Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Kajian Estetika Desain Batik Khas Sleman "Semarak Salak" Salma, Irfa'ina Rohana; Eskak, Edi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1026

Abstract

AbstrakBatik merupakan karya seni adiluhung bangsa Indonesia yang keindahannya telah diakui dunia. Tekstil tradisional yang proses pendekorasiannya menggunakan lilin (malam) sebagai  warna ini, kembali mengalami tren yaitu mulai digemari lagi oleh masyarakat. Kegairahan memakai batik turut membangkitkan kembali IKM batik di berbagai daerah yang selama ini mengalami kelesuan produksi. Kreativitas penciptaan karya batik mengalami peningkatan. Banyak pemerintah daerah mulai membangkitkan potensi kreatif di bidang seni batik, salah satunya adalah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Sleman lewat kreativitas desainer ingin menciptakan desain batik baru yang mencerminkan identitas sosial budaya dan alamnya, yang akan digunakan sebagai batik khas daerah. Desain batik dengan judul “Semarak Salak” adalah salah satu hasil karya desain batik khas Sleman yang sumber inspirasi penciptaannya digali dari hasil bumi asli Sleman yaitu salak pondoh. Pengkajian estetika terhadap karya desain batik “Semarak Salak” bertujuan untuk mengetahui kandungan nilai-nilai keindahan universal dari karya tersebut. Metode yang dipakai yaitu pendekatan studi kepustakaan. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa karya desain  batik   “Semarak Salak” mengandung nilai-nilai keindahan yang terdapat dalam komposisi motif, komposisi warna, kesesuaian dengan ciri khas Sleman, serta kandungan makna filosofisnya. Kata kunci: estetika, desain batik, Sleman, semarak salak AbstractBatik is a valuable artwork of beauty of Indonesia which has been recognized worldwide. Traditional textile processes decorated by wax (malam) asthis color barrier, re-experiencing a trend that began more favored by the public. Wearing batik excitement helped revive batik SMEs in various areas that have experienced a declined in production. Creation of batik has increased. Many local governments began to awaken the creative potential in the arts of batik, one of which is Sleman, Yogyakarta. Sleman Government through designers creativity wanted to create new batik designs that reflect the social, cultural and natural identity, which will be used as the unique batik area. Batik design entitled “Semarak Salak” is one typical batik design work Sleman  creation inspirated by from the earth excavated the original fruit of Sleman, salak pondoh. Assessment batik design aesthetic of “Semarak Salak” aims to know the content of the universal values of beauty of the work. The methods employed in the literature approach. From the results of the study showed that batik design work “Semarak Salak” contains beauty values of it motif presentation the motif, color composition, compare with typical Sleman, as well as the content of philosophical meaning. Keywords: aesthetic, batik design, Sleman, Semarak Salak
KREASI BATIK KUPANG Salma, Irfa'ina Rohana; Eskak, Edi; Nugroho, Anugrah Ariesahad
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 33 No. 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i1.1040

