Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Construction Of Heritage Rights and Citizenship Status Differences in Indonesia Subagiyo, Dwi Tatak
NORMA Vol 18, No 2 (2021): July
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/nlj.v18i2.1587

Abstract

The high mobility of the population from one country to another, contributes to citizenship transfer. Likewise, Indonesian Citizens (WNI) who, for reasons of education, employment, and other preferences, choose to become Foreign Citizens (foreigners). However, the transfer of citizenship does not necessarily eliminate the ties of blood with the family. For example, in Inheritance in the form of land, a Foreign Citizen, referred to as a WNA, can inherit land rights in Indonesia due to the first two things, a foreign citizen born because of a mixed marriage. And both foreign citizens as a result of naturalization can be understood as a change in the citizenship status of the Indonesian population. Therefore, Indonesia's current construction of inheritance rights within the framework of inheritance regulation (which is part of civil law) is still dualistic and pluralistic. This is inseparable from the legal history of the enactment of civil law in Indonesia.Keywords: Construction, Inheritance, Citizenship
Characteristics of Financial Technology as Financing Alternative Capitalization of Medium Small-Medium Enterprises (MSME) Dwi Tatak Subagiyo
Fiat Justisia: Jurnal Ilmu Hukum Vol 15 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25041/fiatjustisia.v15no2.1933

Abstract

Characteristics of Financial Technology as a Financial Institution that uses information technology to provide financial solutions by prioritizing compliance with the principles of prudence and risk management. The characteristics of Financial Technology institutions are getting a loan quickly; Makes Payment Easier; Make Loan Payments without Additional Fees. Peer to Peer Lending (P2P lending) system in providing financial services is done through information technology based. The financial services institution Peer to Peer Lending (P2P Lending) is a financial technology financial institution (Fintech). Financial Technology (Fintech) as a Literacy Source for Financing Micro, Small and Medium Enterprises; Financial Technology (Fintech) As a Facilitator in MSME Development; Financial Tecnology (Fintech) as a driver for Micro, Small and Medium Enterprises to Increase National Financial Inclusion. The Role of the Financial Services Authority (OJK) and the Indonesian Joint Funding Fintech Association (AFPI) As Regulations and Oversight of Financial Technology Institutions (Fintech) in Indonesia.
LEGAL STANDING DEBITOR SELAMA MENGUASAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA Dwi Tatak Subagiyo
Law Review Volume XVIII, No. 2 - November 2018
Publisher : Fakultas Hukum, Universitas Pelita Harapan | Lippo Karawaci, Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/lr.v18i2.1130

Abstract

ABSTRAKEksistensi lembaga jaminan fidusia, digunakan untuk menampung kebutuhan masyarakat akan pentingnya tambahan modal berupa dana dalam melakukan kegiatan usaha di bidang ekonomi dengan tetap menguasai benda modalnya itu digunakan dalam mempertahankan kegiatan usaha, sebagai agunan/jaminan memperoleh bantuan dana. Mengingat kedua lembaga jaminan yang ada dalam KUHPerdata yaitu gadai dan hipotek, tidak memberikan ruang dan tempat  bagi masyarakat yang mengembangkan usaha dengan perolehan dana dari lembaga keuangan. Legal standing debitor adanya prinsip fidusia, selama benda dijadikan objek jaminan, hak milik benda yang bersangkutan, diakui tetap ada pada debitor dan debitor selaku peminjam pakai benda. Sedangkan atas agunan yang bersangkutan, kreditor hanya sekedar mempunyai hak jaminan kebendaan dan bukan hak kepemilikan.Kaca Kunci: kedudukan hukum, debitor, objek fidusia ABSTRACTthis existence of fiduciary guarantee institution, is used to accommodate the society's need for the additional capital in the form of funds in conducting business activities in the field of economy while retaining the capital is used in maintaining business activities, as collateral get funding. In view of the two existing guarantee institutions in the Civil Code that are mortgage and mortgage, it does not provide space and place for the people who develop the business with the acquisition of funds from financial institutions.x  legal standing of the debtor in controlling fiduciary fiduciary goods under the fiduciary guarantee law, it is understood that the principle that as long as the object is used as the object of guarantee, the property rights of the object is recognized, it is still present to the debtor and debtor as the borrower with the object. While for the collateral concerned, the creditor only has the right of material security and not the right of ownership.Keywords: legal standing,debtor, object fiduciary.
PERTANGGUNGJAWABAN TELLER BANK AKIBAT TERJADINYA KESALAHAN TERHADAP TRANSFER DANA NASABAH Erna Widyawati; Ari Purwadi; Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 23, No 1 (2018): Edisi Januari
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.701 KB) | DOI: 10.30742/perspektif.v23i1.623

