Dwi Wiji Lestari, Dwi Wiji
Balai Besar Kerajinan dan Batik

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Haerudin, Agus; Syabana, Dana Kurnia; Lestari, Dwi Wiji
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 33 No. 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i2.1597

Abstract

Mekanisme pewarnaan alam pada batik untuk kain campuran chief value of cotton (CVC) membutuhkan suatu zat pengemban (Carrier)  yang berfungsi membuka pori-pori serat, sehingga dapat meningkatkan daya difusi zat warna pada serat, salah satu komersial zat pengemban yang umum digunakan adalah carrier T59. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan konsentrasi  Carrier T59 pada pewarnaan alam batik kain campuran CVC, dilihat dari hasil evaluasi uji ketahanan luntur warna pada pencucian dan gosokan serta hasil uji ketuaan warna. Metode yang digunakan ekperimen variasi carrier T59 dengan dua perlakuan proses iring cuci dan tidak cuci. Dari hasil pengamatan didapatkan dimana penambahan konsentrasi carrier T59 memberikan pengaruh pada nilai uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan dan ketuaan warna konsentrasi carreir T59 yang paling baik pada konsentrasi 10 gram/liter. Tingkat ketuaan warna meningkat dengan ada penambahan konsentrasi carrier. Proses iring cuci dan tidak cuci setelah proses simultan tidak banyak memberikan pengaruh karena tidak ada kenaikan nilai uji yang signifikan.Kata kunci : Kain Campuran CVC, Zat Pengemban (Carrier), Zat Warna Alam, Batik. 
PEMANFAATAN KULIT KAYU ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI SUMBER ZAT WARNA ALAM PADA PEWARNAAN KAIN BATIK SUTERA Lestari, Dwi Wiji; Satria, Yudi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2765

Abstract

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan kulit kayu angsana (Pterocarpus indicus) sebagai sumber zat warna alam untuk pewarnaan kain batik sutera. Ekstraksi ZWA dilakukan dengan pelarut air dengan variasi suhu ekstraksi 75 °C dan 100 °C. Pewarnaan zat warna alam kemudian diaplikasikan pada kain batik sutera pada kondisi pencelupan asam (pH 4) dan basa (pH 10). Mordan awal yang digunakan adalah tawas dan jirak. Diakhir pewarnaan alam dilakukan fiksasi dengan menggunakan tawas dan tunjung. Berdasar hasil penelitian, kulit kayu angsana terbukti dapat digunakan sebagai sumber zat warna alam untuk batik sutera. Ketuaan warna paling tinggi diperoleh pada pewarnaan batik sutera dengan menggunakan mordan jirek pada suhu ekstraksi 100 °C dalam kondisi pencelupan basa dengan fiksator tunjung. Arah warna yang dihasilkan adalah coklat tua pada suasana pencelupan asam dengan fiksasi tunjung, coklat kemerahan pada suasana  pencelupan asam fiksasi tawas, coklat kemerahan pada suasana  pencelupan basa fiksasi tawas dan coklat tanah pada suasana  pencelupan basa dengan fiksasi tunjung. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dari sampel pewarnaan menunjukkan kualitas baik yaitu pada skala 4-5 (Baik). Study on utilizationof angsana (Pterocarpus indicus) as natural dye for silk batik has been conducted. The study was aimed to determine the quality of the natural dyeing of the bark of angsana by use jirak (Symplocos fasciculata Zoll.) and alum as the natural mordant. Extraction of natural dye was carried out using water by varying the extraction temperature of 75 and 100 °C. The coloration was applied to silk batik at both acid (pH 4) and basic (pH 6) impregnations. The mordant employed  were alum and jirak. The last stage was fixation using alum and ferrosulfate. Based on the results, angsana was proved to be used as a source of natural dyes for silk batik. The highest color intensity was obtained by using angsana bark extract and jirak as mordant at 100 °C under basic condition the presence of ferrosulfate as the fixative. The obtained color shades for acid impregnation with ferrosulfate fixative, acid impegnation with alum fixative, basic impregnation with alum fixative and basic impregnation with ferrosulfate fixative, were dark brown, reddish brown, reddish brown and soil brown, respectively. The test of fastness to washing towards coloration sample gave good quality on scale of 4-5 (good). 
BENTONIT SEBAGAI ZAT MORDAN DALAM PEWARNAAN ALAMI PADA BATIK MENGGUNAKAN KAYU SECANG (Caesalpinia Sappan Linn.) Lestari, Dwi Wiji; Isnaini, Isnaini; Salma, Irfaina Rohana; Satria, Yudi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 35 No. 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i2.4176

