Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KETEBALAN SELAPUT KETUBAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO PERSALINAN PRETERM: STUDI KASUS KONTROL Fajar Manuaba, I B G
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Persalinan preterm merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan   morbiditas  perinatal.  Dan  aktivasi  persalinan  preterm                                berhubungan  dengan ketebalan  selaput  ketuban  yang  merupakan  inflammation-like  condition. Maka  perlu diteliti berbagai penanda biofisik baru yang berhubungan dengan inflamasi selaput ketuban sebagai  faktor  risiko  untuk  persalinan  prematur,  salah  satunya  dengan  mengukur ketebalan membran menggunakan ultrasound.     Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara ketebalan selaput ketuban dengan kejadian persalinan preterm.     Desain penelitian: Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol tidak berpasangan. Enam puluh  ibu  hamil dijadikan sebagai sampel penelitian, tiga puluh ibu dengan persalinan preterm sebagai  kasus dan ketebalan selaput ketuban sebagai faktor risiko dan  tiga  puluh  ibu  dengan  kehamilan   preterm  yang  tidak  memiliki  tanda-tanda persalinan sebagai kontrol. Pemilihan kelompok kontrol dan kasus ditentukan dengan cara  consecutive sampling dari ibu  hamil  preterm yang  sesuai dengan  kriteria,  dalam waktu 24 jam dilakukan pemeriksaan Trans-abdominal sonografi (TAS) dengan USG 3D di Wings  Amerta RS Sanglah di Denpasar. Data yang terkumpul  dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov, dan kemudian dianalisis dengan uji t- independent dengan  tingkat signifikansi ? = 0,05. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui  hubungan  antara  ketebalan  selaput  ketuban  dengan  kejadian  persalinan preterm dan besarnya risiko terjadinya persalinan preterm pada ketebalan selaput ketuban > 1,2 mm.     Hasil: Dari penelitian ini didapatkan  bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok   kasus dan kontrol pada rerata umur ibu, rerata umur kehamilan, rerata paritas, rerata   berat dan tinggi badan. Hasil analisis dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa                   rasio odds ketebalan selaput ketuban kelompok kasus terhadap kelompok kontrol sebesar   5,5 kali(RO = 5,5, 95% CI = 1,81-16,68, p = 0,002).     Kesimpulan: Terdapat  hubungan  yang  bermakna  antara  ketebalan  selaput  ketuban dengan kejadian persalinan preterm. Dan ketebalan selaput ketuban > 1,2 mm pada usia kehamilan 28-37 minggu meningkatkan risiko persalinan preterm sebesar 5,5 kali.     Kata kunci: persalinan preterm, ketebalan selaput ketuban ketuban.
KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH Fajar Manuaba, I B G
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm sampai saat ini masih merupakan masalah yang utama khususnya pada bagian obstetri dan perinatologi, oleh karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus tertinggi adalah akibat adanya bayi yang lahir preterm,  dimana kurang lebih 75% dari kematian neonatus disebabkan oleh karena bayi yang lahir preterm (Goldenberg, 2000). Ketuban pecah dini ( KPD) preterm dikaitkan dengan 30-40% kelahiran prematur dan diidentifikasi penyebab utama kelahiran prematur, dan terjadi pada sekitar 150.000 kehamilan setiap tahun di Amerika Serikat. Ketika KPD preterm terjadi, risiko yang signifikan terjadi baik untuk janin dan ibu. Kelahiran prematur merupakan masalah yang cukup besar mengingat akan besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal. Delapan puluh lima persen dari morbiditas dan mortalitas neonatal dikarenakan akibat prematuritas (Goldenberg, 2000). Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum saatnya persalinan dan terjadi saat usia kehamilan sebelum mencapai 37 minggu. Adapun beberapa faktor risiko terjadinya ketuban pecah spontan pada kehamilan preterm, antara lain: adanya riwayat persalinan preterm, infeksi, kehamilan kembar dan solusio plasenta (Cunningham, 2005).   Penyebab dari KPD preterm dan persalinan preterm sering kali tidak diketahui secara pasti. Berbagai penelitian telah memperoleh bahwa infeksi memegang peranan kurang lebih 25-40% dari seluruh persalinan preterm. Invasi mikroorganisme ke dalam cairan amnion terjadi 12,8%  pada persalinan preterm dengan selaput ketuban utuh dan 32% pada selaput ketuban pecah dini preterm, dan 51% terjadi pada pasien dengan insufisiensi servik (Creasy, 2009). Beberapa konsep yang menjelaskan penyebab terjadinya persalinan preterm pada dasarnya selalu dihubungkan dengan kejadian-kejadian infeksi didalam cairan amnion, utero-placental ischemia, regangan uterus yang berlebihan, kelainan-kelainan endokrin dan suatu tanggap kebal (immune response) yang tidak normal dari ibu maupun janin. Lockwood mengemukakan tentang hubungan antara kejadian persalinan preterm tersebut dengan proses keradangan yang terjadi pada jaringan desidua, korion dan amnion (Lockwood, 2001). Informasi tentang peran sistem kekebalan dalam mekanisme dan persalinan masih sangat kurang. Beberapa penulis mengemukakan tentang peran sistim kekebalan dan interaksi melalui sistim