Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Kajian Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa untuk Mengembangkan Karakter Anti Korupsi Wiyono, Subelo; Samho, Bartolomeus; Pangalila, Theodorus; Pasandaran, Sjamsi
Jurnal Civic Education: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.841 KB) | DOI: 10.36412/ce.v3i2.1096

Abstract

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila Salah satu bagian penting dari materi pendidikan anti korupsi di Indonesia adalah pemahaman nilai-nilai Pancasila. Berbagai sumber menunjukkan masih kurangnya penelitian Pendidikan Anti Korupsi berbasis Pancasila. Sila pertama Pancasila yang menjiwai keempat sila berikutnya menjadi sentral penelitian awal ini. Perguruan tinggi memiliki posisi strategis untuk memenuhi harapan peneliti dalam peranannya sebagai pendorong efektivitas pemberantasan tindak pidana korupsi. Berkaitan dengan gagasan-gagasan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan qualitative research dengan model grounded. Teknik pengumpulan data akan peneliti lakukan dengan studi dokumen, wawancara, dan observasi. Sumber dokumen adalah dokumen formal, literatur, buku teks, dan perangkat pembelajaran. Informan adalah pakar di bidang filsafat, Pendidikan Kewarganegaraan, dan dosen. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran Pancasila oleh dosen di perguruan tinggi. Analisis data menggunakan model induktif. Akan tetapi dalam bagian (artikel) ini peneliti masih sebatas menggunakan studi pustaka sebagai awal penelitian yang lebih besar. Penelitian awal yang akan dituangan dalam artikel ini memberikan gambaran bagaimana persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dan peluang yang bisa dijadikan celah untuk menyelesaikannya. Telaah terhadap nilai Ketuhanan Yang Maha Esa peneliti anggap cukup strategis menjadi bagian awal penelitian yang lebih besar.
Strategi Pendidikan Karakter Dalam Sektor Pendidikan Formal:Telaah Berdasarkan Pandangan Ki Hadjar Dewantara Bartolomeus Samho
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 22 No 01 (2017): Respons: Jurnal Etika Sosial
Publisher : Center for Philosophy and Ethics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/respons.v22i01.445

Abstract

Abstrak: Berbasiskan perikemanusiaan, pendidikan memiliki tujuan memerdekakanmanusia dari kelemahan lahiriah dan batiniahnya, baik sebagai makhluk individualmaupun sosial. Dalam perspektif itu, praksis pendidikan mesti menumbuhkanminat belajar para peserta didik agar mereka bertumbuh dalam pengetahuan dannilai. Pendidik pun harus menjadi teladan (role model) dalam sikap, perkataan, danperilaku yang bersahaja, bermoral, dan berbudi pekerti luhur. Menelusuri pemikiranKi Hadjar Dewantara, artikel ini ingin menunjukkan bahwa tanpa intensi kepadapembentukan karakter positif para peserta didik, proses pendidikan hanya akanmelahirkan orang pintar, tetapi belum tentu menjadi pribadi yang berkarakterdalam keutamaan-keutamaan moral.Kata Kunci: Ki Hadjar Dewantara, pendidikan, nilai, karakter, budi pekerti, keteladanan.Abstracts: Philosophically, education has its goal to liberate man from his outer andinner weaknesses, both as individual and social beings. In that perspective, educationalpraxis should cultivate learners’ learning interests to grow in knowledge and value. The educator must also be a role model in attitude, words, and behavior. Tracing out thethought of Ki Hadjar Dewantara, this article wants to show that without the intentionto form the positive character of the learners, the educational process will only give birthto smart people, but not necessarily a good person who lives in moral virtues.KEYWORDS: Education, examplar, good character, Ki Hadjar Dewantara, moral values.
KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN TANTANGAN-TANTANGAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA DEWASA INI Bartolomeus Samho; Oscar Yasunari
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3816.149 KB)

Abstract

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah menjadi citra tersendiri bagi sejarah pendidikan di Indonesia. Konsep pendidikannya menampilkan kekhasan kultural Indonesia dan menekankan pentingnya pengolahan potensi-potensi peserta didik secara terintegratif. Pada titik itu pula, konsep pendidikannya sungguh kontekstual untuk kebutuhan generasi Indonesia pada masa itu.Kini gagasan dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang begitu berharga dan humanis pada masa dulu, menjadi terasa begitu klasik dan nyaris di lupakan. Itu lantaran pendidikan di Indonesia pada masa kini lebih dominasi kognitif dan jauh dari nuansa terintegratif sehingga reduktif terhadap hakekat pendidikan dan kemanusiaan. Mengapa demikian? Ada sementara pihak yang meyakini bahwa hal itu terkait dengan upaya lembaga pendidikan dalam praksisnya yang terlalu terfokus pada upaya untuk menyiasati ujian sekolah ataupun Ujian Nasional (UN), dan bukan untuk membentuk manusia yang otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia di luar sekolah.Padahal, pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya, sebagaimana diyakini juga oleh Ki Hadjar Dewantara, adalah menyangkut upaya memahami dan menganyomi kebutuhan peserta didik sebagai subyek pendidikan. Dalam konteks itu, tugas pendidik adalah mengembangkan potensi-potensi peserta didik, menawarkan pengetahuan kepada peserta didik dalam suatu dialog. Semuanya itu dimaksudkan untuk memantik dan mengungkapkan gagasan-gagasan peserta didik tentang suatu topik tertentu sehingga yang terjadi adalah pengetahuan tidak ditanamkan secara paksa tetapi ditemukan, diolah dan dipilih oleh murid. Dalam perspektif itulah Ki Hadjar memaknai pendidikan sebagai aktivitas “mengasuh”.
MENGARTIKULASI PANCASILA MENJADI SPIRITUALITAS KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA YANG MAJEMUK: SEBUAH KAJIAN FILOSOFIS Bartolomeus Samho; Rudi Setiawan
Research Report - Humanities and Social Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Research Report - Humanities and Social Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.356 KB)

