Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

A REVIEW OF THE MONKEYPOX OUTBREAK IN INDONESIA IN 2022 Meiriani Sari; Nany Hairunisa
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v11i5.35895

Abstract

Monkeypox disease (monkey smallpox) is a disease that has never been found in Indonesia since it was first discovered in humans in the Congo in 1970. So if there is one positive confirmed event, then the disease is an Extraordinary Event (KLB). This disease has become a global concern because since May 13, 2022, WHO has received reports of Monkeypox cases from non-endemic countries. It has expanded to 4 WHO regions: Europe, America, Eastern Mediterranean, and Western Pacific. Until now, further investigations and studies are still being carried out to understand more about the epidemiology, sources of infection, and transmission patterns in non-endemic countries that have reported new cases, such as Indonesia. Until now, no specific treatment has been proven to treat Monkeypox infection. Currently, the therapy used is symptomatic support. The antiviral tecovirimat, or TPOXX, developed by the European Medicines Agency (EMA) as a Monkeypox therapy in 2022 based on research, has not been marketed freely. In addition, antivirals such as cidofovir and brincidofovir have been shown to be effective against orthopox virus in vitro and in animal studies. However, the effectiveness of this drug against monkeypox in humans is not yet known. However, this disease can be prevented by vaccination. In Indonesia, the Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN) vaccine is recommended to prevent Monkeypox disease. The existence of the outbreak report is important to discuss, explore, and understand more about the disease and its management and prevention.
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK USIA 0 – 18 Nathalia Ningrum; Dita Setiadi; Meiriani Sari
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15079

Abstract

Latar Belakang: Defisiensi besi adalah malnutrisi mikronutrien tersering yang terjadi di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling disoroti di negara berkembang. Penyebab anemia defisiensi besi tersering pada anak adalah intake yang inadekuat disertai dengan pertumbuhan cepat, berat lahir rendah, dan kehilangan gastrointestinal misalnya akibat konsumsi susu sapi yang berlebihan. Manifestasi klinis defisiensi besi yang umum dijumpai adalah anemia. Pada anemia ringan sebagian besar bayi dan anak tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis yang berat. Berdasarkan data WHO tahun 2011 yang dipublikasi oleh WHO tahun 2015, terdapat 273,2 juta (95% IK: 241,8 – 303,7) anak dengan anemia. Ringkasan: Diagnosis anemia defisiensi besi melibatkan pemeriksaan klinis dan laboratorium yang mencakup pemeriksaan darah tepi, feritin serum, saturasi transferrin, dan serum iron. Deteksi dini diperlukan karena defisiensi besi dapat terjadi sebelum ditemukan tanda-tanda anemia. Deteksi dini defisiensi besi yang umum digunakan adalah feritin serum dengan ambang batas yang bervariasi bergantung pada usia. Tata laksana anemia defisiensi besi pada anak melibatkan perubahan nutrisi tinggi besi dan pemberian preparat besi dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari dengan dosis terbagi 2 – 3 dosis. Pesan Kunci: Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi merupakan hal yang penting sehingga tumbuh dan kembang anak dapat optimal sesuai dengan usianya
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK USIA 0 – 18 Nathalia Ningrum; Dita Setiadi; Meiriani Sari
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15079