parakrin dan endokrin pada mekanisme terjadinya persalinan preterm. Yang paling mendapat perhatian adalah hubungan antara ekspresi dan efek dari sitokin. Sitokin mempunyai peran dalam tanggap kebal dan saat ini merupakan mediator dalam sistim reproduksi. Interaksi antar sitokin seperti tumor necroting factor ? (TNF-?), interleukin 1 (IL-1), IL-6, IL-8 dan aktivitasnya pada metabolisme asam arakhidonat mungkin mengambil peran dalam hubungan antar infeksi dan persalinan preterm (Muray et al, 2005; McClatchey, 2002). Seiring kemajuan di bidang ilmu kedokteran modern, berbagai penelitian mencurahkan perhatian kepada usaha-usaha untuk dapat menemukan tanda infeksi intra uterin pada wanita hamil yang bisa diperiksa dari cairan amnion, lendir serviks atau vagina dan dari serum ibu. Salah satu petanda infeksi/inflamasi pada kehamilan disini adalah sitokin. Pada pasien-pasien dengan gejala klinis persalinan preterm dan KPD menunjukan peningkatan berbagai sitokin di dalam serum maternal. Sehingga diperkirakan sitokin memainkan peranan penting dalam inisiasi persalinan preterm dan pecahnya selaput ketuban. Salah satu sitokin yang dipercaya memiliki peranan yang penting dalam inisiasi persalinan preterm dan KPD adalah IL-8. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa peningkatan kadar serum maternal IL-8 berkaitan inisiasi persalinan preterm dan KPD  meskipun hasilnya masih bervariasi (Turhan et al., 2000 ; Sozmen et al., 2005). Kadar IL-8 pada cairan ketuban kehamilan preterm normal < 10.000 pg/ml sedangkan pada korioamnionitis didapatkan kadar IL-8 > 10.000 pg/ml (Puchner, 1993). Kadar IL-8 pada serum maternal persalinan preterm  4,9 (1,0-20,1)pg/ml, sedangkan pada kelahiran preterm 11,5 (1,6-23)pg/ml (Alvarez, 2000). Walaupun berbagai kemajuan dalam penatalaksanaan KPD preterm telah dilakukan untuk memperpanjang periode laten setelah terjadinya KPD preterm dan pencegahan kemungkinan berulangnya kejadian KPD preterm tersebut  antara lain dengan menggunakan progesteron dan atau mengobati jika terdapat infeksi.  Namun kejadian KPD preterm masih saja merupakan menjadi penyebab utama dari masalah lahir bayi prematur (Getahun, 2010). Untuk pengelolaan persalinan preterm dan KPD preterm di RS Sanglah perlu dikembangkan suatu upaya pencegahan yang berdasarkan pada pemahaman terjadinya persalinan preterm dan KPD yang lebih spesifik. Berdasarkan hal tersebut melalui penelitian ini akan dilakukan penilaian perbedaan kadar IL-8 serum ibu pada kehamilan preterm ketuban pecah spontan dengan ketuban tidak pecah, dalam rangka pemanfaatan IL-8 sebagai penanda terjadinya infeksi yang mengakibatkan terjadinya ketuban pecah spontan pada kehamilan preterm. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan atau tambahan pemikiran dalam rangka mendukung pengembangan ide pemanfaatan IL-8 sebagai deteksi dini terjadinya KPD pada kehamilan preterm.
PEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8 Fajar Manuaba, I B G
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm sampai saat ini masih merupakan masalah yang utama khususnya pada bagian obstetri dan perinatologi. Baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus tertinggi adalah akibat adanya bayi yang lahir preterm, dimana kurang lebih 75% dari kematian neonatus disebabkan oleh karena bayi yang lahir preterm. Di seluruh dunia ditemukan sekitar 70% persalinan preterm merupakam penyebab kematian perinatal dan hampir separuhnya mengalami kelainan neurologis jangka panjang. Penyebab dari persalinan preterm sering kali tidak diketahui secara pasti. Pada pasien-pasien dengan gejala klinis persalinan preterm menunjukan peningkatan berbagai sitokin di dalam serum maternal sehingga diperkirakan sitokin memainkan peranan penting dalam inisiasi persalinan preterm. Salah satu sitokin peradangan pada serum adalah interleukin-8 (IL-8). Proses pematangan servik ditandai dengan perubahan konsistensi, pendataran dan dilatasi servik. Pematangan servik behubungan dengan berkurangnya kadar kolagen serta penurunan jumlah serat kolagen. Selain itu juga terjadi proses penurunan daya regang dari matriks ekstraseluler dari servik. Terdapat perubahan pada proses ini yaitu terjadi penurunan kadar dekorin (dermatan sulfat proteoglikan 2) yang menyebabkan separasi dari serat kolagen. Agen yang dapat digunakan untuk proses pematangan servik adalah interleukin-8. Dapat disimpulkan bahwa peran interleukin-8 adalah menginduksi aktivasi neutrofil sehingga mengalami degranulasi, perubahan bentuk dan kemotaksis. Neutrofil tersebut yang nantinya akan melepaskan enzim kolagenase yaitu matriks metaloproteinase-8 (MMP-8) yang dapat mencerna serat kolagen pada servik. Selain itu interleukin-8 juga bekerja sinergis dengan prostaglandin dalam menginisiasi persalinan preterm melalui proses pematangan servik.
Feasibility Study on the Implementation of Clinic SIM and ERM integrated Pcare as a BPJS Kesehatan Application at Udayana University Clinic luh sudiarmini; Fajar Manuaba Ida Bagus; Hariyasa Sanjaya I Nyoman
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 5 No 2 (2020): November 2020
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.5.2.1636.60-69

