SAMPEASANG, AGUSTINUS KARURUKAN
Universitas Kristen Indonesia Toraja

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pluralisme dan Integrasi Sosial: Analisis Sosiokultural Tentang Ma’kombongan Kalua’ Dalam Masyarakat Toraja Sebagai Model Integrasi Sosial Dalam Konteks Masyarakat Plural HANS LURA; AGUSTINUS KARURUKAN SAMPEASANG
KINAA: Jurnal Teologi Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.731 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v3i1.470

Abstract

Plural society is a social fact, it is a necessity that cannot be avoided. Meaning that human entities are diverse such as ethnicity, religion, race, class, culture and so on but plurality actually makes human life beautiful and dynamic like a rainbow. With the existence of color variants in an integrative spirit that gives extraordinary beauty, comfort, admiration and inspiration. Each color is not mutually negating, but the nature of each color remains and contributes to an integrative rainbow color circuit system. Plural society life like rainbow. Each tribal, religious, racial and class entity must be respected and appreciated for its existence no matter how small the entity must be respected and valued in the spirit of social integrity. This model of social integrity that provides comfort, beauty and harmony for every existing social entity.The pluralist social integrity model must be able to be managed fairly and well so that the existing conflict can be managed constructively and dynamically for the progress of civilization in society. This integrity model can be realized if there is a spirit of recognition, acceptance, and respect so that all social entities must contribute to the movement of reconciliation, cooperation, tolerance and respect for others. in order to realize this purpose, the Writer conduct research on culture of “Ma’kombongan kalua” in the Toraja society.
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Suatu Studi Peran Kepala Sekolah SMK Eran Batu 2 Kec. Kesu' Dalam Menerapkan MPMBS Agustinus K Sampeasang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.001 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v2i1.1033

Abstract

Pendidikan adalah salah satu pintu masuk bagi pembentukan, peningkatan, dan pengembangan SDM yang unggul. Untuk itu Pendidikan perlu menerapkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), sebagai salah satu strategi meningkatkan mutu pendidikan. wujudKeberhasilan MPMBS sangat ditentukan oleh peran Kepala Sekolah.
Yesus Idolaku: Suatu Tinjauan Praktis Edukatif-Psikologis Agustinus K Sampeasang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.267 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v2i2.1034

Abstract

Sekolah Minggu sebagai salah satu Organisasi Intra Gerejawi dalam Gereja Toraja perlu diberi perhatian dalam pelayanan gereja. Sebagai anak-anak, mereka memiliki tokoh idola yang menjadi acuan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Melalui pelayanan Sekolah Minggu, diharapkan mereka menempatkan Yesus sebagai idolanya sehingga mereka lebih bergairah dalam mengikuti teladan Yesus dalamkehidupan sehari-hari.
Panggilan dan Tanggung Jawab Guru Sekolah Minggu Gereja Toraja: Bahan Pembinaan Dasar Guru Sekolah Minggu Gereja Toraja Agustinus K Sampeasang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.667 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v3i1.1035

Abstract

Sekolah Minggu adalah salah satu Organisasi Intra Gerejawi (OIG) dalam Gereja Toraja yang perlu diberi perhatian yang serius. Mereka adalah warga (anggota jemaat) yang perlu mendapat pelayanan yang serius sebagaimana pelayanan yang diberikan anggota jemaat yang dewasa, untuk bertumbuh dalam iman . Karena itu, peran guru-guru Sekolah untuk mengajar, mendidk dan membimbing, memegang peran sangat penting. Dalam kaitan itu Para Guru sekolah minggu harus menghayati “panggilan” mereka sehingga dapat mewujudkan tugas dan tanggung jawab itu dengan baik.
Tana' dalam Rampanan Kapa': Suatu Tinjauan Teologis Sosiologis Mengenai Makna Tana’ Dalam Aluk Rampanan Kapa’ dan Implikasi Bagi Keutuhan Keluarga Kristen di Jemaat Suloara’ Agustinus K Sampeasang; lian Membalik Bethony
KINAA: Jurnal Teologi Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.367 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v3i2.1036

Abstract

Rampanan kapa’ adalah perkawinan budaya Toraja yang merupakan dasar terbentuknya suatu keluarga baru. Hal inilah yang perlu diteliti, apakah perkawinan budaya Toraja lebih bermakna dari pada perkawinan Kristen ataukah ada makna lain atau konsep baru yang dapat dipetik dari perkawian budaya Toraja, dalam hubungannya dengan perkawinan Kristen dan keutuhan keluarga Kristen.
Tongkon: Suatu Kajian Teologis tentang Makna Tongkon dalam Kebudayaan Toraja dan Implikasinya Bagi Kehidupan Warga Jemaat di Jemaat Minanga Agustinus K. Sampeasang; Esron Mangita
KINAA: Jurnal Teologi Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.147 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v4i1.1037

