Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN MANGGA PODANG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BOLU KUKUS DI KELURAHAN MOJOROTO KOTA KEDIRI Tjatur Prijo Rahardjo; Widi Artini; Agustia Dwi Pamujiati; Djoko Rahardjo; Eko Yuliarsha Sidhi; Mariyono
Jurnal Abadimas Adi Buana Vol 6 No 02 (2023): Jurnal Abadimas Adi Buana
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/abadimas.v6.i02.a6444

Abstract

Pemanfaatan mangga podang di Kelurahan Mojoroto Kota Kediri masih terbatas hanya untuk buah meja dan jus. Padahal mangga podang berpotensi dijadikan produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi seperti bolu kukus. Selain itu, bolu mangga juga dapat dijadikan oleh-oleh khas daerah. Maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi dan bimbingan teknis pemanfaatan mangga podang sebagai bahan baku bolu kukus. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan pendampingan serta tahap evaluasi. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakta ini adalah ibu PKK Kelurahan Mojoroto Kota Kediri. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa peserta bimbingan teknis antusias terhadap sosialisasi yang telah diberikan. Selan itu, peserta juga dibimbing untuk melakukan uji kesukaan terhadap produk bolu mangga podang yang telah diproduksi. Peserta bimbingan teknis juga mendapatkan nilai diatas 80 untuk hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa proses transfer ilmu telah berhasil dilakukan. Peserta bimbingan teknis juga ada yang berkeinginan untuk mengembangkan pembuatan bolu mangga podang sebagai bisnis skala kecil.
Pemetaan Sebaran Ternak Kambing di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Ahmad Haris Hasanuddin Slamet; Dini Nafisatul Mutmainah; Sekar Ayu Wulandari; Agustia Dwi Pamujiati; Siska Elvani
JURNAL ILMIAH SAINS TEKNOLOGI DAN INFORMASI Vol. 1 No. 2 (2023): April
Publisher : CV. ALIM'SPUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.733 KB) | DOI: 10.59024/jiti.v1i2.116

Abstract

Kabupaten Sidoarjo merupakan yang memiliki potensi besar dalam pengembangan ternak ruminansia, salah satunya adalah kambing. Jumlah ternak kambing di Kabupaten Sidoarjo tahun 2020 mencapai 41.190 yang tersebar di seluruh kecamatan yaitu 16 kecamatan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemetaan sebaran populasi ternak kambing di Kabupaten Sidoarjo menggunakan SIG. Informasi sebaran ternak kambing bermanfaat untuk mempercepat pengelolaan informasi sebaran ternak di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan data deskriptif kuantitatif yaitu data spasial berupa peta administrasi, peta kedalaman laut, dan data sebaran ternak di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menghasilakan output berupa peta sebaran ternak di Kabupaten Sidoarjo, dimana dapat memberikan informasi sebaran ternak kambing per kecamatan pada tahun 2018 dan 2020. Data sebaran ternak kambing di seluruh kecamatan menunjukkan fluktuatif. Terdapat tiga kecamatan yang selalu konsisten dalam jumlah sebaran ternaknya yang tinggi yaitu Kecamatan Tarik, Krian, dan Balongbendo. Ketiga kecamatan tersebut jauh dari pusat kota dan memiliki kepadatan penduduk di bawah 2500 penduduk/km2. Tingkat kepadatan penduduk kurang memungkinkan tersedianya lahan yang lebih luas. Faktor lain yang menjadi pendukung dalam pengembangan ternak adalah ketersediaan aliran sungai yang cukup banyak, karena akan menunjang ketersediaan hijauan sebagai bahan pakan ternak.
Penyuluhan teknologi penyimpanan benih kacang panjang sebagai upaya menanggulangi hama pasca panen di Desa Klepek Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri Agustia Dwi Pamujiati; Nugraheni Hadiyanti
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2021): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v1i1.1676

