Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pemanfaatan Daun Marenggo (Chromoalena odarata L) sebagai Zat Warna Alami untuk Pewarnaan Kain Batik Katun dan Sutera Haerudin, Agus; Atika, Vivin; Farida, F
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2021: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.252 KB)

Abstract

Eksplorasi zat warna alami yang bersumber dari daun tumbuhan perlu terus dikembangkan untuk menambah variatif warna kain batik, selain itu potensi sumber dayanya cukup melimpah di Indonesia. Tujuan penelitian ingin melihat hasil warna dan kualitas warna dari ekstrak daun marenggo sebagai zat warna alami pada kain batik katun dan sutera. Metode penelitian ini eksperimen dengan perlakuan variasi zat pra mordan tawas, kemiri dan jambal, serta varias pH ekstraksi asam (4,5-5), basa (8,5-9) dan neteral (7-7,5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun marenggo dapat dimanfaatkan sebagai zat warna untuk pewarnaan kain batik katun dan sutera dengan hasil nilai uji ketahanan luntur warna pada pencucian 40 ℃ dan terhadap gosokan kering dan basah rata-rata menghasilkan nilai uji 4-5 dalam kategori baik, hasil uji beda warna L*,a*,b* dan identifikasi cahaya warna yakni arah warna yang dihasilkan dari ekstrak daun marenggo pada pewarnaan batik kain katun berwarna magenta-pink, sedangkan pada batik kain sutera berwarna pink, warna yang paling tua dihasilkan dari perlakuan variasi zat pre-mordan jambal-tawas dengan pH larutan ekstraksi netral.
KUALITAS PEWARNAAN EKSTRAK GAMBIR PADA BATIK SUTERA Atika, Vivin; Farida, Farida; Pujilestari, Titiek
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 33 No. 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i1.887

Abstract

ABSTRAKGambir merupakan salah satu sumber zat warna alam yang dapat diaplikasikan pada pewarnaan batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas ekstrak gambir (arah warna dan ketahanan luntur) sebagai pewarna batik sutera. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan variasi jenis pelarut (air, etanol teknis) serta jenis fiksator (tawas, tunjung, kapur). Batik sutera yang telah diwarnai dengan ekstrak gambir kemudian diuji arah dan beda warna, ketuaan dan ketahanan luntur warnanya. Dari pengujian didapatkan hasil arah warna batik sutera cokelat sampai cokelat tua, nilai beda warna L* pada kisaran 44,3-66,2; a* 7,2-13,1; b* 15,1-32,1, dan nilai ketuaan warna %R pada kisaran 10,48-21,12 dan K/S 1,47-3,827. Sedangkan nilai rata-rata ketahanan luntur terhadap pencucian adalah 4 (baik), gosokan basah 4 (baik) dan sinar 4-5 (baik). Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak gambir dapat digunakan sebagai pewarna batik sutera dengan kualitas yang baik. Kata Kunci: gambir, pewarna, batik sutera ABSTRACTGambier is one of the vegetable colorant source that can be applied for batik dyeing. This research aims to determine the color shades and fastness properties of silk batik dyed with gambier. The method used in this research is experimental with variation include kinds of solvent (water and 70% ethanol) and fixator (alum, ferrosulphate and lime). Dyed silk batik with gambier extract then evaluated by its color shades and difference of intensity also fastness properties. From the evaluation it is obtained that the color shades are brown to dark brown color, color differences score L* is 44.3-66.2; a* 7.2-13.1; b* 15.1-32.1, and color intensity %R score is 10.48-21.12 and K/S score is 1.47-3.827. While the average value of fastness to washing is 4 (good), wet rub 4 (good) and light 4-5 (good). It has been concluded that the gambier extract can be used as batik dye on silk fabrics with good qualities. Keywords: gambier, dye, silk batik
Pengaruh Komposisi Resin Alami Terhadap Suhu Pelorodan Lilin Untuk Batik Warna Alam Atika, Vivin; Haerudin, Agus
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 30 No. 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i1.949

