Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

ANALISIS SENSORI DAN WARNA PADA PEMBUATAN TELUR ASIN DENGAN CARA BASAH Adnan Engelen
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 5 No 1 (2017): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.306 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v5i1.70

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji kesukaan dan warna pada pembuatan telur asin dengan cara basah. Konsumsi telur asin dimasyarakat cukup tinggi. Namun, pada proses pembuatan telur asin belum diketahui secara pasti lama pengasinan yang disukai oleh masyarakat sehingga dibutuhkan penelitian agar mengetahui tingkat kesukaan dan warna pada telur asin. Penelitian ini merupakan penelitian dengan lama pengasinan 3, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 hari pada pembuatan telur bebek mentah cara basah. Adapun parameter yang diuji adalah analisis sensori dan uji warna metode hunter L,a,b. Hasil analisis ragam Anova pada analisis sensori didapatkan nilai siginifikansi pengaruh lama pengasinan 3, 6, 9, dan 12 hari adalah rasa kuning telur (0,161%), rasa putih telur (0,120%), warna telur (0,258%), dan overall telur (0,305%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa lama pengasinan terhadap uji organoleptik telur asin tidak berpengaruh nyata kecuali pada aroma telur yang mempunyai nilai signifikansi (0,045%). Analisis warna metode hunter L,a,b dengan nilai L (34.70), a (2.56), dan b (6.19) yang menunjukkan telur asin memiliki warna kuning kemerahan.
KERUPUK IKAN LELE (Clarias sp) DENGAN SUBTITUSI TEPUNG TALAS (Colocasia esculental L. Schoott) Adnan Engelen; Ika Okhtora Angelia
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 5 No 2 (2017): JURNAL TECHNOPRENEUR (November)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.568 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v5i2.114

Abstract

Kerupuk merupakan salah satu jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandungpati cukup tinggi dan merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume dan mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan komposisi terbaik antara daging ikan lele dengan tepung talas dalam pembuatan kerupuk dan menentukan kandungan fisik dan kimia. Uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kadar air, kadar abu, uji kemekaran, dan uji organoleptik.Pada perhitungan ini menggunakan perbandiangan daging ikan lele, tepung talas dan tapioka, dengan 3 perlakuan yaitu A1 (100 g ikan lele : 0 g tepung talas : 300 g tapioka), A2 (75 g ikan lele : 25 g tepung talas : 300 g tapioka), A3 (50 g ikan lele : 50 g tepung talas : 300 g tapioka). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan A1. Perlakuan pada pembuatan kerupuk ikan lele dengan subtitusi tepung talas memiliki nilai rata-rata kadar air dan kadar abu adalah 3.29% dan 1.72%. Uji kemekaran pada perlakuan A1 memiliki tingkat kemekaran paling tinggi (328,31) dibandingkan pada perlakuan A2 dan A3.
KARAKTERISTIK MI SAGU (Metroxylon sagu) KERING DENGAN PENAMBAHAN SARI KUNYIT (Curcuma domestica) SEBAGAI PEWARNA ALAMI Adnan Engelen; Nurhafnita Nurhafnita
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 6 No 2 (2018): JURNAL TECHNOPRENEUR (November)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.09 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v6i2.194

Abstract

Sagu merupakan salah satu komoditi pangan Indonesia yang dapat diandalkan untuk mengurangi kebergantungan terhadap gandum sebagai bahan baku impor. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi sagu adalah dengan pemanfaatan sagu. Salah satu olahan sagu adalah mi sagu. Mi sagu dibuat dari bahan pati sagu. Mi sagu yang diproduksi di masyarakat masih memiliki warna yang gelap, sehingga perlu pengembangan mi sagu agar memiliki nilai mutu fisik yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kunyit sebagai pewarna alami pada pembuatan mi sagu. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Gorontalo. Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan; 1) penentuan konsentrasi perbandingan antara pati sagu tergelatinisasi (binder) dan pati sagu, 2) penentuan konsentrasi ekstrak kunyit, dan 3). Pengeringan mi sagu. Parameter yang akan diuji adalah analisis kadar air mi sagu, analisis cooking loss, analisis warna, analisis kekerasan dan kelengketan. Konsentrasi perbandingan binder dan pati sagu adalah 20% binder dari berat pati (200g) berbanding 150 mL air. Konsentrasi perbandingan terbaik antara kunyit dengan air yang digunakan adalah 1,5 g kunyit berbanding 15 mL air. Pengeringan mi sagu yang digunakan adalah suhu 100°C dengan lama pengeringan 120 menit. Adapun parameter yang didapatkana adalah nilai kadar air 13, 86%, cooking loss 29,83%, kekerasan 310,46 gf, kelengketan -27,56 gf dan nilai derajat hue 83,64.
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH NAGA (Dragon Fruit) SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP MUTU FISIK MI SAGU BASAH Adnan Engelen
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 7 No 1 (2019): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.077 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v7i1.323

