Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Hubungan Jarak Rumah ke Puskesmas dengan Kepatuhan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Patokbeusi Subang Riki Yudiana; Zulmansyah; Herry Garna
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.172

Abstract

Abstract. Tuberculosis is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is chronic. Based on WHO Burden Disease data (2018), tuberculosis is the top 10 disease causing death. Drugs to reduce the eradication of tuberculosis are tablets of fixed dose combination anti-tuberculosis drugs (OAT-KDT). Non-adherence in undergoing treatment will cause resistance to OAT-KDT. The purpose of this study was to analyze the relationship between the distance from home to the puskesmas with adherence to taking OAT-KDT at the Subang Patokbeusi Public Health Center during February–June 2021. This type of research was quantitative with an observational analysis method with a cross-sectional approach. Data were obtained from medical records of tuberculosis patients period Januari 2020–Januari 2021. Data analysis used the chi-square test. If there are cells <5 then the Fisher exact test is used. The number of samples were 68 people. Processing and analyzing data used statistical application SPSS 25.00 for Mac with a significance degree of p<0.005. Pulmonary TB patients with a distance from home to the health center <5 km, 5–10 km, and >10 km who were adherence to taking medication, 30/31 people, 31/32 people, and 3/5 people (p=0.003) consequentially it means that there was a significant relationship. In conclusion, there is a relationship between the distance from the house to the puskesmas with the compliance of tuberculosis patients in undergoing treatment. Abstrak.Tuberkulosis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang bersifat kronis. Berdasar atas data Burden Disease WHO (2018), tuberkulosis menjadi penyakit 10 teratas penyebab kematian. Obat untuk menurunkan eradikasi penyakit tuberkulosis, yaitu tablet obat anti-tuberkulosis kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan resistensi terhadap OAT-KDT. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan jarak rumah ke puskesmas dengan kepatuhan meminum OAT-KDT di Puskesmas Patokbeusi Subang dilaksanakan Februari–Juni 2021. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode observasional analisis dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dari medical record pasien tuberkulosis periode Januari 2020–Januari 2021. Analisis data menggunakan uji chi-square. Jika terdapat sel <5 maka digunakan uji Eksak Fisher. Jumlah sampel 68 orang. Pengolahan dan analisis data menggunakan aplikasi statistika SPSS 25.00 for Mac dengan derajat kemaknaan p<0,005. Pasien TB paru dengan jarak rumah ke puskesmas <5 km, 5–10 km, dan >10 km yang patuh meminum obat berturut-turut 30/31 orang, 31/32 orang, dan 3/5 orang (p=0,003) artinya terdapat hubungan bermakna. Simpulan, terdapat hubungan jarak rumah ke puskesmas dengan kepatuhan pasien tuberkulosis dalam menjalani pengobatan.
Perbandingan Efektivitas Insulin, Obat Antidiabetik Oral dan Kombinasi terhadap Kadar Gula Darah pada Pasien Rawat Jalan dengan DM Tipe 2 RSUD Al-Ihsan Ghifari Jamaluddin; Zulmansyah; Widhy Yudistira Nalapraya
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1027