Abstract

Latar Belakang: Defisiensi besi adalah malnutrisi mikronutrien tersering yang terjadi di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling disoroti di negara berkembang. Penyebab anemia defisiensi besi tersering pada anak adalah intake yang inadekuat disertai dengan pertumbuhan cepat, berat lahir rendah, dan kehilangan gastrointestinal misalnya akibat konsumsi susu sapi yang berlebihan. Manifestasi klinis defisiensi besi yang umum dijumpai adalah anemia. Pada anemia ringan sebagian besar bayi dan anak tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis yang berat. Berdasarkan data WHO tahun 2011 yang dipublikasi oleh WHO tahun 2015, terdapat 273,2 juta (95% IK: 241,8 – 303,7) anak dengan anemia. Ringkasan: Diagnosis anemia defisiensi besi melibatkan pemeriksaan klinis dan laboratorium yang mencakup pemeriksaan darah tepi, feritin serum, saturasi transferrin, dan serum iron. Deteksi dini diperlukan karena defisiensi besi dapat terjadi sebelum ditemukan tanda-tanda anemia. Deteksi dini defisiensi besi yang umum digunakan adalah feritin serum dengan ambang batas yang bervariasi bergantung pada usia. Tata laksana anemia defisiensi besi pada anak melibatkan perubahan nutrisi tinggi besi dan pemberian preparat besi dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari dengan dosis terbagi 2 – 3 dosis. Pesan Kunci: Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi merupakan hal yang penting sehingga tumbuh dan kembang anak dapat optimal sesuai dengan usianya
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK USIA 0 – 18 Nathalia Ningrum; Dita Setiadi; Meiriani Sari
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15079

Abstract

Latar Belakang: Defisiensi besi adalah malnutrisi mikronutrien tersering yang terjadi di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling disoroti di negara berkembang. Penyebab anemia defisiensi besi tersering pada anak adalah intake yang inadekuat disertai dengan pertumbuhan cepat, berat lahir rendah, dan kehilangan gastrointestinal misalnya akibat konsumsi susu sapi yang berlebihan. Manifestasi klinis defisiensi besi yang umum dijumpai adalah anemia. Pada anemia ringan sebagian besar bayi dan anak tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis yang berat. Berdasarkan data WHO tahun 2011 yang dipublikasi oleh WHO tahun 2015, terdapat 273,2 juta (95% IK: 241,8 – 303,7) anak dengan anemia. Ringkasan: Diagnosis anemia defisiensi besi melibatkan pemeriksaan klinis dan laboratorium yang mencakup pemeriksaan darah tepi, feritin serum, saturasi transferrin, dan serum iron. Deteksi dini diperlukan karena defisiensi besi dapat terjadi sebelum ditemukan tanda-tanda anemia. Deteksi dini defisiensi besi yang umum digunakan adalah feritin serum dengan ambang batas yang bervariasi bergantung pada usia. Tata laksana anemia defisiensi besi pada anak melibatkan perubahan nutrisi tinggi besi dan pemberian preparat besi dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari dengan dosis terbagi 2 – 3 dosis. Pesan Kunci: Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi merupakan hal yang penting sehingga tumbuh dan kembang anak dapat optimal sesuai dengan usianya
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK USIA 0 – 18 Ningrum, Nathalia; Setiadi, Dita; Sari, Meiriani
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v8i1.15079

Abstract

Latar Belakang: Defisiensi besi adalah malnutrisi mikronutrien tersering yang terjadi di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling disoroti di negara berkembang. Penyebab anemia defisiensi besi tersering pada anak adalah intake yang inadekuat disertai dengan pertumbuhan cepat, berat lahir rendah, dan kehilangan gastrointestinal misalnya akibat konsumsi susu sapi yang berlebihan. Manifestasi klinis defisiensi besi yang umum dijumpai adalah anemia. Pada anemia ringan sebagian besar bayi dan anak tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis yang berat. Berdasarkan data WHO tahun 2011 yang dipublikasi oleh WHO tahun 2015, terdapat 273,2 juta (95% IK: 241,8 – 303,7) anak dengan anemia. Ringkasan: Diagnosis anemia defisiensi besi melibatkan pemeriksaan klinis dan laboratorium yang mencakup pemeriksaan darah tepi, feritin serum, saturasi transferrin, dan serum iron. Deteksi dini diperlukan karena defisiensi besi dapat terjadi sebelum ditemukan tanda-tanda anemia. Deteksi dini defisiensi besi yang umum digunakan adalah feritin serum dengan ambang batas yang bervariasi bergantung pada usia. Tata laksana anemia defisiensi besi pada anak melibatkan perubahan nutrisi tinggi besi dan pemberian preparat besi dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari dengan dosis terbagi 2 – 3 dosis. Pesan Kunci: Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi merupakan hal yang penting sehingga tumbuh dan kembang anak dapat optimal sesuai dengan usianya
HEPATITIS A PADA ANAK LAKI – LAKI USIA 14 TAHUN : LAPORAN KASUS Solihah, Maidatus; Sari, Meiriani
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.37855