Abstract

Tujuan dari penelitian adalah mengetahui kombinasi terbaik pada pembuatan mi sagu basah dengan penambahan ekstrak buah naga. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode RAL (rancang acak lengkap), Parameter yang diamati yaitu warna, kadar air, profil tekstur (kelengketan dan kekerasan) dan uji organleptik. Berdasarkan hasil penelitian, warna mi sagu dengan ekstrak buah naga menunjukkan nilai rata-rata yang tertinggi pada perlakuan A yaitu 332,50, perlakuan B yaitu 331,74, dan perlakuan C yaitu 329,20. Nilai kadar air terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 49,09% sedangkan pada perlakuan B yaitu 50,89% dan perlakuan C yaitu 51,41%. Tingkat kekerasan pada perlakuan A menunjukkan nilai rata-rata yang tertinggi yaitu 3839 sedangkan perlakuan B yaitu 3040, perlakuan C yaitu 2286. Nilai kelengketan pada perlakuan B yaitu 4,6 sedangkan perlakuan A yaitu 4,58 dan nilai kelengketan terendah pada perlakuan C yaitu 3,98. Adapun hasil uji organoleptik terbaik pada mi sagu basah adalah perlakuan C dengan nilai aroma rata-rata 4,4, parameter rasa nilai rata-rata 4,8, parameter tekstur nilai rata-rata 4,9, parameter warna nilai rata-rata 5,13.
VARIASI BINDER PATI SAGU DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) PADA PEMBUATAN MI SAGU (Metroxylon sagu) KERING Adnan Engelen; Nurhafnita Nurhafnita
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 7 No 2 (2019): JURNAL TECHNOPRENEUR (November)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.787 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v7i2.384

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi binder pati sagu dengan penambahan ekstrak kunyit pada pembuatan mi sagu kering. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Gorontalo. Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan; 1) penentuan konsentrasi binder pati sagu tergelatinisasi, 2) penentuan konsentrasi ekstrak kunyit, 3) dan penentuan pengeringan terbaik mi sagu kering. Parameter yang akan diuji adalah analisis kadar air, cooking loss, analisis warna, analisis kekerasan dan kelengketan (menggunakan Texture Analyzer), analisis sensori dengan uji rating hedonic serta analisis aktivitas antioksidan metode DPPH. Konsentrasi perbandingan binder dan pati sagu adalah 20% binder dari berat pati (200g) berbanding 150 mL air. Konsentrasi perbandingan terbaik antara kunyit dengan air yang digunakan adalah 1,5 g kunyit berbanding 15 mL air. Kadar air target (10%) dapat dicapai pada suhu 60°C, 70°C, dan 80°C dengan lama pengeringan 163 menit, 155 menit, dan 142 menit. Nilai parameter organoleptik tertinggi adalah pada suhu suhu 70°C dengan lama pengeringan 150 menit. Nilai cooking loss pada produk mi sagu kering yang memenuhi syarat mutu 1 (suhu 70°C dan 80°C dengan lama pengeringan 180 menit) adalah 8,23% dan 13,30%. Adapun kisaran nilai °hue adalah 84,63-91,35. Adapun nilai kekerasan 6502,25 gf, kelengketan -3068 gf, dan nilai IC50 yang terendah adalah 12,22.
KARAKTERISTIK MI KERING SINGKONG (MANIHOT ESCULENTA) DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (HYLOCAREUS COSTARICENSIS) SEBAGAI PEWARNA ALAMI Adnan Engelen; Desi Arisanti; Kadek Sugiarta
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 8 No 1 (2020): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.171 KB) | DOI: 10.30869/jtech.v8i1.530

