Penelitian dari hasil program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kejadian stunting di Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data menunjukkan bahwa tingkat stunting pada baduta (bayi di bawah dua tahun) sebesar 9,6% dan pada balita sebesar 8,9%. Kabupaten Kendal juga mengalami penurunan status gizi secara keseluruhan berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari 20,8% pada tahun 2021 menjadi 17,5% pada tahun 2022. Target pemerintah untuk mengurangi tingkat stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Diungkapkan bahwa stunting adalah hasil dari riwayat gizi yang kurang baik mulai dari awal kehidupan hingga saat ini. Penanganan stunting pada anak di atas dua tahun terbukti kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, dengan memanfaatkan bahan pangan lokal seperti tempe dan sumber protein hewani seperti ikan lele dan kembung, serta sumber protein nabati seperti daun kelor. Dalam upaya meningkatkan gizi anak, perlu diperhatikan aspek biaya. Program ini merekomendasikan alokasi sebesar 50 ribu rupiah per anak untuk memastikan konsumsi gizi yang seimbang dan kudapan yang sesuai. Menu gizi seimbang dan variasi kudapan juga perlu diperkenalkan sebagai langkah selingan dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak. Data menunjukkan bahwa stunting di Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, berkaitan erat dengan pola asuh anak. Oleh karena itu, penanganan stunting harus melibatkan pendekatan holistik yang memperhatikan faktor-faktor penyebab stunting, termasuk pola asuh yang tepat. Research from the results of this community service program aims to analyze the level of stunting incidents in Darupono Village, South Kaliwungu District, Kendal Regency, Central Java Province, as well as the factors that influence it. Data shows that the stunting rate for toddlers (babies under two years) is 9.6% and for toddlers it is 8.9%. Kendal Regency also experienced a decline in overall nutritional status based on the Indonesian Nutrition Status Survey (SSGI) from 20.8% in 2021 to 17.5% in 2022. The government's target is to reduce the stunting rate to 14% in 2024. It was revealed that stunting is the result of a history of poor nutrition from early life to the present. Handling stunting in children over two years old has proven to be less than optimal. Therefore, innovation is needed in efforts to prevent and treat stunting, by utilizing local food ingredients such as tempeh and animal protein sources such as catfish and mackerel, as well as vegetable protein sources such as Moringa leaves. In an effort to improve children's nutrition, it is necessary to pay attention to the cost aspect. This program recommends an allocation of 50 thousand rupiah per child to ensure consumption of balanced nutrition and appropriate snacks. A balanced nutritional menu and a variety of snacks also need to be introduced as an alternative step in meeting children's nutritional needs. Data shows that stunting in South Kaliwungu District, Kendal Regency, is closely related to child rearing patterns. Therefore, handling stunting must involve a holistic approach that pays attention to the factors that cause stunting, including appropriate parenting patterns.