Abstract

AbstrakLilin batik merupakan komponen yang penting dalam pembuatan batik warna alam. Selama ini, lilin yang beredar di pasaran adalah untuk pewarna sintetis. Lilin tersebut membutuhkan suhu yang tinggi untuk proses pelorodannya. Suhu pelorodan yang tinggi mengakibatkan warna alam menjadi luntur. Penelitian Pengaruh Komposisi Resin Alami Terhadap Suhu Pelorodan Lilin Untuk Batik Warna Alam bertujuan untuk mendapatkan komposisi lilin klowong yang sesuai untuk proses pembuatan batik warna alam. Kegiatan ini dibatasi pada penelitian komposisi lilin klowong dengan melakukan variasi berat resin alami yaitu damar matakucing, gondorukem, suhu pelorodan 60, 80, 100 ⁰C dan jenis kain katun prima, primisima. Dari hasil penelitian didapatkan komposisi lilin klowong untuk  batik warna alam yang baik dengan komposisi damar mata kucing (1 bag.); gondorukem (3 bag.); kote (2 bag.); parafin (1 bag.); lilin bekas (2 bag.); dan kendal (1 bag.). Lilin batik tersebut memiliki titik leleh campuran 38 ⁰C serta jumlah lilin terlepas 80 % pada suhu pelorodan 60 ⁰C dan 100 % pada suhu pelorodan 80 ⁰C. Kata kunci: lilin klowong batik, warna alam, komposisi AbstractBatik wax is important component of natural batik making. These times, the market wax is suitable only for synthetic colorant. These wax needs higher temperature on wax removing process. High temperature wax removal process can cause the natural color to exceed. Identification of Natural Resin Composition Effect on Wax Removing Temperature For Batik Natural Dye aims to obtain suitable composition of klowong wax for natural batik dyeing process. This activity is limited to the identification of klowong wax composition by varying the natural resins weight damar matakucing, gondorukem, wax removing process temperature 60, 80, 100 ⁰C and kind of cotton cloth prima, primisima. From the results obtained good klowong wax for natural batik dyeing with material  compositions: damar mata kucing (1 pc.); gondorukem (3 pc.); kote (2 pc.); parafin (1 pc.); used wax (2 pc.); and kendal (1 pc.). The wax is having melting points of 38 ⁰C also amounts of released wax 80 % at temperature 60 ⁰C and 100 % at temperature 80 ⁰C. Keywords: klowong batik wax, natural dyeing, composition
Aplikasi Ornamen Khas Maluku untuk Pengembangan Desain Motif Batik Masiswo, Masiswo; Atika, Vivin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i1.1048

Abstract

ABSTRAKMaluku memiliki banyak ragam hias budaya warisan nilai leluhur berupa ornamen etnis yang merupakan kesenian dan keterampilan kerajinan. Hasil warisan tersebut sampai saat ini masih lestari hidup serta dapat dinikmati sebagai konsumsi rohani yang memuaskan manusia. Berkaitan dengan keberlangsungan nilai-nilai tradisi etnis yang berwujud pada ornamen-ornamen daerah Maluku, maka dikembangkan untuk kebutuhan manusia berupa motif batik pada kain. Pengembangan ornamen ini lebih menekankan pada representasi akan bentuk-bentuk ornamen yang diterapkan pada kerajinan batik berupa motif khas Maluku. Pengembangan alternatif desain motif batik dibuat tiga variasi yang bersumber dari ornamen khas Maluku dibuat prototipe produknya dan diuji ketahanan luntur warnanya. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah dari tiga prototipe produk berpredikat baik sekali terdapat pada “Motif Siwa” dan predikat baik pada motif “Siwa Talang” dan motif “Matahari Siwa Talang”.Kata kunci: desain, Maluku, motif batik, ornamenABSTRACTMaluku has much decorative ancestral cultural heritage value in the form of ornament ethnic arts and crafts skills. The result of the legacy is still sustainable living can be enjoyed as well as satisfying spiritual human consumption.Related to the sustainability of traditional values in the form of ethnic ornaments Maluku, it was developed for human needs in the form of batik cloth . The development of these ornaments will be more emphasis on the representation forms of ornamentation that is applied to a batik motif Maluku. Development of alternative design motif made three variations. The development of three alternative design motifs derived from the Maluku ornaments made and tested a prototype product color fastness. The test results of color fastness to wet rubbing of the three prototypes are excellent products predicated on the "Motif Siwa" and a good rating on the motif "Siwa Talang" and motif "Matahari Siwa Talang".Keywords: design, Maluku, batik motif, ornament
PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI LIMBAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KAKAO SEBAGAI BAHAN PEWARNA KAIN BATIK Pujilestari, Titiek; Farida, Farida; Pristiwati, Endang; Haerudin, Agus; Atika, Vivin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 33 No. 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i1.1119