Abstract

The development of an information system and communication technology has an impact on the health service sector in the form of electronic-health or e-health. One of the e-health applications is a Clinic SIM and electronic medical records. Not only provides information for the academic communities, but Udayana University Clinic also serves BPJS Kesehatan patients since 2014. After occupying a new building, there have been various obstacles related to the implementation of the management information system. Which it is still being done manually and limited space to store medical record files. One of the efforts to overcome this problem is by implementing a Clinic SIM and ERM. Before the implementation of these activities, a feasibility study was proposed on the application of CSIM and ERM integrated BPJS Healthcare. The purpose of this study was to determine the feasibility of implementing Clinic SIM and ERM which are integrated with Pcare-BPJS at Udayana University Clinic. This study used a qualitative research design. Data collection was started between December 2019 and January 2020 using the in-depth interview method on 9 informants. This study informs that the application of Clinic SIM and ERM integrated BPJS Kesehatan meets the feasibility aspect based on acceptance, demand, integration, and practicality. Conclusion: the obstacles in this study are related to the implementation aspect due to lack of human resources, infrastructure, implementation methods, budget, and minimal application of Clinic SIM and ERM. Keywords: feasibility study, Clinic SIM, ERM, Pcare BPJS Kesehatan
GAMBARAN KASUS PREEKLAMPSIA DENGAN PENANGANAN KONSERVATIF DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH, DENPASAR – BALI TAHUN 2013 Putu Dyah Widhyaningrum; Fajar Manuaba
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 6 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.294 KB)