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kemungkinan penggunaan bentonit sebagai mordan potensial dalam pewarnaan alam pada kain batik katun dengan kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn.). Karakterisasi bentonit dilakukan dengan menggunakan Spektrometer Infra Merah dan analisis banyaknya Al yang terkadung dalam bentonit alam dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Proses mordan kain katun dilakukan dengan perbandingan berat kain:air 1:50. Variasi banyaknya bentonit yang digunakan yaitu 3%, 6%, dan 9% dari berat kain. Proses mordan dilakukan pada suhu 90 °C selama 45 menit dan dibiarkan selama 12 jam pada suhu kamar. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan ekstrak ZWA Kayu Secang hasil dari proses ekstraksi zat warna alam pada suhu 100 °C selama 60 menit. Hasil spektra IR memberikan informasi tentang keberadaan unit pembangun tetrahedral dalam kerangka bentonite serta interaksi ikatannya. Pita serapan khas untuk struktur bentonit diperoleh pada bilangan gelombang 794 cm¬-1, 470 cm¬-1 dan 1056 cm¬-1. Jumlah kandungan Al dalam sampel bentonit alam adalah 6,81%. Hasil pewarnaan sampel menggunakan ekstrak zat warna alam secang dengan mordan akhir bentonite memiliki arah warna merah kecoklatan dengan nilai ketuaan warna -36,38 pada sampel batik dengan mordan bentonit 3% adalah dan 36,76 pada sampel batik dengan mordan bentonit 9%. Keduanya memiliki nilai ketuaan warna yang hampir sama dengan sampel pewarnaan batik menggunakan mordan tawas yaitu sebesar -37,48. Hasil uji ketahanan luntur warna kain terhadap pencucian sampel pewarnaan menggunakan mordan bentonit memiliki nilai 4 (baik) untuk maksimum penggunaan 6% dan 3-4 (cukup baik) untuk sampel pewarnaan menggunakan mordan bentonite 9%. Berdasarkan hasil uji dan analisa yang dilakuklan, bentonit berpotensi untuk digunakan sebagai mordan dalam pewarnaan alam pada kain batik katun dengan kayu secang (Caesalpinia Sappan Linn.). Kata Kunci: batik, batik warna alam, secang, bentonit, mordan alam
DYEING OF COTTON FABRIC WITH NATURAL DYE FROM CUDRANIA JAVANENSIS USING SOKA LEAVES EXTRACT AS BIOMORDANT Darsih, Cici; Lestari, Dwi Wiji; Pratiwi, Diah; Indrianingsih, A Wheni; Rosyida, Vita Taufika; Apriana, Wuri; Nisa, Khoirun; Hayati, Septi Nur; Handayani, Sri; Wulanjati, Martha Purnami
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 36 No. 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i2.5446

