Rahmi Fitri J
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Stunting Prevention Program in Indonesia: A SYSTEMATIC REVIEW: PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING DI INDONESIA: A SYSTEMATIC REVIEW Rahmi Fitri J; Najla Huljannah; Thinni Nurul Rochmah
Media Gizi Indonesia Vol. 17 No. 3 (2022): JURNAL MEDIA GIZI INDONESIA (NATIONAL NUTRITION JOURNAL)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v17i3.281-292

Abstract

Stunting or chronic undernutrition is a consequence of a lack of nutrition for a long time. Stunting is still a main isu in developing countries such as Indonesia. According to SSGBI 2021, the prevalence of stunting in Indonesia was decreased from 2019 to 2021 that is 27,67% to 24,4%. Government has many programs to decrease stunting. Thus, research that can present facts comprehensively about stunting prevention program is needed to make policies regarding the precise and efficient program. The research aims to identify stunting prevention program in Indonesia. This research used a systematic review method arranged based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and MetaAnalyzes (PRISMA). Five databases are used for searching articles that are PubMed, Google Scholar, Portal Garuda, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Indonesia, and ScienceDirect. Research inclusion criteria are articles were published from 2011 to 2020 with the population in Indonesia. For articles assessing quality we used The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal. Form 15 articles we found that effective program for preventing stunting is nutrition education for influential parties (cadre, children’s mother, pregnant women, and mother to be), establishing a study group for children’s mother, and supplementary feeding for children. Stunting prevention program must be paying attention to input and process aspects for better outputs and must involve all parties from children’s mothers to cross-sectoral.
Kebiasaan Mengunyah Sirih dan Kaitannya dengan Kondisi Periodontal: Tinjauan Naratif Jasmine, Annisah Biancika; Flora, Rostika; J, Rahmi Fitri
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 19 No 2 (2024): JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/jpp.v19i2.2425

Abstract

Background: Betel quid chewing is associated with the periodontal status, in which it may increase the risk and severity of periodontal disease. The objectives of this narrative review were to provide an overview of the literature about the association between betel quid chewing habit and periodontal status. Methods: The review analyzed several studies that examined the habit of betel quid chewing and its association with periodontitis in different populations. Results: Betel quid chewing was associated with a high prevalence of bleeding on sulcus probing, plaque index, gingival inflammation, deeper probing depth, and greater attachment loss. Additionally, the severity of periodontal disease was enhanced in subjects chewing betel quid with tobacco and alcohol consumption. Discussions: These results could be due to common components detected in the chewed substances and the synergistic effect between smoking and alcohol consumption with betel quid chewing habit. Conclusions: Prolonged and excessive use of betel quid can induce significant adverse effects on human health, including an increased risk of periodontitis. The findings of this review highlight the importance of addressing the impact of betel quid chewing on periodontal status.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUASAN KERJA TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT : SCOPING REVIEW Tari, Putri Inrian; Fitri J, Rahmi; Taufiq, Fildzah Hashifah; Prameswari, Ayu; Arifin, Jafar
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.43405

Abstract

Pada tahun 2035 diprediksi sekitar 40% tenaga kesehatan di dunia akan meninggalkan pekerjaan mereka karena terlalu sedikit insentif dan gaji yang didapatkan, sehingga memengaruhi kepuasan kerja mereka. Didukung oleh beberapa penelitian di rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan kerja tenaga medis secara keseluruhan cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja tenaga kesehatan di rumah sakit. Metode yang digunakan adalah scoping review dan menggunakan panduan PRISMA ScR. Pencarian literatur menggunakan database Google Scholar, PubMed, dan BioMed Central dengan menggunakan framework PICO, yang diterbitkan antara tahun 2015-2025. Dari 137 artikel yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan 10 artikel yang eligible. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi kepuasan kerja tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari, faktor sosiodemografi mencakup usia, jenis kelamin, status pernikahan, status kewarganegaraan, tingkat pendidikan, profesi, status tenaga kesehatan, pendapatan/gaji, pengalaman kerja, status kesehatan yang dilaporkan sendiri, dan jabatan professional. Faktor lingkungan kerja mencakup jenis shift kerja, beban kerja, tingkat rumah sakit, jenis rumah sakit, item pekerjaan, promosi, shift lembur bulanan, gaya kepemimpinan, supervisi, peluang pendidikan lanjut, sifat pekerjaan yang menyenangkan, otonomi, hubungan antara dokter dan pasien, pengaturan praktik/SOP. Sedangkan faktor psikologis mencakup manajemen stress, mendapatkan kepuasan dari pasien, keseimbangan kehidupan kerja yang baik, serta penghargaan dan pengakuan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja tenaga kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga pihak manajemen rumah sakit perlu mempertimbangkan upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja sehingga akan menumbuhkan loyalitas mereka.
Kualitas Air dan Risiko Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita: Studi Cross-Sectional Muharramah, Disa Hijratul; Fakhriatiningrum, Fakhriatiningrum; Saputra, Yoerdy Agusmal; Lisa, Mona; J, Rahmi Fitri; Armawan, Ladyka Viola Auliya
Jurnal Ners Vol. 9 No. 3 (2025): JULI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i3.45923