Abstract

ABSTRAK Dewasa ini batik gencar dikembangkan sebagai industri kreatif di berbagai daerah. Salah satunya adalah daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan kreasi baru motif batik yang mempunyai ciri khas sebagai batik Nusa Tenggara Timur, khususnya di daerah Kupang. Sumber inspirasi penciptaannya digali dari motif-motif tradisional tenun ikat untuk dikreasikan menjadi motif batik Kupang. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengamatan mendalam terhadap tema, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Hasilnya berupa enam motif batik Kupang yaitu: Motif Rukun Kupang, Motif Teguh Bersatu, Motif Pucuk Mekar, Motif Liris Kupang, Motif Kuda Sepasang dan Motif Kuda Kupang. Hasil uji kesukaan terhadap motif kepada enam puluh responden menunjukkan bahwa Motif Kuda Kupang paling banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 27%, sedangkan Motif Kuda Sepasang 21%, Motif Liris Kupang 16%, Motif Teguh Bersatu 15%, Motif Kupang Rukun 14% dan Motif Pucuk Mekar 7%. Motif Kuda Kupang paling banyak dipilih karena menghasilkan motif yang indah dan mempunyai karakter motif daerah yang kuat, sehingga dapat diproduksi sebagai batik khas Kupang. Kata kunci: kreasi, batik Nusa Tenggara Timur, motif batik Kupang. ABSTRACT                 Nowadays batik intensively developed as a creative industry in various regions. One of the creative industry area is Kupang, East Nusa Tenggara. The purpose of this art creation research is to produce new characteristic batik motif of East Nusa Tenggara, particularly in the Kupang area. The source of batik inspiration to create batik Kupang come from traditional ikat motifs. The methods used are data collection, theme observation, inspiration sources assesment, design motifs creation and batik embodiment. The results are six motifs of batik Kupang, namely: Rukun Kupang Motif, Teguh Bersatu Motif, Pucuk Mekar Motif, Liris Kupang Motif, Kuda Sepasang Motif and Kuda Kupang Motif.  The preference test results of 60 respondents indicated that Kuda Kupang Motif is the most preferred with 27% of results, while Kuda Sepasang Motif gain 21%, Liris Kupang Motif 16%, Teguh Bersatu Motif 15%, Kupang Rukun Motif 14% and Pucuk Mekar Motif 7%. Kuda Kupang Motif is the most preferred one because it produces a beautiful motif and has a strong characteristic as batik from Kupang. Keywords: creations, batik East Nusa Tenggara, Kupang batik motif.
Batik Kreatif Amri Yahya dalam Perspektif Strukturalisme Levi-Strauss Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i1.1060

Abstract

ABSTRAKPada saat ini sebagaian besar pengembangan motif batik mengacu pada ragam hias tradisional, sehingga hasilnya cenderung monoton. Perlu penyegaran visual dan diversifikasi gagasan untuk menghasilkan motif batik modern yang baru, unik, kreatif, dan inovatif. Tujuan kajian ini adalah menginspirasi para seniman, perajin, desainer untuk menciptakan motif kreatif sebagai diversifikasi produk yang semakin memperkaya khasanah batik Indonesia, dengan mengkaji batik kreatif karya Amri Yahya. Batik kreatif Amri Yahya telah mendapat pengakuan internasional sebagai batik modern. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analitis untuk mendeskripsikan dan menganalisis objek seni yaitu batik karya Amri Yahya dengan perspektif Strukturalisme Levi-Strauss. Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa batik kreatif karya Amri Yahya dihasilkan dari keberanian dan kebebasan berekspresi serta konsistensi dalam berkarya seni.Kata kunci: batik, kreatif, Amri Yahya, strukturalisme Levi-StraussABSTRACTAt this time almost all of the batik motive bulk development refers to the traditional decoration, so the results tend to be monotonous. It needs a visual refreshment and diversity idea to produce a modern motive that is new, unique, creative, and innovative. The purpose of this study was to inspire the artists, craft men, designers to create the creative motifs as the diversified products to enrichIndonesian batik, reviewing creative batik of Amri Yahya. These Amri Yahya creative batik hasreceived international recognition as a modern batik. The method used is descriptive analysis todescribe artwork object that is Amri Yahya batik with Levi -Strauss's Structuralism perspective. From this study it can be concluded that the creative work of Amri Yahya batik produced from the encouragement and independecy of expression, as well as consistency in the artwork.Keywords: batik, creative, Amri Yahya, levi - strauss structuralis
Seni Ukir Tradisional Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Batik Khas Baturaja Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1070