Abstract

Kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Klepek Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri bertujuan untuk memberikan solusi untuk kendala beberapa petani penanam benih kacang panjang. Salah satu kendala yang dihadapi petani di sana yaitu banyaknya benih yang ditolak (rejected) oleh mitra perusahaan benih dikarenakan benih mengalami kerusakan terserang oleh hama kutu-kutuan. Kegiatan penyuluhan ini merupakan kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Kadiri dengan PT. East West Seeds Indonesia. Pemaparan materi dilakukan secara lengkap oleh kedua pemateri dan dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi berjalan dengan lancar dan baik. Audients antusias dengan apa yang telah dipaparkan oleh pemateri. Hasil kegiatan penyuluhan ini yaitu peserta penyuluhan mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang teknik penyimpanan benih kacang panjang yang benar serta mengetahui jenis-jenis hama pasca panen yang umumnya menyerang hasil biji-bijian pasca panen khususnya kacang panjang. Dengan begitu, para petani kemitraan benih kacang panjang dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam prakteknya dilapang. Penyuluhan ini bermanfaat sekali bagi petani kemitraan benih kacang panjang karena dapat menjawab dan memberi solusi terhadap permasalahan yang selama ini dihadapi oleh petani kemitraan benih kacang panjang.
Komparasi Penghasilan Perkebunan Tebu Antara Metode Lahan Penyewaan dan Lahan Mandiri Mochamad Jabar Rozaq Zuhdi; Tutut Dwi Sutiknjo; Eko Yuliarsha Sidhi; Agustia Dwi Pamujiati; Djunaedi Djunaedi; Kresna Widigdo Margo Utomo
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i2.4721

Abstract

The plantation subsector plays a significant role in Indonesia's agricultural sector, providing a considerable supply of raw materials for the processing industry. Sugarcane is one of the key commodities in this subsector. This study aims to: 1) Identify the income from sugarcane farming under a leasing system compared to direct ownership and 2) Determine the factors contributing to the income disparity between sugarcane farmers who use the leasing system and those under direct ownership. This research applied a quantitative descriptive method to provide an overview of sugarcane farming operations in both systems. From the study results, under the direct ownership system, although the initial costs were somewhat high, fertilizer and seeds were lower, leading to a lower total production cost of approximately IDR39,334,028.00. On the other hand, the seed and fertilizer costs were relatively high under the leasing system, resulting in a total production cost of IDR45,500,578.00. Even though the revenue from the leasing-based sugarcane farming was higher than that of direct ownership, the net income from direct ownership sugarcane farming was greater than the leasing system, creating an income difference of around IDR4,745,305.00 or an added value increase of 11.84% compared to the income of leasing-based sugarcane farmers. The t-test was used for comparative analysis, and it was found that t-calculated 0.594 < t-table 1.782, indicating no significant difference between the two systems, and both are equally profitable. Subsektor perkebunan memegang peranan penting dalam bidang pertanian Indonesia, berkontribusi besar dalam pasokan bahan baku untuk industri pengolahan. Salah satu komoditi kunci dalam subsektor ini adalah tebu. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pendapatan dari usaha tani tebu dalam sistem penyewaan dibandingkan dengan kepemilikan langsung. Selanjutnya penelitian ini juga bisa mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap komparasi pengasilan petani tebu yang menggunakan lahan sewa dengan lahan kepemilikan pribadi. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kuantitatif untuk memperoleh gambaran tentang operasi usaha tani tebu dalam kedua sistem tersebut. Dari hasil studi, pada sistem kepemilikan langsung, meskipun biaya awal cukup tinggi, namun biaya untuk pupuk dan benih lebih rendah, sehingga total biaya produksi menjadi lebih rendah, yaitu sekitar Rp39.334.028,00. Sementara pada sistem sewa, biaya benih dan pupuk relatif tinggi, yang mengakibatkan total biaya produksi mencapai Rp45.500.578,00. Meski penerimaan dari usaha tani tebu berbasis sistem sewa lebih tinggi dibandingkan dengan sistem kepemilikan langsung, namun pendapatan bersih dari usaha tani tebu sistem kepemilikan langsung lebih besar dibandingkan dengan sistem sewa, menciptakan perbedaan pendapatan sekitar Rp4.745.305,00 atau peningkatan nilai tambah sebesar 11,84% dibandingkan dengan pendapatan petani tebu sistem sewa. Uji t digunakan untuk analisis komparatif, dan ditemukan bahwa t-hitung 0,594 < t-tabel 1,782, yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua sistem, dan keduanya sama-sama menguntungkan.
Manajemen Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Sukulen di Desa Rembang, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri Yesy Nur Gunariyati; Wiwiek Andajani; Tutut Dwi Sutiknjo; Agustia Dwi Pamujiati; I Gusti Gede Heru Marwanto; Dione Tabita Shipya
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i2.4722