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas pada balita. Kualitas air rumah tangga, termasuk air berwarna, berasa, dan berbau, berpotensi meningkatkan risiko ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kualitas air dengan gejala ISPA pada balita. Studi observasional analitik dengan desain potong lintang dilakukan pada 1.267 rumah tangga di tiga kecamatan di Kabupaten Muara Enim pada tahun 2024. Data dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara kualitas air dan gejala ISPA. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas air rumah tangga berhubungan signifikan dengan gejala ISPA pada balita. Ditemukan hubungan yang signifikan antara kualitas air dengan gejala ISPA. Balita yang tinggal di rumah dengan sumber air berwarna berhubungan signifikan dengan gejala demam (p = 0,009) dan pilek (p = 0,014). Air berasa berhubungan dengan demam (p < 0,001) dan pilek (p = 0,016). Air berbau berhubungan signifikan hanya dengan demam (p = 0,004). Material rumah juga berhubungan signifikan dengan gejala batuk (p = 0,011) dan pilek (p = 0,019). Sebaliknya, ventilasi rumah dan status merokok keluarga tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan gejala ISPA. Kualitas air rumah tangga, terutama air yang berwarna dan berasa, berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko gejala ISPA pada balita. Intervensi peningkatan akses terhadap air bersih perlu diprioritaskan sebagai bagian dari upaya pencegahan ISPA. Penelitian lebih lanjut dengan desain longitudinal dan uji kualitas air berbasis laboratorium direkomendasikan untuk menguatkan hubungan kausal. Kata kunci: Balita; gejala ISPA; Kualitas air. Acute Respiratory Infections (ARI) are a leading cause of morbidity in young children. Household water quality, including water that is discolored, tastes unpleasant, or has an odor, may increase the risk of ARI. This study aims to identify the relationship between water quality and ARI symptoms in young children. This study identified a statistically significant association between household water quality and the occurrence of ARI symptoms among children under five. The use of discolored water was significantly associated with increased reports of fever (p = 0.009) and nasal congestion (p = 0.014). Unpleasant-tasting water was also significantly associated with fever (p < 0.001) and nasal congestion (p = 0.016), whereas foul-smelling water demonstrated a significant association with fever only (p = 0.004). Furthermore, housing materials were significantly associated with the presence of cough (p = 0.011) and nasal congestion (p = 0.019). Conversely, no significant associations were observed between ARI symptoms and household ventilation or exposure to tobacco smoke. Household water quality, particularly water that is discolored or has an unusual taste, is significantly associated with an increased risk of acute respiratory infection (ARI) symptoms in children under five. Improving access to safe and clean drinking water should be prioritized as part of ARI prevention efforts. Further research using longitudinal designs and laboratory-based water quality testing is recommended to strengthen the evidence for a causal relationship. Keywords: ARI;Water Quality;Young Children
PENGARUH FAKTOR SUPPLY DAN DEMAND TERHADAP CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA Fitri J, Rahmi; Tari, Putri Inrian; Taufiq, Fildzah Hasifah; Prameswari, Ayu; Arifin, Jafar
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.44591

Abstract

Indonesia saat ini memasuki era lanjut usia (Era of Population Ageing) dengan persentase penduduk lansia mencapai 12%. Berdasarkan klasifikasi demografi, suatu negara dikatakan memiliki struktur penduduk tua apabila lebih dari 7% penduduknya berusia 60 tahun ke atas. Perubahan struktur ini menjadi tantangan serius karena berdampak pada meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, beban pembiayaan, peningkatan angka disabilitas, serta penurunan produktivitas lansia. Salah satu upaya penanganan adalah melalui optimalisasi pelayanan kesehatan lansia. Namun, cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan lansia di Kota Padang Panjang pada tahun 2020–2022 belum mencapai target sebesar 100%, dengan capaian masing-masing sebesar 56%, 64%, dan 66%. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh avaibility and accomodatian, ability to reach dan pencarian terhadap pencapaian ke pelayanan kesehatan lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Besar sampel penelitian sebesar 356 lansia yang dipilih secara propotional random sampling. Data penelitian dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa availability and accommodation, ability to reach, pencarian pelayanan kesehatan di Kota Padang Panjang tergolong buruk serta berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian pelayanan kesehatan. Nilai Odds Ratio (OR) untuk masing-masing variabel adalah 11,77 untuk availability and accommodation, 3,86 untuk ability to reach, dan 31,60 untuk pencarian pelayanan kesehatan. Berdasarkan temuan ini, direkomendasikan beberapa strategi perbaikan seperti mendekatkan layanan ke tempat tinggal lansia bahkan menyediakan homecare, menyesuaikan waktu pelayanan serta peningkatan kapasitas kader dalam memberikan informasi dan motivasi kepada lansia.