Abstract

Salah satu unsur penting dalam budaya Toraja khususnya pada upacara rambu solo' (upacara kematian) adalah “tongkon” (datang duduk; datang melayat), pada keluarga kerabat dan atau sahabat yang sedang melaksanakan upacara rambu solo’ sebagai bentuk empaty dan solidaritas yang riil untuk berbagi duka dengan keluarga yang berduka. Orang yang datang tongkon biasanya membawa serta kerbau (rendenan tedong), atau babi (bullean bai), atau dalam bentuk barang lainnya dan dtujukan kepada keluarga yang berduka. Kebiasaan ini tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat dan jemaat termasuk di jemaat Minanga.
Rapasan Sundun: Suatu Tinjauan Teologis Tentang Makna Rapasan Sundun dan Kontekstualisasi Pemaknaannya dalam Kehidupan Warga Jemaat Sion Batupela’ Klasis Sasi Utara Lembang Bangkelekila’ Risna Purwati Pelen; Agustinus K Sampeasang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.117 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v4i2.1038

Abstract

Upacara rapasan sundun merupakan tingkatan upacara yang memiliki makna dalam kehidupan masyarakat Toraja. Dulunya pelaksanaan upacara ini merupakan sarana untuk mengorbankan berbagai macama kurban yang dipahami sebagai bekal bagi sang mendiang untuk selanjutnya dibawa ke tempat peristirahatan yang disebut Puya. Kurban yang paling dominan dalam pelaksanaan upacara ini adalah kurban hewan yakni kerbau yang berjumlah 24 ekor yang didalmnya semua jenis kerbau ada, karena itu pelaksanaan upacara ini dianggap tingkat upacara sempurna yang jika dilakukan akan berfungsi mengantar mendiang kembali ke langit menjadi dewa untuk selalu memberkati keluarganya. Pada zaman sekarang ini rapasan sundun, tetapi dalam pemaknaan dan pemahaman kekristenan. Dengan demikian pelaksanaan upacara rapasan sundun kini perlahan telah dikontekstualisasikan secara kekristenan bahwa semua persoalan yang menyangkut kematian dan keselamatan semata-mata adalah otoritas Allah. Segala macam kurban-kurban yang dikurbankan tidak dapat menyamai pengorbanan Yesus Kristus, sehingga kurban hewan yang dikurbankan hanyalah untuk konsumsi selama upacara dilaksanakan atau untuk dibagikan kepada masyarakat setempat sesuai dengan adat dan budaya Toraja.
Pendampingan Pastoral Pasca Penguburan di Gereja Toraja Jemaat To' Katimbang Klasis Sangbua Lambe' Fitriani Bate Bandera; Agustinus K Sampeasang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.105 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v5i1.1039

Abstract

Kematian aggota keluarga pasti membuat setiap keluarga mengalami dukacita yang mendalam. Salah satu tugas dari panggilan gereja adalah memberikan pemghiburan dan penguatan kepada segenap keluarga yang berduka karena kematian, bukan hanya pada saat almarhum/ almarhumah belum dikuburkan maupun setelah (pasca) penguburan. Dalam praktiknya selama ini banyak Majelis Gereja (Pendeta, Penatua, dan Diaken) lebih focus pada pelayanan penghiburan dan penguatan kepada keluarga selama almarhum/ almarhumah belum dikuburkan. Pada hal justeru ketika setelah penguburan dan semua kerabat telah kembali ke tempat masing-masing, kehadiran gereja justeru sangat dibutuhkan dalam mendampingi keluarga yang ditinggalkan. Penguatan dari gereja memungkinkan mereka dapat menjalani kehidupan selanjutnya.
Menuju Teologi Sungai: Kajian Ekoteologi terhadap Pencemaran Sungai Sa’dan di Toraja Tenny Tenny; Johana Ruadjanna Tangirerung; Stephanus Ammai Bungaran; Yonathan Mangolo; Agustinus Karurukan Sampeasang
EPIGRAPHE (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani) Vol 6, No 2: November 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v6i2.392