Abstract

Kediri Regency is one of the regencies in East Java with a large population and livelihoods from agriculture. Rapid global development means that more and more agricultural land is relocated, and its use is restricted for other purposes that are considered more profitable and produce maximum results. The alternative used is succulent cultivation. Rembang Village, Ngadiluwih District, is one of the villages that develops and cultivates ornamental plants in the Kediri Regency. The objectives of this study are: (1) to find out how business management, especially the marketing management of succulents, is. (2) to determine the internal and external factors affecting succulent cactus plant marketing. (3) to determine the right business development strategy for marketing succulent cactus plants. The data analysis method used SWOT analysis, and to achieve the goal, the data was processed in Microsoft Excel, and the results were presented in tabular form and explained clearly. The results of this study were for the strategy of developing succulent ornamental plants, marketing management of succulent ornamental plants was well designed and planned to achieve profits in the company. In the application of SWOT analysis, the IFAS value was 0.7, and the EFAS value was 0.2, located in quadrant I, which means aggressive growth.  This condition was very profitable for traders because strengths and opportunities could be utilized and overcome the problem of weaknesses and threats for the company, so the strategy applied was the S-O strategy. Kabupaten Kediri yaitu salah satu Kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah penduduk yang besar dan  bermatapencaharian  dari  pertanian.  Perkembangan  global  yang  sangat  pesat  berarti semakin banyak lahan pertanian yang direlokasi dan dibatasi penggunaannya untuk keperluan lain yang dianggap lebih menguntungkan dan membuahkan hasil yang maksimal. Alternatif yang digunakan adalah budidaya sukulen. Desa Rembang Kecamatan Ngadiluwih merupakan salah satu desa yang mengembangkan dan membudidayakan tanaman hias di Kabupaten Kediri. Maksud dari penelitian ini adalah: (1) Memahami cara mengelola bisnis, terutama dalam pemasaran  tanaman  sukulen.  (2)  Mengidentifikasi faktor-faktor internal  dan eksternal  yang berpengaruh pada pemasaran tanaman kaktus sukulen. (3) Menentukan strategi yang cocok untuk mengembangkan bisnis dalam memasarkan tanaman kaktus sukulen. Metode analisis data dengan menggunakan analisis SWOT dan untuk mencapai tujuan, data diproses di Microsoft Excel lalu hasil disajikan dalam  bentuk tabel  dan dijelaskan dengan jelas.  Hasil penelitian menyebutkan bahwa perencanaan strategi pengembangan bisnis tanaman hias sukulen yang telah dirancang dengan baik, bertujuan untuk mencapai keuntungan perusahaan. Dalam penerapan analisis SWOT, ditemukan nilai IFAS sebesar 0,7 dan nilai EFAS sebesar 0,2, yang menempatkan perusahaan pada kuadran I yang mengindikasikan pertumbuhan yang agresif. Kondisi ini sangat memberikan keuntungan pedagang karena mereka dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang sambil mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, strategi S-O dapat dilaksanakan.  
Edukasi Pengolahan Pangan Lokal Berbasis Ubi Jalar di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Agustia Dwi Pamujiati; Wiwiek Andajani; Nugraheni Hadiyanti; Lailatul Azkiyah; Rasyadan Taufiq Probojati; Nina Lisanty; Ahmad Haris Hasanudin Slamet
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v5i3.7986

Abstract

Ubi jalar merupakan salah satu jenis pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro menjadi salah satu produsen ubi jalar di Kabupaten Nganjuk. Namun pemanfaatan ubi jalar di Kecamatan Sukomoro masih terbatas. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi diversifikasi produk pangan dengan nilai ekonomi tinggi.  Maka dari itu perlu dilakukan edukasi tentang pengolahan pangan lokal berbasis ubi jalar dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi serta pemanfaatan ubi jalar. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu tahap preparasi, tahap sosialisasi, tahap pelatihan dan pendampingan serta evaluasi yang dilaksanakan pada bulan April 2022. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah warga Dusun Gang-gang Malang Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk sebanyak 20 orang. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar. Peserta mengikuti kegiatan secara runtut dari awal hingga akhir. Peserta kegiatan ini antusias dan memberikan respon positif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan pangan lokal berbasis ubi. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil evaluasi yang baik. Para peserta mendapatkan nilai rata-rata post test (84,3) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pre test (66,5). Hal ini berarti bahwa transfer ilmu yang dilakukan pada pengabdian kepada masyarakat ini berhasil dilakukan. Sweet potato is one of the local foods. It has the potential to be developed. Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro became one of the sweet potato producers in Kabupaten Nganjuk. However, the utilization of sweet potatoes in Kecamatan Sukomoro is still limited. Even though sweet potatoes can be processed into diversified food products with high economic value, it is necessary to educate about local sweet potato-based food processing to increase public knowledge about the potential and utilization of sweet potatoes. The methods used in this community service are the preparation stage, the socialization stage, and the training and mentoring stage. This community service activity targets the Gang-gang Malang, Sumengko Village, Sukomoro District, Nganjuk, and Regency residents. The results of community service show that community service activities run well and smoothly. Participants took part in the activity coherently from start to finish. Participants in this activity were enthusiastic and responded positively to participating in socialization activities and sweet potato-based local food processing training.
Manajemen Faktor Produksi Usahatani Padi Dengan Pupuk Tambahan POC Wiwiek Andajani; Agustia Dwi Pamujiati; Satriya Bayu Aji; Neli Saadati; Djoko Rahardjo
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 6 No 2 (2022): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University - Faculty of Agriculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v6i2.3122