Abstract

Abstract. Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease and is increasing every year. There are two types of DM treatment, namely insulin therapy and oral antidiabetic drugs (OAD). The purpose of this study was to compare the effectiveness of insulin, OAD, and a combination of the two on blood sugar levels in type 2 DM patients. This study was conducted at Al-Ihsan Hospital Bandung in the period January – December 2021. The research instrument used was medical records. The research method used is observational analysis with a cross sectional approach. Bivariate analysis using one way ANOVA test. The subject can be as many as 97 patients. The results of the data obtained the use of 63.9% OAD, 18.6% insulin and 17.5% combination. The effectiveness of OAD 54.8%, insulin 22.2% and 47.1% combination. The results of the analysis showed that there was no significant comparison of the effectiveness of OAD, insulin and combinations (p = 0.21;>0.05). The conclusion is the use of OAD is more effective with 54.8% effectiveness than the use of insulin or a combination and there is no significant difference in effectiveness between the use of OAD, insulin and a combination to reduce blood sugar levels in outpatients with type 2 diabetes at Al-Ihsan Hospital Bandung. Abstrak. Diabetes melitus (DM) adalah salah satu penyakit tidak menular dan terdapat peningkatan setiap tahunnya. Terdapat dua jenis pengobatan DM, yaitu terapi insulin dan obat antidiabetik oral (OAD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan efektivitas antara insulin, OAD, dan kombinasi keduanya terhadap kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan di RSUD Al-Ihsan Bandung pada periode Januari – Desember 2021. Instrumen penelitian yang digunakan adalah rekam medis. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analisis dengan pendekatan cross sectional. Analisis bivariat menggunakan uji one way anova. Di dapat subjek sebanyak 97 pasien. Hasil data diperoleh penggunaan OAD 63,9%, insulin 18,6% dan kombinasi 17,5%. Efektivitas OAD 54,8%, insulin 22,2% dan kombinasi 47,1%. Hasil analisis menunjukan tidak terdapat perbandingan bermakna efektivitas dari OAD, insulin dan kombinasi yang bermakna (p=0,21;>0,05). Kesimpulan penggunaan OAD lebih banyak dengan efektivitas 54,8% dibandingkan penggunaan insulin atau kombinasi serta tidak terdapat perbedaan bermakna dalam efektivitas antara penggunaan OAD, insulin dan kombinasi untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien rawat jalan dengan DM tipe 2 di RS Al-Ihsan Bandung.
Scoping Review: Hubungan Penggunaan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor dengan Derajat Keparahan Pasien COVID-19 Komorbid Hipertensi Aliya Ghania Mulyantari; Zulmansyah; Undang Komarudin
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1676

Abstract

Abstract. The incidence and mortality rates that continue to increase show that there are factors that aggravate the COVID-19, one of which is hypertension that can be treated with ACEIs (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors) and ARBs (Angiotensin Receptor Blockers). Meanwhile, SARS-CoV-2 binds to the ACE2 receptor which is a homolog of ACE1 (ACEI target) in the lungs and then enters the host cell, so this study aimed to determine the effect of using ACEI on the severity of COVID-19 with Hypertension. This study uses a scoping review method. The databases used are Pubmed, ScienceDirect, and Springer Link with the keywords COVID-19 AND Hypertension AND Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor taken from 2019-2021. The journals obtained were 3,859, then screening was carried out with PICOS until five journals were obtained. The study design uses an observational cohort study. The intervention in the research article was the administration of ACEI drugs and a history of ACEI use. Measurements in the journals varied, including clinical records of the length of hospitalization, need for ICU admission, use of mechanical ventilators, oxygen saturation, mortality time, radiological examinations, and other clinical manifestations. The conclusions show that the use of ACEI does not affect the increase in the severity of COVID-19. Abstrak. Angka kejadian dan angka kematian yang terus meningkat menunjukan adanya faktor yang memperberat penyakit COVID-19 salah satunya Hipertensi yang dapat diobati dengan ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors) dan ARBs (Angiotensin Receptor Blockers). Sementara itu, diketahui SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2 yang merupakan homolog dari ACE1 (target ACEI) di paru-paru untuk masuk ke dalam sel inang, sehingga tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penggunaan ACEI terhadap derajat keparahan pasien COVID-19 dengan Hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode scoping review. Database yang digunakan, yaitu Pubmed, ScienceDirect, dan Springer Link dengan kata kunci COVID-19 AND Hypertension AND Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor yang diambil dari tahun 2019-2021. Jumlah jurnal yang didapat yaitu 3.859 kemudian dilakukan screening dengan PICOS hingga didapatkan lima jurnal. Desain penelitian menggunakan observational cohort study. Intervensi pada artikel penelitian adalah pemberian obat ACEI dan riwayat penggunaan ACEI. Pengukuran pada jurnal terpilih bervariasi diantaranya catatan klinis berupa lamanya rawat inap, kebutuhan masuk ICU, penggunaan ventilator mekanik, pemeriksaan saturasi oksigen, waktu mortalitas, pemeriksaan radiologis, dan manifestasi klinis lain. Hasil menunjukan bahwa penggunaan ACEI tidak mempengaruhi peningkatan derajat keparahan pasien COVID-19.
Scoping Review: Pengaruh Kepatuhan Terapi Obat Anti Tuberkulosis terhadap Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Yunia Agustin; R.A Retno Ekowati; Zulmansyah
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.2052