Abstract

ABSTRAKPenelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit dan kakao sebagai bahan pewarna pada batik bertujuan untuk menggali sumber daya alam limbah perkebunan yang belum dimanfaatkan dan mencoba bahan baku baru untuk pewarna batik. Limbah perkebunan cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao merupakan sisa hasil proses pengolahan yang tidak termasuk dalam produk utama yang dianggap berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Kegiatan ini dibatasi pada pengambilan zat warna dari cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao dengan memakai pelarut air dan pelarut organik. Zat warna alam yang diperoleh digunakan sebagai pewarna pembatikan pada kain katun dan sutera. Fiksasi dilakukan dengan tiga jenis fiksator yaitu tawas, kapur dan tunjung. Pewarnaan dilakukan pada kain katun dan sutera dengan sistem celupan dingin sebanyak enam kali. Pengujian dilakukan terhadap ketahanan luntur warna akibat pencucian dan gosokan, arah dan beda warna. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan rata-rata menunjukan hasil cukup sampai baik sekali (3-5). Nilai kelunturan warna terhadap pencucian pada kain katun dengan pewarna cangkang kelapa sawit lebih baik daripada kulit buah kakao. Arah warna cangkang kelapa sawit menunjukkan warna coklat muda sampai coklat tua, sedang kulit buah kakao memberikan arah warna abu-abu sampai coklat tua. Pembacaan uji beda warna diperoleh rata-rata warna berada pada daerah antara kuning ke merah. Kata Kunci: cangkang kelapa sawit, kulit buah kakao, warna alam, batik  ABSTRACTUtilization of plantation waste as batik dyes research aims to explore the plantation waste potential asraw materials for batik dyeing. Plantation waste of palmkernel shell and cocoa fruit peel are side products of the main process thatbecome environmental pollution if not managed properly. This activity is restricted to making dyes from palmkernel shells and cocoa fruit peel by using water solvent and organic solvent. Natural dyes obtained are used as batik dyes on cotton and silk. Fixation is done each with alum, lime and ferrosulphate. Dyeing on cotton and silk fabric is done with six times cold immersion. The testing are include color fastness of washing and rubbing, color shades and color difference. The test results of color fastness to washing and rubbing shows enough to excellent results (3-5). The average yield value of color fastness to washing in cotton cloth with palm kernel shells dyes is better than using cocoa peel dyes. The color shade of coconut shell dye is tanish to brownish, while cocoa peel is greyish to brownish. The color difference testing average result is color coordinate located between yellowish to reddish area. Keywords: palm kernel shell, cocoa peel, natural dye, batik.
Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda citrifolia) Farida, Farida; Atika, Vivin; Haerudin, Agus
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1164

Abstract

ABSTRAKPenelitian Pengaruh Variasi Bahan Pra Mordan pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda citrifolia) bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pra mordan pada pewarnaan batik menggunakan akar mengkudu (Morinda citrifolia). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan variasi bahan pra mordan (tawas, tawas-jambal, tawas-kemiri) dan pH pencelupan (asam, basa, netral). Batik yang telah diwarnai dengan ekstrak akar mengkudu kemudian diuji arah dan ketahanan luntur warnanya. Dari pengujian didapatkan hasil arah warna batik cokelat kemerahan sampai cokelat muda, sedangkan nilai rata-rata ketahanan luntur terhadap pencucian adalah 4 (baik) dan gosokan basah 4 (baik). Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa penambahan kayu jambal dan kemiri sebagai bahan pra mordan dibarengi pengaturan pH pada pewarnaan batik dengan ekstrak akar mengkudu memberikan variasi arah warna serta nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan basah dengan hasil rata-rata baik. Perlakuan dengan pra mordan tawas-kemiri dengan kondisi derajat keasaman netral memberikan hasil paling baik pada ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Kata kunci: pra mordan, pH pencelupan, akar mengkudu, ketahanan luntur warna, arah warna, batik  ABSTRACTEffect of Pre Mordant Materials Variety on Batik Dyeing Using Morinda Root (Morinda citrifolia) research was aimed to determine the effect of pre mordant materials in batik dyeing using the roots of morinda (Morinda citrifolia). The method used was experimental with variations including pre mordant materials (alum, alum-jambal, alum-kemiri) and dyeing acidity (acid, base, neutral). Batik that had colored with morinda root extract then tested by the color shades and fastness properties. From the test results it was obtained that the color shades were reddish brown to light brown, while the average value of fastness to washing and rubbing were 4 (good). It can be concluded that the addition of jambal wood extract and hazelnut oil in pre mordant process together with acidity regulation in batik dyeing with morinda root extract provide color shades variations and good  average value of color fastness to washing and rubbing. Pre mordant alum-kemiri treatment with neutral acidity give best result on color fastness to washing and rubbing. Keywords: pre mordant, staining acidity, morinda root, color fastness, color shades, batik
Karakteristik Angklung Berbahan Bambu Apus (Gigantochloa apus) Masiswo, Masiswo; Mandegani, Guring Briegel; Atika, Vivin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1179