Abstract

Kasus Preeklampsia merupakan salah satu diantara empat penyebab teratas kematian ibu, tetapi penurunan jumlah kasusnya paling sedikit sehingga masih menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Diperlukan sebuah penelitian analitik untuk keadaan ini. Gambaran epidemiologi pasien preeklampsia di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar belum tersaji spesifik, sehingga data tersebut belum memadai untuk digunakan sebagai dasar analisis mengapa penurunan jumlah kasus preeklampsia masih belum optiml. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran kasus preeklampsia di IGD RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan selama bulan November – Desember 2014 pada rekam medik pasien dan mengeksklusi kasus dengan data pasien yang tidak lengkap. Dari 219 rekam medik terdapat 195 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Tercatat 60 kasus rujukan (30.7%) dari total 195 pasien preeklampsia yang ditangani secara konservatif di IGD RSUP Sanglah. Kota Denpasar adalah daerah asal rujukan kasus preeklampsia yang terbanyak selama tahun 2013, yakni 21 dari 60 kasus rujukan atau 35%. Perujuk kasus preeklampsia tercatat paling banyak ialah dari pusat pelayanan tingkat kabupaten yakni Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 21 dari 60 kasus rujukan atau 35%. 70.76% merupakan kasus PEB tercatat terdapat 138 kasus, sedangkan 57 kasus PER (29.23%). Kasus preeklampsia lebih banyak ditemukan pada kelompok usia ibu 20-35 tahun yakni terdapat 126 orang atau sekitar 64.61%. Preeklampsia lebih jarang ditemukan pada primigravida yaitu hanya 90 orang (46.15%) dibandingkan dengan pasien multigravida sejumlah 105 orang (53.84%). Penggunaan bantuan pembiayaan kesehatan oleh pasien menunjukkan bahwa 107 pasien (54.87%) menggunakan bantuan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan.
FAKTOR PENDUKUNG KESUKSESAN VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREAN (VBAC) PADA PASIEN DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI 2015 – JUNI 2016 Benedicta Audrey Maharani; Ida Bagus Gde Fajar Manuaba; Jaqueline Sudiman
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 5 (2020): Vol 9 No 05(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.008 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i5.P08

Abstract

Sebagian besar pasien dan dokter lebih memilih untuk melakukan seksio sesarea berulang dengan risiko terjadinya plasenta akreta dibandingkan melakukan VBAC. Tujuan dari penelitian ini adalah menyediakan panduan untuk menilai kapan metode VBAC sebaiknya dilakukan sehingga dapat mengurangi angka seksio sesarea di RSUP Sanglah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sampel berupa rekam medis di RSUP Sanglah pada periode Januari 2015- Juni 2016. Hasil penelitian menunjukkan rasio untuk faktor usia ibu saat melahirkan di bawah 30 tahun yaitu 4:5, Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil ? 30 kg / m2 yaitu 5:5, berat badan bayi saat lahir ? 4000 gram yaitu 5:5, jarak waktu kelahiran seksio sesarea sebelumnya dengan kelahiran saat ini lebih dari 18 bulan yaitu 4:5, dilatasi serviks saat masuk rumah sakit ? 4 cm yaitu 5:5, posisi kepala bayi saat akan lahir occipito-anterior yaitu 5:5, perabaan penurunan bagian terendah janin ?2/5 yaitu 2:5, dan riwayat persalinan pervaginam sebelumnya 2:5. Dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung kesuksesan VBAC yang dapat digunakan sebagai prediktor di RSUP Sanglah yaitu usia ibu saat melahirkan di bawah 30 tahun, IMT ibu sebelum hamil ? 30 kg/m2, berat badan bayi saat lahir ? 4000 gram, jarak kelahiran sesar sebelumnya dengan kelahiran saat ini lebih dari 18 bulan, dilatasi serviks saat masuk rumah sakit ? 4 cm, dan posisi kepala bayi saat akan lahir occipito-anterior. Sedangkan faktor perabaan penurunan bagian terendah janin ? 2/5 dan riwayat persalinan pevaginam sebelumnya tidak dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan VBAC di RSUP Sanglah. Selain itu, pasien yang memenuhi lima dari delapan faktor yang ada cenderung memiliki tingkat kesuksesan VBAC yang lebih tinggi di RSUP Sanglah. Kata kunci: Vaginal Birth After Caesarean, VBAC, factor pendukung
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PREEKLAMPSIA DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN Ni Kadek Dwi Karlina; I Nyoman Gede Budiana; I Gede Ngurah Harry Wijaya Surya; Ida Bagus Gede Fajar Manuaba
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 8 (2020): Vol 9 No 08(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Preeklampsia merupakan sindrom yang dikarakteristikkan dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu ?140 mmHg dan ?90 mmHg secara berturut-turut, dengan atau tanpa proteinuria yang dapat terjadi pada periode antenatal, intranatal dan postnatal. Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui sehingga disebut sebagai“Diseases of Theory”, namun teori yang umumnya digunakan untuk menjelaskan penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”. Preeklampsia berkontribusi terhadap tingginya angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai preeklampsia di Puskesmas II Denpasar Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif observasional menggunakan pendekatan potong-lintang. Penelitian ini melibatkan 96 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas II Denpasar Selatan pada bulan Februari sampai September 2019. Subyek diminta mengisi kuisioner untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan mengenai preeklampsia yang selanjutkan digolongkan dalam kategori baik, cukup dan kurang. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 68 responden (70,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 23 responden (24,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 5 responden (5,2%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai preeklampsia. Kata kunci: Preeklampsia, tingkat pengetahuan, ibu hamil
GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 Cokorda Bagus Nurparma Putra; I.B.G. Fajar Manuaba
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 5 (2017): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.738 KB)