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TB) is the second largest infectious disease in the world after HIV (Human Immunodeficiency Virus). TB treatment is carried out with Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), namely direct supervision of taking medication. Patients are sometimes undisciplined in undergoing it so that the bacteria that cause TB are not completely removed from the body and only weakened which allows patients who have recovered to be reinfected (relapse). This study aims to determine the effect of adherence to anti-tuberculosis drug therapy on the healing of tuberculosis patients, using the Scoping Review method based on articles from the Pubmed, Garuda and Neliti databases with the keywords: a Cohort Study, Tuuberculosis adherence treatment, and tuberculosis treatment adherence from 2011 to 2021, It was found that 116 published articles met the inclusion criteria. After PICOS screening and eligibility, 5 (five) articles were obtained with the results of the review and analysis of each article using Univariate and Multivariate Regression Techniques stating that patient compliance resulted in a cure above 50%. In conclusion, TB patient recovery is influenced by the level of adherence of TB patients themselves, such as: supervision, education, family roles and dots. Abstrak. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular terbesar kedua di dunia setelah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pengobatan TB dilakukan dengan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS), yaitu pengawasan langsung minum obat. Pasien terkadang tidak disiplin dalam menjalaninya sehingga bakteri penyebab TBC tidak sepenuhnya dikeluarkan dari tubuh dan hanya melemah yang memungkinkan pasien yang sudah sembuh dapat terinfeksi kembali (kambuh). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terapi obat anti tuberkulosis terhadap kesembuhan pasien tuberculosis, menggunakan metode Scoping Review berdasarkan artikel dari database Pubmed, Garuda dan Neliti dengan kata kunci : a Cohort Study, Tuuberculosis adherence treatment, dan kepatuhan pengobatan tuberkulosis dari tahun 2011 hingga 2021, ditemukan sebanyak 116 artikel yang diterbitkan memenuhi kriteria inklusi. Setelah skrining dan kelayakan secara PICOS, diperoleh 5 (lima) artikel dengan hasil telaah dan analisis pada setiap artikel dengan menggunakan Teknik Regresi Univariat dan Multivariat menyatakan bahwa kepatuhan pasien menghasilkan kesembuhan diatas 50%. Simpulan, kesembuhan pasien TB dipengaruhi oleh tingkat.
Work From Home Berpengaruh terhadap Kejadian Obesitas pada Aparatur Sipil Negara Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Muhammad Faris Fikri Anshori Anshori; Zulmansyah; Ariko Rahmat Putra Putra
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6300