Abstract

ABSTRAKPada saat ini kota Baturaja, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan belum mempunyai motif batik khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas daerah yang sumber inspirasinya digali dari kekayaan seni tradisional daerah setempat yaitu seni ukir. Tujuan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik yang unik, kreatif dan inovatif yang mempunyai ciri khas kota Baturaja. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengamatan mendalam terhadap motif-motif ukir, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Dari penciptaan seni ini berhasil dikreasikan 5 (lima) motif batik yaitu Bungo Nan Indah, Embun Nan Sejuk, Air Nan Segar, Kotak Nan Rancak, dan Ceplok Nan Elok.Kata kunci: seni ukir tradisional, inspirasi, penciptaan, batik khas BaturajaABSTRACTAt this time Baturaja City, of Ogan Komering Ulu, of South Sumatra does not have the local typical motif of batik. It is therefore necessary to create a local distinctive motif designed by the source of excavated area inspiration of the wood carving as it is the wealth of the traditional of the local art. The purpose of the creation of this art is to generate a unique, creative and innovative motif that has characteristics as Baturaja. The method used are the data collection, deep insight of carved motifs, assessment of the inspiration sources, making it into the design motifs, and emboding them into batik. From the creation of this art works has give 5 (five) motifs those are Bungo Nan Indah, Embun Nan Sejuk, Air Nan Segar, Kotak Nan Rancak, and Ceplok Nan Elok.Keywords: traditional wood carving, inspiration, creation, unique batik of Baturaja
Teknologi Ukir Krawangan pada Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Eskak, Edi; Paramadharma, Harnandito; Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i0.1081

Abstract

ABSTRAKBambu betung (dendrocalamus asper) merupakan jenis bambu besar dan berbuluh tebal yang di Indonesia potensinya masih cukup melimpah. Bambu betung memiliki kesulitan dalam pengerjaan ukir. Pelaksanaan kegiatan ujicoba pembuatan aksesoris interior dengan teknik ukir krawangan pada bambu betung ini, prosesnya terdiri dari: persiapan bahan (pemotongan, pengawetan dan pengeringan), perancangan desain produk (sumber inspirasi, sketsa alternatif dan gambar kerja), serta pembuatan produk (meliputi: pembentukan global/awal, pembuatan krawangan, pengukiran dan finishing). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pelobangan (krawangan) dengan bor 4 kali lobang kemudian diteruskan dengan gergaji hand jigsaw didapatkan kecepatan rata-rata (4 x 5.1) + 20 = 40,4 detik untuk ukuran lubang 3 – 4 cm, tebal 1,5 cm bentuk variasi lurus lengkung, pada kondisi bambu setengah basah (magel). Ini berarti 5 kali lebih cepat dari pada pemahatan manual (209.1 detik), serta hasil yang didapat lebih rapi dan lebih bersih. Kondisi terbaik untuk pembuatan krawangan adalah kondisi setengah basah (magel) yaitu kadar air bambu 30-60%. Kata kunci : bambu betung, ukir krawangan, aksesoris interior.ABSTRACTDendrocalamus Asper (Betung Bamboo) is a type of bamboo with thick culm wall, which is have good potential in Indonesia but the utilization still relatively abundant. Betung Bamboo also has a weakness and difficulty in carving, that will be investigated to find a solution from this study. In the implementation of pilot activities to the manufacture of interior accessories krawangan on Betung bamboo carving techniques, the process consists of: preparation of materials (cutting, curing and drying), the design ofthe product design (the source of inspiration, sketches and working drawings alternative), and manufacturing products (including : the formation of global / scratch, making krawangan, carving and finishing). Fromthe results showed that the holling technique (krawangan) with four times thedrill hole is then forwarded with hand saws jig saw obtained an average speed (4x5.1) + 20 = 40.4 seconds for the hole size 3-4 cm, thick 1.5cm straight curved shape variation, in bamboo shalf-wet conditions (magel). This means 5 times faster than the manual sculpting (209.1 seconds), and the results are neater and cleaner. The best conditions for making krawangan is half wet conditions (magel) the water content of 30-60% bamboo. Keywords: bamboo, carving krawangan, accessories interior
Corak Etnik dan Dinamika Batik Pekalongan Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 30 No. 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1113