Abstract

ABSTRAKWilayah Indonesia mempunyai potensi bambu yang tersebar luas. Salah satu pemanfaatan bambu adalah sebagai alat musik tradisional angklung. Angklung merupakan alat musik khas daerah Jawa Barat yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Angklung dibuat dengan bambu pilihan berjenis bambu hitam, ataupun bambu apus. Angklung terdiri dari 2-4 buah tabung bambu dengan ukuran tertentu dan dirangkai menjadi sebuah kesatuan dan diikat dengan rotan. Angklung dari tiap jenis bambu memiliki karakter suara masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik angklung bambu apus dalam menghasilkan nada dan mengetahui perbedaan angklung bambu apus Ciawi dan Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menguji nada angklung yang dihasilkan dan mengukur geometri angklung. Hasil pengukuran diolah dengan menggunakan analisis statistik Anova dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa angklung bambu apus mampu menghasilkan kualitas nada yang mendekati standar frekuensi nada internasional sebagai peralatan musik. Kata kunci: angklung, bambu, frekuensi, geometri, ANOVA ABSTRACT Indonesian region has the potential widespread bamboo. One is the use of bamboo as a traditional musical instrument angklung. Angklung is a musical instrument typical of the region of West Java that has been recognized by UNESCO as world cultural heritage. Angklung is made with bamboo manifold choice of black bamboo, or bamboo lear. Angklung consists of 2-4 pieces of bamboo tubes with specified size and assembled into a unified and tied with rattan. Angklung of each species of bamboo have a sound character of each. The purpose of this study was to determine the characteristics of angklung bamboo lear in generating tones and knowing the difference angklung bamboo smear Ciawi and Tasikmalaya. The method used in this study is a qualitative method to test the angklung tone and measure the resulting geometry angklung. Measurement results were processed using ANOVA statistical analysis with a confidence level of 95%. Results of the study showed that the angklung bamboo lear able to produce a tone quality approaching international standard tone frequencies as musical instruments. Keywords: angklung, bamboo, frequency, geometry, ANOVA
KUALITAS PEWARNAAN EKSTRAK KAYU TEGERAN (Cudrania javanensis) PADA BATIK Atika, Vivin; Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2642