Abstract

Abstract. As a result of the Covid 19 pandemic, the government issued Work From Home (WFH) for State Civil Apparatus (ASN). The problem in this study is that the existence of the WFH policy on ASN at the Tasikmalaya City Health Service will change the work environment, physical activity, and employee eating patterns which are thought to have an impact on the incidence of obesity. The purpose of this study was to determine and analyze the effect of WFH as measured by the work environment, physical activity and eating patterns on the incidence of obesity. The research method used was a survey with a quantitative approach, the population in this study were ASN in the Structural Field of the Tasikmalaya City Health Service as many as 91 people, the determination of the sample was taken randomly as many as 48 people. Data analysis used multiple linear regression analysis, because the work environment, physical activity and eating patterns are considered as independent variables. Based on the results of the study it was found that WFH as measured by work environment, physical activity and diet had a strong effect on the incidence of obesity with a contribution of 40%, where diet had the greatest influence on the incidence of obesity. Abstrak Akibat adanya pandemi Covid 19, pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH) bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN). Permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan adanya kebijakan WFH pada ASN Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, akan merubah lingkungan kerja, aktifitas fisik, dan pola makan pegawai yang diduga berdampak pada kejadian obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh WFH yang diukur berdasarkan lingkungan kerja, aktifitas fisik dan pola makan terhadap kejadian obesitas. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah ASN Bidang Struktural Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebanyak 91 orang, penentuan sampel diambil secara acak sebanyak 48 orang. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, dikarenakan lingkungan kerja, aktifitas fisik dan pola makan dianggap sebagai variabel yang berdiri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa WFH yang diukur berdasarkan lingkungan kerja, aktifitas fisik dan pola makan berpengaruh kuat terhadap kejadian obesitas dengan kontribusi sebesar 40%, dimana pola makan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kejadian obesitas.
Pekerjaan Ibu sebagai Faktor Dominan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24 –59 Bulan Asty Sabrina Utami; Zulmansyah; Ismet Muchtar Nur
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2300

Abstract

Abstract. Stunting is a condition of failure to grow in toddlers due to chronic malnutrition thus it is too short for their age. Data from BKKBN 2017 showed that in Garut Regency is the highest in West Java with a stunting prevalence rate that exceeds the national prevalence rate. Data from the Garut Regency Health Office indicated that Mulyasari Village, Bayongbong District, is one of the districts in the Garut Regency with a significant stunting rate. This study aims to determine the frequency and description of the characteristic description of stunted children in children aged 24-59 months, maternal characteristics, environmental characteristics, and behavioral characteristics in Mulyasari Village, Bayongbong District, Garut Regency in 2021.This type of research is descriptive observational research that is retrospective. The data were analyzed using univariate analysis. The results of this study showed that the most of the toddlers were stunted (87%) which the dominant factor in the incidence of stunting among children aged between 24 and 59 months in Mulyasari Village, Bayongbong District, Garut Regency in 2021 is unemployed mothers, representing 87% of cases. Abstrak. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat adanya kekurangan gizi kronis sehingga terlalu pendek untuk usianya. Data BKKBN 2017 menunjukkan bahwa Kabupaten Garut menjadi urutan tertinggi di Jawa Barat dengan angka prevalensi stunting yang melebihi angka prevalensi nasional. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menunjukkan bahwa Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang menjadi fokus utama daerah stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan gambaran karakteristik anak stunting pada anak usia 24 – 59 bulan, karakteristik ibu, karakteristik lingkungan dan karakteristik perilaku di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita stunting dengan kategori stunted (87%) dengan faktor yang mendominasi pada kejadian stunting di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut tahun 2021 adalah ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 87%.
Pekerjaan Ibu sebagai Faktor Dominan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24 –59 Bulan Asty Sabrina Utami; Zulmansyah; Ismet Muchtar Nur
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.1, Juli 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.vi.2300