Abstract

Mitos yang mengatakan infertil hanya dialami wanita masih berkembang dimasyarakat indonesia. Ini harus dibenahi karena telah dapat dibuktikan bahwa baik pria maupun wanita dapat mengalami infertiltas. Untuk mengetahui kontribusi pria pada kasus infertilitas dapat menggunakan pemeriksaan analisa sperma karena dapat mengetahui gangguan pada sperma. Dengan mengetahui gambaran analisa sperma akan dapat menyangkal mitos yang berkembang.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran hasil analisa sperma pada pria. Penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap; 1) Pengambilan sampel yaitu hasil analisa sperma di Klinik Bayi Tabung RSUP Sanglah tahun 2013, 2) Perhitungan statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling. Sampel pada penelitian ini adalah semua pria yang melakukan analisa sperma di Klinik Bayi Tabung RSUP Sanglah Tahun 2013. Diperoleh jumlah laki-laki yang melakukan pemeriksaan analisa sperma sebanyak 2456 orang dan yang masuk dalam kriteria inklusi adalah sebanyak 1932 orang. Hasil dari penelitian ini didapatkan banyak pria yang mengalami gangguan sperma sebanyak 1904 (98,7%) dan yang normal/normospermia sebanyak 28 (1,3%) orang. Kejadian infertil primer (69,9%) lebih banyak dibandingakan infertil sekunder (30,1%) dan kelainan terbanyak yang dialami adalah oligoasthenoteratozoospermia (49,8%). Usia terbanyak melakukan analisa sperma berada pada rentang 32-38 tahun (41,4%). Pada penelitian ini juga melihat kelainan yang terjadi pada pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. 
KUALITAS OOSIT, EMBRIO, DAN KEHAMILAN PASIEN ENDOMETRIOSIS STADIUM III-IV DAN PASIEN DENGAN INFERTILITAS TUBA FALOPI YANG MENGIKUTI PROGRAM BAYI TABUNG DI RUMAH SAKIT BROS TAHUN 2015-2019 Tjokorda Istri Putri Adhyasari Wulandari; I Nyoman Bayu Mahendra; IB Fajar Manuaba; IB Putra Adnyana; Jaqueline Sudiman
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 3 (2021): Vol 10 No 03(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i3.P07