Abstract

ABSTRAKEkstrak kayu Tegeran digunakan sebagai sumber warna kuning untuk soga batik. Penggunaanya sebagai pewarna tunggal batik sangat jarang karena menurut perajin batik mudah luntur dan warna kurang cerah.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ekstrak kayu Tegeran sebagai zat warna tunggal pada batik. Kayu Tegeran diekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC menggunakan pelarut air selama 1 jam. Pewarnaan batik dilakukan dengan ekstrak kayu Tegeran sebanyak 8 kali pada suhu kamar. Proses pelepasan malam (lilin batik) dilakukan dengan pelarut air pada suhu 100ºC selama 1 jam. Batik dianalisa dengan menggunakan parameter uji arah, ketuaan warna, ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah, pencucian dan sinar matahari. pH larutan ekstrak kayu Tegeran hasil ekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC berturut-turut sebesar 5, 4, 4-5, 3-4. Arah warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran yaitu kuning hingga cokelat tua. Nilai ketuaan warna batik katun hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran antara 22,24 – 40,33 dan batik sutera bernilai antara 38,39 – 46,75. Nilai pengujian ketahanan luntur warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran terhadap gosokan basah rata-rata memberikan nilai (4 – 5), sedangkan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar matahari langsung rata-rata memberikan nilai 4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kayu Tegeran dapat digunakan sebagai pewarna batik dengan warna cerah dan ketahanan luntur baik. ABSTRACTThe Tegeran wood extract has been used as the yellow color source for batik soga. As a single color for batik, it is rarely used because tend to have poor color fastness and less bright color. This research aim is to analyze Tegeran wood extract as a single dye for batik. Tegeran wood extracted on various temperature (room temperature, 50ºC, 75ºC, 100ºC) using water as the solvent for an hour. Then it is used for batik dyeing with 8 times soaking at room temperature. The batik wax releasing process is conducted by base hot water for an hour. Batik is then analyzed using various testing parameters such as shade, color intensities and color fastness properties. The acidity of Tegeran extract from extraction process at room temperature, 50ºC, 75ºC dan 100ºC are in line 5, 4, 4-5, 3-4. Shades of color are yellow to dark brown. Color intensity score for cotton batik range is 22,24 – 40,33 and for silk batik is 38,39 – 46,75. The color fastness score to wet rubbing is (4 – 5), and to washing and direct sunlight is 4. From the result, it can be concluded that Tegeran wood extract can be used as batik dye with bright color and good color fastness properties.   
PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP HASIL EKSTRAKSI RUMPUT LAUT Gracilaria sp. SEBAGAI ZAT WARNA ALAM PADA KAIN BATIK KATUN DAN SUTERA Haerudin, Agus; Puji Lestari, Titik; Atika, Vivin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3301

Abstract

Zat warna alam dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut air maupun pelarut organik pada suhu tinggi atau rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap hasil ekstraksi rumput laut Glacilaria sp yang digunakan untuk mencelup kain batik katun dan sutera menggunakan mordan akhir garam logam tawas, kapur, dan tunjung. Penelitian ini menggunakan variasi: jenis pelarut air pada suhu ekstraksi 90OC dan etanol teknis suhu 30OC. Selanjutnya hasil ekstraksi digunakan untuk mencelup kain batik katun dan sutera. Hasilnya dilakukan uji beda warna (L*,a*,b*), dan uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan basah. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa, celupan dengan pelarut air pada kain batik katun memberikan nilai L* 69,8 – 97,8; a* 0,2 – 10,7; b* 4,7 – 30,7 sedangkan celupan dengan kain batik sutera memberikan nilai L* 58,1 – 89,8; a* 0,0 – 5,6; b* 10,4 – 16,3. Nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian pada kain batik katun adalah 3 – 4 sampai 4 - 5, sedangkan pada kain batik sutera  4 sampai 4 – 5, sedangkan nilai untuk ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah pada kain batik katun dan sutera adalah 4 sampai 4 – 5. Mordan akhir garam logam tawas menghasilkan arah warna muda coklat kekuningan, dan mordan akhir kapur menghasilkan arah warna sedang coklat kemerahan, serta mordan akhir tunjung menghasilkan arah warna tua coklat kebiruan. Berdasarkan hasil pengujian, jenis pelarut yang paling baik adalah air karena menghasilkan celupan terbaik pada kain batik sutera.
KARAKTERISTIK FISIK PRODUK BATIK DAN TIRUAN BATIK Masiswo, Masiswo; Setiawan, Joni; Atika, Vivin; Mandegani, Guring Briegel
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3439

Abstract

Metode untuk membedakan produk batik atau tiruan batik dapat dilakukan secara visual, fisika, dan kimia. Metode secara visual dapat dilakukan dengan melihat karakteristik visual seperti penampakan kain depan dan belakang, bekas goresan malam, warna, dan lain sebagainya. Untuk membuat parameter standar ciri produk batik dan tiruan batik tidak hanya mengandalkan secara visual, namun perlu diperkuat dengan parameter fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik kain sebelum dan setelah perlakuan proses membatik dan proses tiruan batik. Pengujian fisik kain meliputi uji parameter permeabilitas udara, kekuatan tarik dan mulur, dan penampakan dengan SEM. Hasil pengujian menunjukkan, kain dengan proses batik maupun malam dingin terlihat memiliki permukaan yang kasar serta serat yang lebih pipih dibanding kain dengan proses sablon warna dan cabut warna yang memiliki permukaan lebih halus dan serat lebih membulat.