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap mi kering singkong ekstrak kulit buah naga merah dan mengetahui beberapa sifat fisik (dan kimia) mi kering. Proses pembuatan mi kering singkong meliputi persiapan bahan, pencampuran masing-masing perlakuan, pemipihan dan pembentukan lembaran mi, pengukusan, dan pengeringan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 faktor perlakuan yaitu perlakuan P1 (pati singkong 80% dan tepung singkong 20%), perlakuan P2 (pati singkong 70% dan tepung singkong 30%) perlakuan P3 (pati singkong 60% dan tepung singkong 40%) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat formulasi yang terbaik antara konsentrasi pati singkong dan tepung tapioka ekstrak kulit buah naga merah terhadap tingkat kesukaan panelis adalah perlakuan P1 (pati singkong 80% dan tepung singkong 20%) sebesar 5,20%. Adapun hasil analisis sifat fisik dan kimia mi kering pada perlakuan P1 yaitu: kadar air 6,63%, kadar abu 1,75% dan tekstur 1.320,50 gf. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa mi kering berbahan pati singkong dan tepung tapioka ekstrak kulit buah naga merah berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan kadar abu, nilai tekstur (kekerasan) tapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai warna. Adapun kisaran nilai kadar air dan kadar abu berturut-turut adalah 6,63-7,34% dan 1,75-1,86%.
MAKING DRY NOODLES MADE FROM CASSAVA FLOUR (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ) AND CASSAVA STARCH Adnan Engelen; Rahmat A Rahman; Arif Murtaqi Akhmad Mutsyahidan
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 8 No 2 (2020): JURNAL TECHNOPRENEUR (November)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v8i2.616

Abstract

This study aimed to determine the best formulation of dry noodle making from cassava flour and cassava starch and to see the physical and chemical properties of dry noodles. This study used a completely randomized design (CRD) and LSD test if there was a significant effect. The tests carried out included organoleptic tests, air content analysis, ash content analysis, color analysis and texture analysis. The results showed that the best formulation of dry noodles was a composition of 120 grams of cassava flour and 80 grams of cassava starch (M1) with a moisture content value of 9.81%, an ash content analysis of 8,7%, a color analysis of 22,1% and a texture analysis. 117,27% and had a savory taste, the aroma was not too strong and the color was a bit pale yellow.
PHYSICAL AND CHEMICAL QUALITY CHARACTERISTICS OF CORN TORTILLAS WITH SUBSTITUTE PURPLE SWEET POTATO FLOUR Nurfitrianti Bulotio; Adnan Engelen; Nursia Lateka
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 1 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i1.721

Abstract

This study aimed to test the physical and chemical quality characteristics of corn tortillas with substitute purple sweet potato flour. This study used a completely randomized design (CRD) and LSD test if there was a significant effect. The tests carried out included organoleptic tests, air content analysis, ash content analysis, color analysis and texture analysis. The results showed that the best formulation of tortillas chips was a P4 treatment with the addition of 75% purple sweet potato flour: 25% corn, with a texture value of 4.267, taste 4.75 and aroma 4.56 and for the best color treatment found in the addition of P3 had a value of 4.31. The best treatment in the chemical analysis is the P4 treatment had a color value of -10.93, moisture content of 8.94 and ash content of 2.57. For texture analysis test the highest treatment was P2 treatment with the addition of 25% purple sweet potato flour: 75% corn with a value of 1139.15.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PERTANIAN MELALUI PEMBUATAN NUGGET JANTUNG PISANG DENGAN SUBSTITUSI KACANG TANAH DI DESA MOLAMAHU, KECAMATAN PULUBALA, KABUPATEN GORONTALO, PROVINSI GORONTALO Abdul Azis Hasan; Adnan Engelen; Desi Arisanti; Syaiful Umela; Ika Okhtora Angelia; Rosdiani Azis; Ingka Rizkyani Akolo
Jurnal Abdimas Gorontalo (JAG) Vol 2 No 1 (2019): Jurnal Abdimas Gorontalo (JAG), Mei 2019
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jag.v2i1.346