Abstract

Abstract. Stunting is a condition of failure to grow in toddlers due to chronic malnutrition thus it is too short for their age. Data from BKKBN 2017 showed that in Garut Regency is the highest in West Java with a stunting prevalence rate that exceeds the national prevalence rate. Data from the Garut Regency Health Office indicated that Mulyasari Village, Bayongbong District, is one of the districts in the Garut Regency with a significant stunting rate. This study aims to determine the frequency and description of the characteristic description of stunted children in children aged 24-59 months, maternal characteristics, environmental characteristics, and behavioral characteristics in Mulyasari Village, Bayongbong District, Garut Regency in 2021.This type of research is descriptive observational research that is retrospective. The data were analyzed using univariate analysis. The results of this study showed that the most of the toddlers were stunted (87%) which the dominant factor in the incidence of stunting among children aged between 24 and 59 months in Mulyasari Village, Bayongbong District, Garut Regency in 2021 is unemployed mothers, representing 87% of cases. Abstrak. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat adanya kekurangan gizi kronis sehingga terlalu pendek untuk usianya. Data BKKBN 2017 menunjukkan bahwa Kabupaten Garut menjadi urutan tertinggi di Jawa Barat dengan angka prevalensi stunting yang melebihi angka prevalensi nasional. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut menunjukkan bahwa Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang menjadi fokus utama daerah stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan gambaran karakteristik anak stunting pada anak usia 24 – 59 bulan, karakteristik ibu, karakteristik lingkungan dan karakteristik perilaku di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif yang bersifat retrospektif. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita stunting dengan kategori stunted (87%) dengan faktor yang mendominasi pada kejadian stunting di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut tahun 2021 adalah ibu yang tidak bekerja yaitu sebesar 87%.
Coping Strategy, Tingkat Kecemasan Sosial, dan Remaja Pengguna Media Sosial Zahra Kamila Fauziyyah; Zulmansyah; Dony Septriana Rosady
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.2, Desember 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.v3i2.2958

Abstract

Abstract. In fact, around 39% of Indonesians experience anxiety when they are not on their social media. One of the efforts to reduce that anxiety is the use of coping strategy which includes actions to reduce anxiety or behavioral and mental responses to stress. Based on this phenomenon, the research problems were formulated as follows: (1) How is the level of social anxiety that occurs in adolescents who use social media? (2) How is the coping strategy used by adolescents who use social media? (3) Is there a relationship between coping strategy and level of social anxiety in adolescent social media users? The researcher employed the analytic observational method with SMA Negeri 1 Sukabumi students as the population. The sampling technique used the purposive sampling with a selected sample of 172 respondents. The data was gathered through a google form questionnaire and the data analysis used the Pearson chi-square test. The results of the study have shown that there is a relationship between coping strategies and the level of social anxiety in adolescents who use social media. According to its characteristics, the use of coping strategy that can be used and is more appropriate to use to reduce social anxiety in adolescent social media users is the problem focused coping. Abstrak. Sebanyak 39% warga Indonesia mengalami kecemasan apabila tidak bersentuhan dengan media sosial yang dimiliki karena rasa ketergantungan terhadap media sosial. Upaya dalam mereduksi kecemasan tersebut adalah penggunaan coping strategy yang merupakan suatu tindakan untuk mengurangi kecemasan atau respons perilaku dan pikiran terhadap suatu stres. Berdasarkan fenomena tersebut, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana gambaran tingkat kecemasan sosial yang terjadi pada remaja pengguna media sosial (2) Bagaimana gambaran coping strategy yang digunakan oleh remaja pengguna media sosial (3) Apakah terdapat hubungan antara coping strategy terhadap tingkat kecemasan sosial pada remaja pengguna media sosial. Peneliti menggunakan metode observasional analitik. Populasi yang dipilih adalah siswa SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan sampel terpilih sebanyak 172 responden. Pengambilan data melalui kuesioner berbentuk google form dan analisis data yang digunakan adalah uji pearson chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara coping strategy terhadap tingkat kecemasan sosial pada remaja pengguna media sosial. Berdasarkan karakteristiknya, maka penggunaan coping strategy yang dapat digunakan dan lebih tepat digunakan untuk mengurangi kecemasan sosial pada remaja pengguna media sosial ialah problem focused coping.
Pola Asuh dan Kejadian Balita Stunting di Puskesmas Lelea Kabupaten Indramayu Delfian Rahmat Aditia; Zulmansyah; Herry Garna
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10868