Abstract

Increasing rice production is an absolute thing to support national food security. This is inseparable from the inputs used by farmers in farming activities, one of which is the use of fertilizers. Fertilization is an important factor for nutrient supply during the plant growth cycle. There are two types of fertilizers used in the community, namely chemical fertilizers and organic fertilizers. The development of the two types of fertilizers is like two sides of a coin. Chemical fertilizers do have the advantage of speeding up the harvest process more than organic fertilizers. Some of the effects of chemical fertilizers are starting from an unbalanced ecosystem. The price of chemical fertilizers is getting more and more expensive amid the farmers' need to accelerate and increase the amount of production. This can be avoided by starting to use organic fertilizers. A study was conducted on the efficiency of rice farming with additional liquid organic fertilizer (POC). Using quantitative research methods, its approach was descriptive and associative analysis. The sample used was 50 farmers in Sawuh Village, Siman District, Ponorogo Regency. The sample was taken from 94 rice farmers who used additional POC fertilizer. Rice farming with additional POC fertilizer can be considered efficient and affects rice production. The average production per hectare was 7,296 Kg of harvested dry grain. The average cost incurred for rice farming using additional POC fertilizer was IDR18,263,319 per hectare. The income of rice farming using additional POC fertilizer per hectare was IDR14,932,207 in one growing season.Peningkatan produksi padi adalah suatu hal yang mutlak demi menunjang ketahanan pangan nasional. Hal ini tidak terlepas dari input yang digunakan oleh petani dalam aktifitas bercocok tanam, salah satunya adalah penggunaan pupuk. Pemupukan sebagai faktor penting untuk persediaan unsur hara selama siklus pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk di masyarakat ada dua jenis, yaitu pupuk kimia dan pupuk organik. Perkembangan kedua jenis pupuk tersebut seakan seperti dua sisi koin. Pupuk kimia memang memiliki keunggulan untuk mempercepat proses panen daripada pupuk organik. Beberapa dampak pupuk kimia ialah mulai dari ekosistem yang menjadi tidak seimbang. Harga pupuk kimia yang semakin hari semakin mahal di tengah kebutuhan petani untuk mempercepat dan memperbanyak jumlah produksinya. Hal tersebut bisa dihindari dengan mulai penggunaan pupuk organik. Artikel ini melakukan peneltian yang berfokus pada efisiensi usahatani padi dengan pupuk tambahan Pupuk Organik Cair (POC). Menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan analisis asosiatif. Sampel yang digunakan sebanyak 50 petani di Desa Sawuh Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Sampel tersebut diambil dari 94 petani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC. usahatani padi dengan pupuk tambahan POC bisa dinilai efisien beserta memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Rata-rata produksi per Hektar adalah 7.296 Kg gabah kering panen. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC adalah sebesar Rp18.263.319 per hektar. Pendapatan usahatani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC per Hektarnya sebesar Rp14.932.207 dalam satu musim tanam.
Evaluasi Pendapatan dan Strategi Pemasaran dalam Usaha Pertanian Cabai Merah (Capsicum annum L.) Desa Puncu Kabupaten Kediri Wahyu Rianto Putro; Eko Yuliarsha Sidhi; Tutut Dwi Sutiknjo; Agustia Dwi Pamujiati; Djoko Rahardjo
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5288