Abstract

Indonesia adalah bangsa yang majemuk dalam suku, agama, ras, dan golongan. Pluralitas ini telah sejak dahulu disadari oleh para pendiri bangsa dan menjadi ciri khas masyarakat di Indonesia. Para pendiri bangsa tentu berharap agar pluralitas yang sungguh real di Indonesia itu kelak tetap terpelihara dalam kondisi yang utuh. Dalam rangka mewujudkan harapan itu, mereka merumuskan suatu semangat hidup bersama. Rumusan yang dimaksudkan bersumber pada elemen-elemen yang ada dalam jiwa Indonesia.1 Rumusan itulah yang menjadi ruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia bersumber dari “keutamaan hidup” (virtue) bangsa Indonesia. Ia adalah inti atau kristalisasi kultur bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai spiritual. Sebagai demikian, Pancasila patut menjadi spiritualitas kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai vital yang terkandung di dalamnya menjadi kekuatan dalam proses “menjadi Indonesia”. Berangkat dari penalaran di atas, penelitian ini hendak kami fokuskan pada klaim bahwa Pancasila adalah spiritualitas kehidupan bangsa Indonesia. Artinya, gerak atau orientasi kehidupan bangsa Indonesia yang ideal dalam tatanan real adalah dijiwai dan dihidupi oleh nilai-nilai dasar Pancasila.Kata Kunci: Pancasila, spiritualitas, Indonesia, pluralisme, pluralitas, kebhinnekaan,
Tanggung Jawab Dan Partisipasi Publik Dalam Mengatasi Pelanggaran Hak Asasi Kelompok Rentan Bartolomeus Samho
Jurnal Hukum PRO JUSTITIA Vol. 25 No. 1 (2007)
Publisher : Jurnal Hukum PRO JUSTITIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12970.947 KB)

Abstract

Tanggung Jawab Dan Partisipasi Publik Dalam Mengatasi Pelanggaran Hak Asasi Kelompok Rentan
Strategi Pendidikan Karakter Dalam Sektor Pendidikan Formal:Telaah Berdasarkan Pandangan Ki Hadjar Dewantara Bartolomeus Samho
Respons: Jurnal Etika Sosial Vol 22, No 01 (2017): Respons
Publisher : Respons: Jurnal Etika Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.27 KB)

Abstract

Abstrak: Berbasiskan perikemanusiaan, pendidikan memiliki tujuan memerdekakanmanusia dari kelemahan lahiriah dan batiniahnya, baik sebagai makhluk individualmaupun sosial. Dalam perspektif itu, praksis pendidikan mesti menumbuhkanminat belajar para peserta didik agar mereka bertumbuh dalam pengetahuan dannilai. Pendidik pun harus menjadi teladan (role model) dalam sikap, perkataan, danperilaku yang bersahaja, bermoral, dan berbudi pekerti luhur. Menelusuri pemikiranKi Hadjar Dewantara, artikel ini ingin menunjukkan bahwa tanpa intensi kepadapembentukan karakter positif para peserta didik, proses pendidikan hanya akanmelahirkan orang pintar, tetapi belum tentu menjadi pribadi yang berkarakterdalam keutamaan-keutamaan moral.Kata Kunci: Ki Hadjar Dewantara, pendidikan, nilai, karakter, budi pekerti, keteladanan.Abstracts: Philosophically, education has its goal to liberate man from his outer andinner weaknesses, both as individual and social beings. In that perspective, educationalpraxis should cultivate learners’ learning interests to grow in knowledge and value. The educator must also be a role model in attitude, words, and behavior. Tracing out thethought of Ki Hadjar Dewantara, this article wants to show that without the intentionto form the positive character of the learners, the educational process will only give birthto smart people, but not necessarily a good person who lives in moral virtues.KEYWORDS: Education, examplar, good character, Ki Hadjar Dewantara, moral values.
DIMENSI KEILAHIAN SUNDA WIWITAN DALAM UPACARA SEREN TAUN DI CIGUGUR Willfridus Demetrius Siga; Kurniasih . .; Alfonsus . Sutarno; Bartolomeus . Samho; Valerianus Beatae Jehanu
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 7, No 2 (2022): JAQFI VOL.7 NO. 2, 2022
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jaqfi.v7i2.20994