Abstract

ABSTRAKBatik Pekalongan mempunyai ciri khas atau karakter yang berbeda dengan batik dari daerah pesisir lainnya. Corak yang berbeda ini karena adanya pengaruh budaya dari etnis-etnis pembuat batik yang berdomisili di Pekalongan, yaitu etnis Jawa, etnis Cina dan etnis Belanda. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan tinjauan dan mengkritisi lebih dalam ciri khas atau karakter corak dari batik yang dihasilkan para pembatik dari etnis yang berbeda di Pekalongan. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan dan eksplorasi di lapangan. Beberapa sampel motif dari ketiga etnis pembatik dianalisis untuk mengetahui keunikan dan kekhasannya masing-masing, serta dengan tinjauan aspek-aspek lain yang melingkupi dinamika industri batik di Pekalongan. Hasilnya menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang berbeda menghasilkan corak batik baru yang kemudian menjadi ciri khas batik Pekalongan secara umum. Ada tiga corak batik Pekalongan yaitu: Batik Pekalongan bergaya Jawa, Batik Pekalongan bergaya Cina, dan Batik Pekalongan bergaya Belanda, yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri yang membedakan corak batik di antara mereka. Kajian ini dapat menjadi inspirasi pembinaan seni dan industri kreatif di daerah lain yang multietnis.Kata-kata kunci: batik, corak, etnisABSTRACTPekalongan batik has a specific or a different characteristic from other batik of coastal areas. Thestyle is differently from other because of the cultural influences of ethnic batik maker who lives in Pekalongan, namely Javanese, Chinese and Dutch. This paper aims to conduct a review and criticize the deeper characteristics or specific pattern of the Pekalongan batik results from the different ethnics. Approximation method used is library research and exploration in the field. Several samples of the three ethnic batik motifs were analyzed to determine the uniqueness and each characteristic, as well as the review of other aspects surrounding the dynamics of the industry in Pekalongan batik. The results show that different cultural backgrounds produce new batik patterns that later became the hallmark of Pekalongan batik in general. There are three Pekalongan batik patterns: Javanese, Chinese, and Dutch style which each of them has its own uniqueness that distinguishes batik patterns among themselves. This study may be the inspiration of art and creative industries development in other areas of the multiethnic. Key words: batik , complexion , ethnic
RUPA KARSA: EKSPLORASI KAYU LIMBAH DALAM SENI KAJIAN ESTETIKA PADA KARYA EDI ESKAK Ralli, Vasiliki; Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 30 No. 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1152

Abstract

ABSTRAKKarya seni dewasa ini semakin menunjukkan perkembangan yang dinamis. Banyak eksperimen yang dilakukan seniman dalam menciptakan karya. Seniman yang banyak berkarya dengan bereksplorasi dan bereksperimen memanfaatkan kayu limbah adalah Edi Eskak. Hal ini menarik karena merupakan seni alternatif yang menawarkan inovasi teknik dan menghasilkan karya seni yang ramah lingkungan. Kajian terhadap karya Edi Eskak dalam tema “Rupa Karsa” ini dilakukan dengan pengamatan terhadap objek karya seni, yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan teori estetika. Hasilnya menunjukkan bahwa karya seni yang dihasilkan mempunyai nilai estetika berupa keunikan rupa yang terbentuk dari mozaik laminasi kayu. Karyanya berkarakter serta mempunyai makna filosofis. Karakteristik karya dihasilkan dari penggunaan kayu limbah sehingga karya mudah dikenali karena berbeda dengan karya seniman lainnya. Makna filosofi “Rupa Karsa” adalah tentang kepala sebagai tempat berpikir dan berekspresi sehingga makna karya dapat dijadikan sebagai refleksi dari kehidupan bersama. Kajian ini diharapkan dapat menginspirasi kreativitas pemanfaatan bahan limbah untuk penciptaan kreatif lainnya. Kata Kunci : rupa karsa, eksplorasi, kayu limbah, seni, Edi Eskak. ABSTRACTWorks of art increasingly show dynamic development nowadays. Many experiments carried out by the artists in creating works. One of many artists works in exploring and experimenting by utilizing wood waste is Edi Eskak. This is interesting because it is an alternative way that offers innovative art techniques and produce  environmentally friendly works of art. Review of the work of Edi Eskak in "Rupa Karsa" theme has done by observing the artwork and creation concept, then analyzed using a theoretical approach of aesthetical meanings. The results indicate that the resulting artwork has a unique aesthetic value in such a mosaic formed from laminated wood. His work has meaning and philosophical character. Characteristics of the work result from the use of waste wood that easily recognizable as different as from the works of other artists. Philosophical meaning "Karsa Arts" is about the head as a place of thought and expression and therefore the meaning of the work can be used as a reflection of life. This study is expected to inspire the use of the utilization of waste materials for the more creative creation. Keywords: rupa karsa, exploration, waste wood, art, Edi Eskak.
Pengembangan Motif Batik Khas Bali Salma, Irfa'ina Rohana; Masiswo, Masiswo; Satria, Yudi; Wibowo, Anugrah Ariesahad
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1168