Abstract

Hepatitis A umumnya ditularkan melalui rute fekal-oral, sering kali berkaitan dengan kebersihan dan sanitasi yang tidak memadai. Di negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk, prevalensi infeksi hepatitis A virus (HAV) lebih tinggi, terutama pada anak-anak. Hepatitis A pada anak umumnya bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri, meskipun beberapa kasus dapat menunjukkan gejala yang lebih parah. Dilaporkan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun datang dengan keluhan seluruh tubuh menguning (jaundice), disertai demam, mual, muntah, urin berwarna gelap, dan feses berwarna putih. Pasien memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan di pinggir jalan. Diagnosis hepatitis A ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan hasil serologi IgM anti-HAV reaktif, serta peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin. Kebiasaan makan di pinggir jalan menjadi faktor risiko utama bagi infeksi HAV. Hepatitis A umumnya merupakan penyakit yang sembuh sendiri (self-limiting). Terapi suportif seperti ursodeoxycholic acid (UDCA), hepatoprotektor, suplemen vitamin dapat membantu memperbaiki fungsi hati dan bermanfaat mempercepat pemulihan pada kasus hepatitis. Dalam kasus ini, setelah dua minggu terapi UDCA, terjadi perbaikan bertahap pada kondisi pasien, termasuk penurunan enzim hati. Selain itu, vaksinasi hepatitis A direkomendasikan sebagai langkah preventif yang efektif, khususnya pada anak-anak, untuk mengurangi risiko infeksi dan penularan HAV. Kepatuhan terhadap kebersihan makanan dan pemberian vaksinasi Hepatitis A sangat penting dalam pencegahan infeksi HAV.
Peningkatan Pengetahuan Orangtua tentang pentingnya Nutrisi, Imunisasi yang optimal dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan Fairuza, Firda; Sari, Meiriani; Ningrum, Nathalia; Setiati, Dita; Ferdi Fadilah, Tubagus; Aziza, Nia Nurul
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TERPADU Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Abdimas Kesehatan Terpadu
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jakt.v3i2.18025

Abstract

Community service activities were carried out through education on the importance of the First 1000 Days of Life, vaccinations in children, and Complementary Foods in improving children's health and nutritional status in the Ciangsana Primary Healthcare working area. The target of this activities are mothers of toddlers who come to the integrated healthcare center (Posyandu) in the Ciangsana Primary Healthcare working area in Bogor, located at the Nagrak Trisakti Campus. Nutrition and health problems, especially in toddlers, can be prevented by educational activities provided through Posyandu activities. The solution carried out in community service activities was to provide education on the First 1000 Days of Life to parents of toddlers, precisely mothers who come to visit Posyandu. The purpose of the service activity was to increase the knowledge of parents of toddlers about the importance of the First 1000 Days of Life and nutrition in toddlers to optimize the nutritional and health status of toddlers so that mothers can provide appropriate care for the process of growth and development of children to prevent health and nutrition problems in toddlers. The benefit of this activity was that parents, especially mothers of toddlers, know the importance of the First 1000 Days of Life to prevent nutritional problems in toddlers and improve their health and nutritional status.  
Konfirmasi Stunting dan Skrining Weight faltering pada Baduta Fairuza, Firda; Setiati, Dita; Ningrum, Nathalia; Ferdi Fadilah, Tubagus; Sari, Meiriani; Aziza, Nia Nurul
JURNAL ABDIMAS KESEHATAN TERPADU Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Abdimas Kesehatan Terpadu
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jakt.v3i2.18109