Abstract

Local religions in Indonesia are generally perceived as culture, not religion. The local religious tradition that existed before the world religion was seen as something with a profane dimension, not sacred. As a result, the divine dimension of local religion is denied. This ethnographic research aims to reveal the divinity dimension of local religion by taking a case study of the local religion of Sunda Wiwitan in Cigugur, Kuningan, West Java. The divine dimension of Sunda Wiwitan can be found in a special way in the entire series of Seren Taun ceremonies, namely the thanksgiving ceremony for the harvest as well as the Sunda Wiwitan religious holiday. In prayers, sacred places and times, ritual materials, music, songs and mantras, ceremonial clothing, performers, and sacred figures all manifest the existence of a supernatural figure (God). The dimension of divinity depicted in the local Sunda Wiwitan religion is very relevant and significant for developing an inclusive and appreciative attitude towards the diversity of religious traditions in Indonesia. With it, the promotion of peace and inter-religious harmony is also possible to construct.
Constructing Human Integrity in the Perspective of Sunda Wiwitan Religious Ethics Alfonsus Sutarno; Bartolomeus Samho; Oscar Yasunari
INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/infsl3.v17i1.59-86

Abstract

This paper examines human integrity from the perspective of local religion of Sunda Wiwitan in Cigugur, Kuningan, West Java, Indonesia. We collected research data  using qualitative research strategies through in-depth interviews, participant  observation, and literature research. The complexity of humanity is explored and  internalized by various groups, including indigenous peoples. Human integrity occurs when there is unity between the physical and spiritual aspects. The physicaland spiritual aspects of a healthy and harmonious human being are a marker for humanity that is human (homo humanum) and even has a divine dimension (homo religious). The core of the construction of human integrity in the Sunda Wiwitan Religious Ethics is when there is an attitude of “silih”, or “saling”, i.e, reciprocated acts of kindness toward each other. This attitude is further described as an attitude or behavior of making each other fragrant or silih wangi. This means that humans (must) protect each other’s reputation and do well to others, and that they are motivated to eliminate each other’s weaknesses or shortcomings; humans show themutual behavior of silih asah (meaning that humans educate one another, are willing to share knowledge, understanding, and skills); humans show a mutual caring behavior or silih asuh (humans protect one another, give to each other, help each other in need and distress); humans love one another or showing the behavior of silih asih. This local wisdom related to Sunda Wiwitan humanism is increasingly relevant for today’s global society in reflecting on the meaning and essence of humanity. 
MENELISIK DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAGI HUTAN ADAT, HAK ULAYAT, DAN VISI EKOLOGIS MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KALIMANTAN BARAT Samho, Bartolomeus; Slamet Purwadi, Yohanes
Veritas et Justitia Vol. 9 No. 2 (2023): Veritas et Justitia
Publisher : Faculty of Law, Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25123/vej.v9i2.6476

Abstract

According to the result of a research conducted in 2016 entitled "Changes in the Mindset of Dayak Indigenous Peoples in Sanggau Regency towards Customary Forests as a Result of Palm Oil Plantations", this article aims to describe the impact of oil palm plantations on indigenous forests, customary rights, and the ecological vision of Adat communities in West Kalimantan. The research method used is a qualitative method with a phenomenological approach. The findings of this research indicate that economic benefits obtained from oil palm plantations are not proportional with the ecological and social losses resulting from the impacts, both directly and indirectly. It is also found that Adat communities living around oil palm plantations often face the threat of horizontal conflicts due to competition over cultivated land and ecological threats in the form of floods and landslides. The findings within thisis useful to strengthen the understanding of the importance and necessity of developing oil palm plantations with due regard to the local wisdom and constructive ecological vision to maintain the existence of indigenous forests as customary rights. Therefore, land clearing for oil palm plantations must pay attention to local wisdom, preserving nature so that the sustainability of ecosystems and communities is guaranteed.
Pemikiran Kuki Shuzo Mengenai Konsep Iki dan Relevansinya Pada Estetika Modern Yoshikoshi, Yutaro; Samho, Bartolomeus
Sapientia Humana: Jurnal Sosial Humaniora Vol 4 No 01 (2024): Vol 4 No 01 (2024)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jsh.v4i01.7880

Abstract

This article intends to explore the concept of iki aesthetics and investigate its relevance to modern aesthetics. The method used in this article is qualitative, a literature study that specifically focuses on using the thoughts of the philosopher Kuki Shuzo in the book The Structure of Iki. The results show that iki consists of bitai, ikiji, and akirame and that iki is also still relevant for modern aesthetics. In conclusion, iki evokes a certain kind of sensibility through the tension that emerges through dualistic relationships. And this unique form of sensibility proves to still be very relevant in modern aesthetics. This is proven by the fact that Japanese aesthetics are also in demand by people outside of Japan and that there are still various inquiries into modern aesthetics whilst takin into account the role of iki.