Abstract

ABSTRAK Endometriosis adalah kondisi dimana terdapat kelenjar endometrium dan lesi seperti stroma di luar kavum uteri. Endometriosis dapat menimbulkan infertilitas serta mempengaruhi kualitas oosit, embrio, dan kehamilan pada saat menjalani program bayi tabung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas oosit, embrio dan kehamilan antara pasien endometriosis stadium III-IV (sedang-berat) dengan pasien dengan Infertilitas Tuba Falopi (ITF) saat menjalani program bayi tabung. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain kasus-kontrol. Subjek penelitian yaitu 64 sampel kelompok penderita endometriosis stadium III-IV sebagai kelompok kasus dan 100 sampel kelompok ITF sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling.Data penelitian diperoleh dari data hasil laboratorium klinik Royal IVF Bali Royal Hospital (BROS). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada kualitas hormon, yaitu hormon basal Follicle Stimulating Hormone (FSH) (5,76+ 2,5 berbanding 5,68 +1,7; p<0,05) dan kadar estradiol akhir (1798,00+ 760,71 berbanding 2195,00 + 1512,9; p<0,05). Perbedaan yang signifikan ditemukan pada kualitas oosit, yaitu pada parameter jumlah folikel (p=0,02), dan jumlah oosit yang matang (p=0,04). Perbedaan signifikan didapatkanpada kualitas embrio yaitu embrio grade 1 pada hari ke-3 (p=0,04). Tidak ditemukan adanya perbedaan dalam hal kualitas kehamilan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kualitas hormonal, oosit, dan embrio antara kelompok endometriosis stadium III-IV dan kelompok ITF yang menjalani program bayi tabung, akan tetapi kualitas kehamilan pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Penelitian cohort prospektif dengan data primer selanjutnya diperlukan untuk mengurangi bias informasi maupun bias seleksi kelompok. Kata kunci: Endometriosis stadium III-IV, kualitas oosit, kualitas embrio, kualitas kehamilan, Infertilitas Tuba Falopi (ITF)
KARAKTERISTIK ANEMIA PADA KEHAMILAN DI POLIKLINIK KEBIDANAN RSUP SANGLAH TAHUN 2016-2017 Anfiksyar K.S.S; Made Bagus Dwi Aryana; I Gede Ngr Harry Wijaya Surya; Ida Bagus Gede Fajar Manuaba
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 7 (2019): Vol 8 No 7 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.02 KB)

Abstract

Anemia pada kehamilan merupakan penurunan konsentrasi haemoglobin dibawah 11,0g/dl. Anemia pada kehamilan masih menjadi masalah utama kematian ibu di hampirsemua negara berkembang di dunia. Di Indonesia, angka kejadian anemia pada kehamilanmeningkat dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristikanemia pada kehamilan di poliklinik kebidanan RSUP Sanglah Denpasar periode 1 April2016 sampai 31 Maret 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif crosssectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Datayang diperoleh berupa data sekunder rekam medis pasien periode 1 April 2016 sampai 31Maret 2017. Data dianalisis dengan program Microsoft Excell.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dari 53 pasien ibu hamil dengan anemia. Tingkat pendidikan ibuhamil dengan anemia terbanyak yaitu tingkat pendidikan menengah sebanyak 36 orang(67,9 %). Umur kehamilan ibu hamil dengan anemia terbanyak pada trimester ketigasebanyak 51 orang (96,2 %). Umur ibu pada ibu hamil dengan anemia terbanyak padaumur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (73,6 %). Konsentrasi hemoglobin ibu hamildengan anemia terbanyak yaitu pada status anemia sedang sebanyak 48 orang (90,6 %).Perpanjangan kala II persalinan sebanyak 11 orang (20,8 %). Perdarahan pasca persalinansebanyak 11 orang (20,8 %). Pekerjaan ibu hamil dengan anemia yang terbanyak adalahswasta sebanyak 25 orang (47,2 %). Gravida ibu hamil dengan anemia terbanyak yaituprimigravida sebanyak 24 orang (45,3 %). Status gizi pada ibu hamil dengan anemiaterbanyak pada status nutrisi normal sebanyak 37 orang (69,8 %). Alamat terbanyak ibuhamil dengan anemia adalah di Denpasar yaitu 18 orang (34,0 %).Kata kunci: Karakteristik Penderita, Anemia, kehamil