Abstract

Tegeran wood (Cudrania javanensis) has been used for dyeing process of batik in Indonesian textile small medium scale enterprise. This wood gave soga color when it was mixed with others natural dye. This study was aim to evaluate the caharacteristic, fastness properties, and strength color of dyed cotton fabrics using C. javanensis with bio-mordant soka leaves extract. Extraction of C. javanensis was carried out using water. The post mordant process was carried out by applying alum (KAl(SO4)2•12H2O) solution and soka leaves extract on cotton fabrics with the concentration of 0.5 and 1% b/v. Characteristic of dyed cotton fabrics then was evaluated using Fourier-Transform Infrared (F-TIR) Spectroscopy. The results exhibited that, binding between tegeran wood on cotton using mordant alum and soka leaves extract was similar.The fastness properties both dyed cottons toward light and  washing at 40ºC exhibited poor and very poor values with values of 1-2 and 1. The dry and wet rubbing of dyed cotton using soka leaves extract mordant better than using alum. The soka leaves extract gave yellow and brightness color on cotton.The results suggested that soka leaves extract can be used as mordant substitute the alum mordant and apllied with others natural dyes.
Pengaruh Variasi Waktu, pH, dan Suhu Ekstraksi terhadap Kualitas Pewarnaan Ekstrak Kulit Buah Kakao pada Batik Katun dan Sutera Haerudin, Agus; Atika, Vivin; Isnaini, Isnaini; Masiswo, Masiswo; Satria, Yudi; Mandegani, Guring Briegel; Lestari, Dwi Wiji; Arta, Tin Kusuma
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 37 No. 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i1.6019

Abstract

Telah dilakukan penelitian aplikasi ekstrak kulit buah kakao pada batik yang bertujuan untuk mengetahui kualitas zat warna alam dari limbah kulit buah kakao untuk pewarnaan batik. Penelitian ini dilakukan dengan variasi suhu ekstraksi (60, 80 dan 100 ºC), variasi waktu ekstraksi (1jam, 2jam dan 3jam), variasi pH ekstraksi (asam pH 4, basa pH 10 dan netral pH 7), dan variasi jenis kain (katun dan sutera). Ekstrak diaplikasikan sebagai pewarna batik, kemudian diuji kualitas ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian, ketuaan warna, serta bedawarna (CIE L*a*b*).  Hasil uji ketahanan luntur warna nilai rata-rata 4-5 menunjukkan kategori baik. Hasil uji ketuaan warna aplikasi ekstrak kulit buah kakao pada kain batik katun dan sutera tingkat ketuaan warna yang paling baik hasil perlakuan suhu ekstraksi 100ºC, pH basa 10, dan waktu ekstraksi 3 jam. 
APLIKASI NANOPARTIKEL ZnO SECARA IN SITU UNTUK FUNGSIONALISASI ANTIBAKTERI PADA KAIN BATIK Eskani, Istihanah Nurul; Laela, Euis; Haerudin, Agus; Setiawan, Joni; Lestari, Dwi Wiji; Isnaini, Isnaini; Astuti, Widi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 38 No. 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v38i2.7451

Abstract

Kain batik telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan digunakan sehari-hari sehingga fungsionalisasi antibakteri pada kain batik penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sifat antibakteri pada kain batik menggunakan nanopartikel ZnO yang diaplikasikan secara in situ. Sampel kain batik dimasukkan dalam prekursor Zn asetat dihidrat dan Kalium natrium tartrate selanjutnya NaOH 1 M dimasukkan sedikit demi sedikit pada suhu mendidih. Dari proses tersebut akan terbentuk nanopartikel ZnO yang langsung terikat pada kain. Hasil karakterisasi menggunakan SEM-EDX dan XRD menunjukkan bahwa nanopartikel yang terbentuk adalah ZnO dengan ukuran 200-400 nm. Sifat antibakteri terhadap S. aureus pada kain batik tersebut sebesar 73,5% dari sifat antibakteri Chloramphenicol dan memiliki durability hingga lebih dari 35 kali pencucian rumah tangga. Proses fungsionalisasi antibakteri menggunakan ZnONP secara in situ tidak mempengaruhi ketahanan luntur warna kain bahkan dapat meningkatkan kekuatan warna kain batik.