Abstract

Community service activities were carried out in the form of confirming stunting in infants under two years old and health screening for weight faltering infants under two years old in Kelurahan Jati Pulo to improve the health and nutritional status of children in one of the work areas of the West Jakarta Health sub-department. The location for the activity was chosen because the sub-district is one of the sub-districts with the most stunting findings and was located close to the Trisakti University. The stunting screening for children under five in the work area of the primary health care follows the National Guidelines for Health Services for stunting in primary healthcare facilities. Still, apart from anthropometric examinations, the diagnosis of stunting was made based on anamnesis, physical examination and supporting examinations carried out by a pediatrician. The purpose of this service activity was to confirm stunting in under-fives and prevent stunting by screening children's weight-faltering health to optimize the nutritional status and health of toddlers so that parents can provide good and proper care for the process of growth and development of children to prevent health and nutrition problems in toddlers. The benefit of this activity was that parents, especially mothers of toddlers, know their children's nutritional status and the importance of the First 1000 Days of Life to prevent nutritional problems in toddlers and improve children's health and nutritional status.     
NUTRISI TEPAT PADA PASIEN TALASEMIA Sari, Meiriani; Fairuza, Firda; Setiati, Dita
Jurnal Pengabdian Masyarakat Trimedika Vol. 1 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/abdimastrimedika.v1i1.19029

Abstract

Thalassemia is one of the most common genetics disease in Indonesian children because Indonesia is located along the “Thalassemia Belt’. The disease usually occur in the early age, this condition reports many nutritional deficiencies in thalassemia patients. If not treated properly this condition may lead to growth and development impairments. Many parents and patients still not understand about what nutrition should be consumed. Although many of the parents and patients already understand about what nutrition should be consumed but they have not consumed it daily for some reasons. The seminar about the nutrition for thalassemia patients topic is seldom to be held. This is one of the reason why the knowledge about the appropriate nutrition for the patients is still not well understood. For that reason a discussion about appropriate nutrition for the thalassemia patients with thalassemia community , parents and thalassemia patients aimed to exposed them about the knowledge of which nutrition should be given, can be given or not to be given to thalassemia’s patients. In the end of the discussions we hope that the thalassemia’s family and patients can arrange the appropriate diet menu therefore the patients can get the appropriate diet daily. When the patients can get appropriate diet menu everyday we hope that their growth and development, health status and life quality will be well maintained. The knowledge about the appropriate diet of the thalassemia’s patients is very important. With the appropriate nutrition the thalassemia patient’s growth and development and quality of life can be well maintained.
Dengue Shock Syndrome dan Pneumonia pada Anak dengan Obesitas Khoirun Nikmah; Meiriani Sari
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 12 (2025): COMSERVA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i12.3136

Abstract

Obesitas meningkatkan risiko Dengue Shock Syndrome (DSS) melalui peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma, namun penelitian tentang DSS dengan komorbid pneumonia pada anak obesitas masih terbatas. Penelitian ini mendeskripsikan diagnosis dan tata laksana DSS disertai bronkopneumonia pada anak obesitas, serta mengidentifikasi faktor risiko dan pendekatan terapeutik yang optimal. Penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif dengan analisis data klinis, laboratorium, dan radiologis pada pasien perempuan usia 7 tahun dengan obesitas (IMT >+3SD), DSS, dan pneumonia. Pasien menunjukkan hemokonsentrasi, trombositopenia, dan gangguan elektrolit, dengan komplikasi pneumonia akibat respons inflamasi sistemik. Tata laksana cairan berbasis lean body weight dan antibiotik empiris (ceftriaxone) berhasil menstabilkan kondisi. Analisis menunjukkan peran kritis adipokin dan disfungsi endotel dalam memperburuk kebocoran plasma. Penelitian ini menyoroti pentingnya monitor ketat cairan dan pendekatan individual pada pasien obesitas, serta perlunya studi lanjutan tentang intervensi anti-inflamasi dan protokol cairan yang disesuaikan.