Abstract

Humans and all creatures need rivers as a source of life and prosperity. However, many rivers have been polluted, such as the Sa'dan river. This paper aims to rediscover Christians' vocation in viewing and preserving rivers that focus on God. By using the theory of Theocentrism and To Sangserekan mythology in treating the river as a sangserekan that needs to be guarded and maintained. The author uses a descriptive qualitative method to achieve this goal with the help of field studies and literature. Field studies through open interviews with respondents have been determined according to the needs of the instrument and literature study using the perspective of Theocentrism and To Sangserekan mythology which emphasizes that humans and rivers are both created. The results of the study said that the causes of the pollution of the Sa'dan river were: (1) there was a mistake in understanding the river, which had no connection with the issue of Christian faith; (2) an environmentally unfriendly lifestyle has become a habit that continues to be forced; (3) the lack of sermons on environmental issues, especially rivers. For this reason, a theological response is needed to answer the problem of pollution of the Sa'dan river, namely towards river theology.AbstrakManusia dan seluruh mahluk memerlukan sungai sebagai sumber kehidupan dan kesejahteraan. Namun banyak sungai yang sudah tercemar, seperti sungai Sa’dan. Tujuan tulisan ini adalah menemukan kembali panggilan umat Kristen dalam memandang dan melestarikan sungai yang berfokus kepada Allah. Dengan menggunakan teori Teosentrisme dan mitologi To Sangserekan dalam memperlakukan sungai sebagai sangserekan yang perlu dijaga dan dipelihara. Metode yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan tersebut ialah metode kualitatif deskriptif dengan bantuan studi lapangan dan kepustakaan. Studi lapangan dilaksanakan melalui wawancara terbuka kepada responden yang telah ditentukan sesuai kebutuhan instrument dan studi kepustakaan berfokus kepada prinsip-prinsip dalam ekoteologi yang terkait dengan pelestarian sungai. Hasil penelitian mengatakan bahwa penyebab pencemaran sungai Sa’dan, ialah: (1) adanya kekeliruan dalam memahami sungai yang tidak memiliki kaitan dengan persoalan iman kristen; (2) gaya hidup tidak ramah lingkungan sudah menjadi kebiasaan yang terus dipaksakan; (3) minimnya khotbah-khotbah mengenai isu lingkungan khususnya sungai. Untuk itu, perlu sebuah respons teologis untuk menjawab masalah pencemaran sungai Sa’dan yaitu menuju teologi sungai.
DIGITALISASI POJOK BACA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR DI TANA TORAJA Rigel Sampelolo; Hans Lura; Yonathan Mangolo; Agustinus Karurukan Sampeasang
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v6i2.1268

Abstract

Membaca merupakan kegiatan yang wajib  bagi semua orang khususnya siswa. Kebiasaan membaca pada siswa sangat kurang khusunya di lingkungan sekolah dasar. Untuk itu, Tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) hadir untuk melakukan gerakan literasi dan kebiasaan baca bagi siswa sekolah dasar yang bertujuan untuk menumbuhkan minat membaca, menambah pengetahuan dan dapat membantu siswa untuk berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan masyarakat sekolah. Pojok Baca Digital ini bertujuan untuk membantu masyarakat sekolah dalam meningkatkan minat baca dan literasi siswa. Metode pada kegiatan ini adalah metode kualitatif yang terdiri dari pra pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Kegiatan ini pun dimulai dengan observasi dengan tujuan menganalisi kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat kemudian dari hasil observasi tersebut, Tim PKM berhasil mengidentifikasi dan menyepakati bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini difokuskan pada pengembangan Pojok Baca Digital khususnya bagi siswa SD yang berada di lembang Uluway. monitoring dan evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh Tim PKM di akhir kegiatan memberikan hasil yang cukup memuaskan    dimana siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pojok baca digital.  Abstract. Reading is an activity that is mandatory for everyone, especially students. The habit of reading in students is very lacking, especially in the elementary school environment. For this reason, the PKM (Community Service) Team is here to carry out literacy and reading habits for elementary school students which aim to foster an interest in reading, increase knowledge and can help students to communicate effectively within the school community. This Digital Reading Corner aims to assist the school community in increasing students' interest in reading and literacy. The method for this activity is a qualitative method consisting of pre-implementation, implementation and post-implementation. This activity began with observations with the aim of analyzing the conditions and needs of the local community. Then from the results of these observations, the PKM Team was able to identify and agree that this community service activity was focused on developing a Digital Reading Corner, especially for elementary school students in the Uluway valley. monitoring and evaluating the results of the activities carried out by the PKM Team at the end of the activity gave quite satisfactory results where students were very enthusiastic in participating in digital reading corner activities.