Abstract

The development of the agricultural sector has the main objective of increasing food production and nutrition and improving the standard of living and welfare of the community. One of the potential contributors to the income of the farmers studied is the red chili plant. This research was conducted in Puncu Village, Kediri Regency, as a red chili production center. The research used a census method with 15 red chili farmer respondents. Data collection was carried out through interviews and questionnaires with farmers and traders. Data analysis was carried out qualitatively and quantitatively. The research results show that red chili farming in Puncu Village, Kediri, produces an average of 8,823 kg/ha with a total production cost of IDR34,594,639 per hectare. Farmers' income reaches IDR218,218,667, so the profit per hectare reaches IDR183,624,028 with an R/C ratio of 6.43, indicating significant profits. Red chili marketing was carried out through two channels where the first channel (farmers to retailers to consumers) was classified as efficient, with an efficiency level of 1.07%. Meanwhile, the second channel (farmer to collector to retailer to consumer) could be more efficient, with an efficiency level of 3.13%. Analysis of costs, profits, and marketing efficiency provides a deeper understanding of the economic dynamics in the red chili sector in Puncu Village, Kediri.   Pembangunan sektor pertanian memiliki tujuan utama untuk meningkatkan produksi pangan dan gizi, serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi penyumbang pendapatan petani yang diteliti adalah tanaman cabai merah. Penelitian ini dilakukan di Desa Puncu, Kabupaten Kediri, sebagai sentra produksi cabai merah. Penelitian menggunakan metode sensus dengan 15 responden petani cabai merah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner kepada petani dan pedagang. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani cabai merah di Desa Puncu, Kediri, rata-rata menghasilkan 8.823 kg/ha dengan total biaya produksi Rp34.594.639 per hektar. Penerimaan petani mencapai Rp218.218.667, sehingga keuntungan per hektar mencapai Rp183.624.028 dengan R/C ratio 6,43, menandakan keuntungan yang signifikan. Pemasaran cabai merah dilakukan melalui dua saluran, dimana saluran pertama (petani ke pedagang pengecer ke konsumen) tergolong efisien dengan tingkat efisiensi 1,07%. Sementara itu, saluran kedua (petani ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen) tidak efisien dengan tingkat efisiensi 3,13%. Analisis biaya, keuntungan, dan efisiensi pemasaran memberikan pemahaman lebih mendalam tentang dinamika ekonomi di sektor cabai merah di Desa Puncu, Kediri.
Kendala Petani Padi Dalam Menerapkan Sistem Padi Organik (Studi Kasus: Desa Damarwulan Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri) Puji Setiono; Eko Yuliarsha Sidhi; Agustia Dwi Pamujiati; Arissaryadin Arissaryadin
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5323

Abstract

This research aims to understand the implementation of organic rice farming in Damarwulan Village, Kepung District, Kediri Regency. This research involved the Ungkal Jaya Farmers Group in Damarwulan Village, Kepung District, Kediri Regency, which consisted of 38 farmers. In this group, 27 members use a conventional rice planting system, while 11 use an organic one. This research found that the average organic rice production per hectare was 6,698 kg for Harvested Dry Grain (GKP) and 5,655 kg for Milled Dry Grain (GKG). If farmers decide to process it into rice, they get around 4,354 kg of rice. Production costs incurred amounted to IDR20,688,409. The average income from organic rice farming in this research location is IDR19,366,286 for GKP, IDR21,586,822 for GKG, and IDR35,776,514 for rice. The research results also revealed several obstacles faced by farmers in cultivating organic rice, including (1) farmers' perception that organic farming is complicated because it requires special treatment, including the use of pesticide-free water, (2) the process takes time because the rice fields are contaminated by chemical residues and limited distribution of organic production facilities, (3) higher risk of pest and disease attacks, (4) market price uncertainty, and (5) expensive organic certification costs with a validity period of 3 years. Thus, organic rice cultivation has high-profit potential. However, farmers face various obstacles, such as the limited supply of organic resources, changes in farmer behavior patterns, the threat of plant pest organisms, and market uncertainty for organic rice.   Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi pertanian padi organik di Desa Damarwulan, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Penelitian ini melibatkan Kelompok Tani Ungkal Jaya di Desa Damarwulan, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, yang terdiri dari 38 petani. Dalam kelompok ini, 27 anggota menerapkan sistem tanam padi konvensional, sementara 11 anggota menerapkan sistem tanam padi organik. Pada riset ini, ditemukan bahwa rata-rata produksi padi organik per hektar adalah 6.698 kg untuk Gabah Kering Panen (GKP) dan 5.655 kg untuk Gabah Kering Giling (GKG). Jika petani memutuskan untuk mengolahnya menjadi beras, mereka mendapatkan sekitar 4.354 kg beras. Biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp20.688.409. Rata-rata pendapatan dari usahatani padi organik di lokasi penelitian ini adalah Rp19.366.286 untuk GKP, Rp21.586.822 untuk GKG, dan Rp35.776.514 untuk beras. Hasil penelitian juga mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi petani dalam budidaya padi organik, antara lain: (1) persepsi petani bahwa pertanian organik rumit karena memerlukan perlakuan khusus, termasuk penggunaan air bebas pestisida, (2) proses yang memakan waktu karena tercemarnya sawah oleh residu kimia dan keterbatasan sarana produksi organik yang merata, (3) risiko serangan hama dan penyakit yang lebih tinggi, (4) ketidakpastian harga pasar, dan (5) biaya sertifikasi organik yang mahal dengan masa berlaku selama 3 tahun. Dengan demikian, budidaya padi organik sebenarnya memiliki potensi keuntungan yang tinggi, namun petani dihadapkan pada berbagai kendala, seperti keterbatasan pasokan sumber daya organik, perubahan pola perilaku petani, ancaman organisme pengganggu tanaman, dan ketidakpastian pasar beras organik.
Kelayakan Usahatani Padi Inpari IR Nutri Zinc Kelompok Tani Ngudi Makmur Kabupaten Tulungagung Siti Chumidah; Wiwiek Andajani; Eko Yuliarsha Sidhi; Agustia Dwi Pamujiati
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5325