Abstract

ABSTRAKIndustri batik berkembang pesat di Bali, namun motif-motif batiknya tidak mencerminkan identitas khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Bali yang sumber inspirasinya digali budaya dan alam Bali. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik yang mempunyai bentuk  unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan budaya dan alam Bali. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, perancangan motif, perwujudan menjadi batik, serta uji estetikanya. Dari penciptaan seni ini berhasil diciptakan 5 motif batik yaitu: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; dan (5) Motif Poleng Biru. Berdasarkan hasil penilaian “Selera Estetika” diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali,  dan Motif Teratai Banji. Kata kunci: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru ABSTRACT Batik industry is growing rapidly in Bali, but its batik motifs do not reflect the typical regional identities. Therefore, it is necessary to create a distinctive design motif source of Bali excavated  from the repertoire of traditional Balinese arts and culture. The purpose of this research and its art creation is to produce batik motifs that have a unique shape and characteristics  to reflect the Balinese culture and natural surroundings. The method used by gathering and collecting data, designing motifs to  become the embodiment of batik. From the creation of this art had been created 5 motifs, namely: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; and (5) Motif Poleng Biru. Based on the results of aesthetical assessment known that the most preferred motif are  Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali, and Motif Teratai Banji. Key words: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru
Kopi dan Kakao dalam Kreasi Motif Batik Khas Jember Salma, Irfa'ina Rohana; Wibowo, Anugrah Ariesahad; Satria, Yudi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1362

Abstract

ABSTRAK Batik Jember selama ini identik dengan motif daun tembakau. Visualisasi daun tembakau dalam motif Batik Jember cukup lemah, yaitu kurang berkarakter karena motif yang muncul adalah seperti gambar daun pada umumnya. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Jember yang sumber inspirasinya digali dari kekayaan alam lainnya dari Jember yang mempunyai bentuk spesifik dan karakteristik sehingga identitas motif bisa didapatkan dengan lebih kuat. Hasil alam khas Jember tersebut adalah kopi dan kakao. Tujuan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik  baru yang mempunyai ciri khas Jember. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengamatan mendalam terhadap objek penciptaan, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Dari penciptaan seni ini berhasil dikreasikan 6 (enam) motif batik yaitu: (1) Motif Uwoh Kopi; (2) Motif Godong Kopi;  (3) Motif Ceplok Kakao; (4) Motif Kakao Raja; (5) Motif Kakao Biru; dan (6) Motif Wiji Mukti. Berdasarkan hasil penilaian “Selera Estetika” diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Uwoh Kopi dan Motif Kakao Raja. Kata kunci: Motif Woh Kopi, Motif Godong Kopi, Motif Ceplok Kakao, Motif Kakao Raja, Motif Kakao Biru, Motif Wiji Mukti ABSTRACTBatik Jember is synonymous with tobacco leaf motif. Tobacco leaf shape is quite weak in the visual appearance characterized as that motif emerges like a picture of leaves in general. Therefore, it is necessary to create a distinctive design motif extracted from other natural resources of Jember that have specific shapes and characteristics that can be obtained as the stronger motif identity. The typical natural resources from Jember are coffee and cocoa. The purpose of the creation of this art is to produce the unique, creative and innovative batik and have specific characteristics of Jember. The method used are data collection, observation of the object, reviewing inspiration sources, design motifs creation and the embodiment of batik. From the creation of this art successfully created into 6 (six) motif, namely: (1) Motif Uwoh Kopi; (2) Motif Godhong Kopi; (3) Motif Ceplok Kakao; (4) Motif Kakao Raja; (5) Motif Kakao Biru; and (6) Motif Wiji Mukti. Based on the results of the “Aesthetics assessment taste" has been noticed that the most widely preferred motif is a Uwoh Kopi motif and Kakao Raja motif. Keywords: Motif Uwoh Kopi, Motif Godong Kopi, Motif Ceplok Kakao, Motif Kakao Raja, Motif Kakao Biru, Motif Wiji Mukti
Pengaruh Suhu Ekstraksi Warna Alam Kayu Secang (Caesalpinia sappan Linn.) dan Gambir (Uncaria gambir) Terhadap Kualitas Warna Batik Pujilestari, Titiek; Salma, Irfa'ina Rohana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.1651