Abstract

Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu wilayah di Provinsi Gorontalo yang memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian. Kecamatan Pulubala adalah salah satu kecamatan yang dipilih sebagai lokasi kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Luas wilayah Kecamatan Pulubala adalah 221 km2 atau sebesar 10,3% dari luas wilayah Kabupaten Gorontalo. Dilihat dari morfologi wilayah kecamatan Pulubala didominasi daerah dataran tinggi.Desa Molamahu di Kecamatan Pulubala terletak relatif jauh dari pusat Kabupaten Gorontalo yang berjarak sekitar ±26 km. Kondisi ini menyebabkan Petugas Penyuluh Pertanian jarang datang ke desa ini. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah dilakukan penyuluhan pertanian tentang pengolahan produk-produk pertanian khususnya jantung pisang. Kenyataan ini semakin membenarkan kondisi petani yang tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang cara-cara mengolah jantung pisang menjadi produk yang bernilai ekonomi yang baik. Diharapkan pada akhir kegiatan Program Kemitraan kepada Masyarakat (PKM) di Desa Molamahu ini adalah : Para anggota kelompok petani dapat dan terampil melakukan melaksanakan pengolahan jantung pisang yang merupakan bagian dari tanaman pisang serta para anggota kelompok terampil dan mandiri dalam mengolah berbagai produk jantung pisang menjadi nugget jantung pisang dengan penambahan kacang tanah dan terbentuknya unit usaha produktif pada kelompok mitra khususnya yang dikelola ibu-ibu rumah tangga keluarga mitra.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KELAUTAN DENGAN PENGOLAHAN KARAGINAN DI DESA TIHENGO KECAMATAN PONELO KEPULAUAN KABUPATEN GORONTALO UTARA Ika Okhtora Angelia; Abdul Azis Hasan; Adnan Engelen; Arif Murtaqi; Wila Rumina Nento
Jurnal Abdimas Gorontalo (JAG) Vol 2 No 1 (2019): Jurnal Abdimas Gorontalo (JAG), Mei 2019
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jag.v2i1.347

Abstract

Hasil laut yang dihasilkan di Provinsi Gorontalo Utara diantaranya adalah ikan, udang, lobster, kepiting dan rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas kelautan yang paling banyak diminati. Namun inovasi bagaimana cara mengolah rumput laut menjadi produk olahan yang berdaya jual tinggi masih belum banyak diketahui oleh para nelayan. Daerah penghasil rumput laut terbesar di Provinsi Gorontalo ada di Kabupaten Gorontalo Utara pusatnya di Kecamatan Ponelo Kepulauan. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk melakukan edukasi kepada kelompok pengolahan rumput laut di Desa Tihengo yang merupakan desa penghasil rumput laut terbesar di Gorontalo Utara dalam rangka menunjukkan bagaimana metode yang benar dalam memanfaatkan rumput laut menjadi olahan makanan yang bernilai jual tinggi sehingga terbangun sikap kemandirian warga dengan membuat produk itu sendiri melalui kelompok binaan masyarakat. Sehingga selain lingkungan menjadi bersih diharapkan masing-masing kepala keluarga memiliki usaha sampingan dari hasil penjualan olahan rumput laut tersebut sehingga bisa dijadikan tambahan pendapatan keluarga dan mampu mengurangi tingkat kemiskinan seperti yang diharapkan pemerintah pusat maupun daerah. Pelatihan yang dilakukan meliputi pengolahan produk berbahan dasar rumput laut yaitu pelatihan pembuatan karaginan. Hasil akhir yang telah didapatkan dari kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat menjadi terampil dalam melakukan kegiatan pengolahan karaginan dan dapat mengolahnya sendiri di masing-masing rumah warga sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari rumput laut itu sendiri.