Abstract

Tulungagung Regency ranks 18th with 2,901 stunting cases, the equivalent of 5.51% in East Java. More specifically, stunting cases in Kauman District, Tulungagung Regency, reached 104 or around 3.6%. One of the causes of stunting is iron (Zn) deficiency. The Tulungagung Regency Agriculture Service conducted an Inpari IR Nutri Zinc Rice cultivation development program for the Ngudi Makmur Farmers Group in Balerejo Village, Kauman District, to support reducing stunting cases. Cultivating Inpari IR Nutri Zinc Rice has been carried out well. However, an analysis of the costs and feasibility of farming has yet to be carried out, so further research needs to be conducted. This research aims to determine the costs and feasibility of cultivating Inpari IR Nutri Zinc Rice. This research was a quantitative descriptive study involving the participation of 30 respondents belonging to the Ngudi Makmur Farmers Group, Balerejo Village, Kauman District, determined by census. Cost analysis calculations included variable and fixed costs so that income and receipts would be known. Feasibility analysis was calculated using the R/C ratio. The study findings showed that the average expenditure figure for Inpari IR Nutri Zinc Rice agricultural activities in the Ngudi Makmur Farmer Group was IDR10,382,373 with an income of IDR19,463,007 per ha in one planting season. The R/C ratio calculation result was 2.88. This shows that the Inpari IR Nutri Zinc Rice cultivation business is profitable and feasible. Kabupaten Tulungagung menempati urutan ke-18 dengan jumlah 2901 kasus stunting atau setara dengan 5,51% di Jawa Timur. Lebih spesifik lagi, kasus stunting di Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung mencapai 104 atau sekitar 3,6%. Salah satu penyebab stunting yaitu kekurangan zat besi (Zn). Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung melakukan program pembinaan budidaya Padi Inpari IR Nutri Zinc kepada Kelompok Tani Ngudi Makmur Desa Balerejo Kecamatan Kauman untuk mendukung penurunan kasus stunting. Proses budidaya Padi Inpari IR Nutri Zinc telah dilakukan dengan baik, namun belum dilakukan analisis biaya serta kelayakan usahataninya sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui biaya dan kelayakan usaha budidaya Padi Inpari IR Nutri Zinc. Penelitian ini adalah suatu studi deskriptif kuantitatif yang melibatkan partisipasi dari 30 responden anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur Desa Balerejo Kecamatan Kauman yang ditentukan secara sensus. Penghitungan analisis biaya meliputi biaya variabel dan biaya tetapsehingga akan diketahui pendapatan dan penerimaan. Analisis kelayakan dihitung menggunakan R/C ratio. Temuan studi menunjukkan angka rata-rata pengeluaran dalam kegiatan pertanian Padi Inpari IR Nutri Zinc pada Kelompok Tani Ngudi Makmur sebesar Rp10.382.373 dengan pendapatan sebesar Rp 19.463.007 per ha dalam satu musim tanam. Hasil perhitungan R/C ratio sebesar 2,88. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani budidaya Padi Inpari IR Nutri Zinc menguntungkan dan layak untuk dijalankan.