septiana Parmonang Aroean Mirani Ulfa Yusrika Musa Taufiq Musa Taufiq Ngakan Ketut Darmawan Ni Luh Wita Astari Widhusadi Ni Wayan Armerinayanti Nicholas Renata Lazarosony Nicholas Renata Lazarosony Nyoman Bayu Mahendra Ongko, Eric Gradiyanto Pande Kadek Aditya Prayudi Pande Kadek Aditya Prayudi Pande Made Suwanpramana Paskarani, Putu Erika Piere Emanuel Yoltuwu Piers Andreas Noak Pradnyana, I Wayan Agus Surya Putu Bagus Darmayasa Putu Doster Mahayasa Putu Harrista Indra Pramana Rayvany Uil Ryan Saktika Mulyana Sitohang, Elisa Laura Oktrinita Sucitawati, Putu Devita Tjokorda Gde Agung Suwardewa Wibawa, I Gusti Ngurah Agung Satria William Alexander Setiawan Yuliantini, Sang Ayu Putu