Abstract

Abstract. Stunting is a condition where the physical height or body length of a toddler is not appropriate compared to his/her peers with a score of less than -2SD. In West Java, the prevalence of stunting is 31.1%. Internal factors causing stunting are maternal and toddler nutritional intake, health status, parenting style, food quality and maternal employment. External factors are health services and parenting patterns for toddlers. Parenting is the behavior of parents in guiding them to provide love, attention and support for the development and growth of toddlers. Workers are classified based on the duration of work in one week, workers who work more than 35 hours/8 hours a day in one week are referred to as full-time workers. Workers who work less than 35 hours in 1 week are referred to as incomplete workers. This study aims to analyze the relationship between parenting patterns of full-time working mothers and the incidence of stunting in toddlers at the Lelea Community Health Center, Indramayu Regency. Abstrak. Stunting merupakan keadaan fisik tingi atau panjang tubuh balita tidak sesuai dibanding dengan usia sebayanya dengan score kurang dari -2SD, di Jawa Barat prevalensi stunting 31,1%. Faktor penyebab stunting faktor internal adalah asupan gizi ibu dan balita, status kesehatan, pola asuh, kualitas pangan dam pekerjaan ibu. Faktor eksternal adalah pelayanan kesehatan dan pola asuh balita. Pola asuh merupakan perilaku orangtua dalam membimbing memberikan kasih sayang, perhatian, serta sokongan untuk perkembangan dan pertumbuhan balita. Pekerja diklasifikasikan berdasarkan durasi kerjanya dalam satu minggu, pekerja yang bekerja lebih dari 35 jam/ 8 jam sehari dalam satu minggu disebut sebagai pekerja penuh waktu. Pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam 1 minggu disebut sebagai pekerja tidak penuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pola asuh ibu pekerja penuh waktu dengan kejadian balita stunting di Puskesmas Lelea Kabupaten Indramayu.
Gambaran Perilaku Merokok Keluarga pada Balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem Donissa Aurel Titania; Herry Garna; Zulmansyah
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11544

Abstract

Abstract. In Indonesia, acute respiratory infections (ARI) are still very common, especially in children under five, with a morbidity of 3% and a mortality of 15.5%. Many factors can cause this infection in toddlers, including smoking behavior in the family. The aim of this research was to study family smoking behavior among toddlers suffering from ISPA at the Ciasem Health Center. This study was designed as a quantitative retrospective. Toddler patients who came to the Ciasem Community Health Center in Subang Regency with complaints of ISPA were research subjects from June to September 2023. The sample was 41 toddlers. This study used consecutive sampling as a sampling technique. The family smoking behavior questionnaire was used as a research instrument. The data that has been collected will be analyzed using descriptive data analysis. The results of this study show that family smoking behavior among toddlers with ISPA at the Ciasem Community Health Center is in the moderate smoker category. The conclusion of this research is that the majority of families of toddlers with ISPA at the Ciasem Community Health Center have smoking behavior in the moderate category. Abstrak. Di Indonesia, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih sangat umum, terutama pada balita dengan morbiditas 3% dan mortalitas 15,5%. Banyak faktor dapat menyebabkan infeksi balita ini, termasuk perilaku merokok dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perilaku merokok keluarga pada balita yang menderita ISPA di Puskesmas Ciasem. Penelitian ini dirancang sebagai kuantitatif retrospektif. Pasien balita yang datang ke Puskesmas Ciasem di Kabupaten Subang dengan keluhan ISPA adalah subjek penelitian dari Juni hingga September 2023. Sampel sebesar 41 balita. Penelitian ini menggunakan consecutive sampling sebagai teknik pengambilan sampel. Kuesioner perilaku merokok keluarga digunakan sebagai instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku merokok keluarga pada balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem berada pada kategori perokok kategori sedang. Simpulan penelitian ini mayoritas keluarga balita dengan ISPA di Puskesmas Ciasem memiliki perilaku merokok dalam kategori sedang.