Abstract

ABSTRAKTumbuhan pembawa warna mengandung senyawa kimia yang berbeda beda baik jumlah maupun jenis senyawanya. Senyawa-senyawa dominan pembawa warna mempunyai ketahanan tertentu pada berbagai kondisi suhu . Suhu ekstraksi zat warna alam dari tumbuhan mempengaruhi arah warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dan arah warna kayu secang dan gambir. Ekstraksi zat warna alam dilakukan pada berbagai variasi suhu pemanasan yaitu 50 oC, 75 oC, 100 oC dan perendaman dalam alkohol selama 7 (tujuh) hari pada suhu kamar. Zat warna alam yang diperoleh diaplikasikan untuk pewarna batik pada kain katun dan sutera. Arah warna ditentukan melalui fiksasi menggunakan tawas, kapur dan tujung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ekstraksi berpengaruh pada senyawa kimia zat warna alam kayu secang dan gambir.  Jumlah senyawa zat warna alam pada kayu secang semakin berkurang seiring dengan peningkatan suhu ekstraksi.  Pada gambir jumlah senyawa zat warna paling banyak diperoleh pada suhu ekstraksi 75 oC. Senyawa zat warna dominan pada kayu secang adalah cyclohexanone sedang pada gambir  adalah methyl 3,4 dideutero 3 nonenoate 3. Arah warna kayu secang merah sampai merah kecoklatan dan pada gambir warna kecoklatan sampai coklat tua.ABSTRACTColor bearing plant contains chemical compounds that vary both the number and types of compounds. Compounds dominant color carriers having different resistance at various temperature conditions. The temperature of the extraction of natural dyes from plants affects the direction of color. This study aims to determine the content of chemical compounds and direction color of Caesalpinia sappan Linn and Uncaria gambir. Extraction of natural dyes made at various heating temperature is 50 ° C, 75 ° C, 100 ° C and soaking in alcohol for seven (7) days at room temperature. Natural dyes obtained is applied to dye batik on cotton and silk. Directions color is determined by fixation using alum, lime and tujung. The results showed that the temperature effect on the extraction of natural dyes chemical compound Caesalpinia sappan Linn and Uncaria gambir . The amount of compound natural dyes on a Caesalpinia sappan Linn decreases with increase in temperature extraction. In Uncaria gambir  number of compounds most widely dye obtained in the extraction temperature 75o C. Compounds substances dominant color in the Caesalpinia sappan Linn  is cyclohexanone was in Uncaria gambir is methyl 3,4 dideutero 3 nonenoate 3. Directions color of Caesalpinia sappan Linn is red to red-brown and in Uncaria gambir is brown to dark brown color.