Abstract

Proses transfer dana dapat dilakukan secara tertulis, dan salah satunya melalui teller bank. Proses transfer dana ini tidak selalu berlangsung dengan baik, adakalanya muncul suatu permasalahan mengenai kekeliruan, dan lain sebagainya. Oleh karenanya perlu dicari metode penyelesaian atas kejadian tersebut, yang mana menjadi inti rumusan masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian normatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu teller bank harus bertanggung jawab atas kekeliruan dalam pelaksanaan transfer dana. Dalam hal terjadi keterlambatan atau kesalahan transfer dana, yang kemudian menimbulkan kerugian pada Pengirim atau Penerima, maka pihak penyelenggara dan/atau pihak lain yang mengendalikan sistem transfer dana tersebut dibebani kewajiban untuk membuktikan ada atau tidaknya keterlambatan atau kesalahan transfer dana tersebut, dalam hal ini teller atau nasabah pengirim diwajibkan untuk membuktikan. Teller harus segera memperbaiki kekeliruan tersebut dengan melakukan pembatalan. Teller yang terlambat melakukan perbaikan atas kekeliruan tersbut diwajibkan untuk membayar jasa, bunga, atau kompensasi. Teller bank harus mampu menjadi seorang pekerja yang teliti dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan dalam proses input transaksi transfer dana nasabah.The process of funds transfer can be done in writing, and one of them is through a bank teller. This process of transferring funds does not always go well, sometimes problems arise regarding mistakes, and so on. Therefore, it is necessary to find a method of settlement of the incident, which is the core formulation of the problem in this study. This research is normative research. The results obtained from this study, namely bank tellers must be responsible for errors in the transfer of funds. In the event of a delay or error in transfer of funds, which then results in a loss to the Sender or Recipient, the organizer and/or other party controlling the fund transfer system is burdened with the obligation to prove whether or not there is a delay or error in transferring the teller or the sending customer is required to prove. The teller must immediately correct the mistake by making a cancellation. Tellers who are late in making repairs to the mistake are required to pay services, interest, or compensation. Bank tellers must be able to become a careful worker in carrying out their duties and functions by applying the precautionary principle so that there is no mistake in the input process of customer fund transfer transactions.
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 20, No 1 (2015): Edisi Januari
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.661 KB) | DOI: 10.30742/perspektif.v20i1.122

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisa perlindungan hukum pemegang saham minoritas, akibat hukum bagi Direksi Perseroan yang melakukan perbuatan melawan hukum serta upaya hukum pemegang saham minoritas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan  bahwa perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas, antara lain diberikan dalam bentuk penerapan prinsip Good Corporate Governance (pengelolaan perusahaan yang baik). Akibat perbuatan melawan hukum Direksi harus bertanggungjawab mengganti kerugian (Pasal 1365 KUHPerdata) dan apabila terpenuhi unsur pidana, maka Direksi dikenai pidana penjara maupun pidana denda yaitu penggelapan uang dan penipuan (Pasal 372 dan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) bahkan Direksi dapat bertanggungjawab sampai harta pribadinya (Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).This research was intended to review and analyze the legal protection of minority shareholders, the legal consequences for Director which committed an unlawful act and legal efforts to minority shareholders under the Limited Liability Corporation Act Based on this research, this paper concludes that the legal protection for minority shareholders of the Company can be achieved by applying the principles of Good Corporate Governance (Management of Good Company). As a result of tort law must be held accountable indemnify Director (Article 1365 of the Civil Law Code) and therefore fulfilled criminal element, then the Board of Directors may be subject to imprisonment or criminal fines are wiping money and fraud (Article 372 and Article 378 of the Criminal Law Code) may be responsible to the  Director even his private property (Article 97 paragraph (3) of the Limited Liability Corporation Act).
KONTRAK JUAL BELI EKSPORT BARANG DENGAN PEMBAYARAN MELALUI LC (Letter of Credit) Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 5, No 1 (2000): Edisi Januari
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/perspektif.v5i1.233

Abstract

Sebagai salah satu dokumen terpenting dalam suatu pembayaran, letter of credit yang selanjutnya disebut sebagai LC, sangat berguna bagi setiap transaksi khususnya transaksi yang dilakukan untuk antar negara. Keberadaan LC sejak dahulu dipergunakan oleh para pihak yang terlibat dalam perdagangan, baik perdagangan barang maupun jasa pada lintas negara. Memang ada beberapa macam fungsi dari LC antara lain sebagai sarana dan alat bayar yang cepat, aman dan sederhana. Dirasakan cepat, karena dengan LC antara para pihak sudah dapat menjalankan pelaksanaan kontraknya secara langsung. Aman karena tidak dapat diganggu dan diketahui oleh pihak lain yang tidak berkepentingan serta tidak dapat disalahgunakan oleh orang lain kecuali para pihak itu sendiri. Sederhana artinya tidak berbelit-belit proses administrasinya, sehingga memudahkan penyampaian dan melakukan transaksi. Perbankan selalu dilibatkan oleh penerbitan LC, karena dalam memberikan pelayanan yang berhubungan dengan uang, bank selalu aman dan rasional. Perbankan ikut tersangkut dalam penerbitan LC, karena dalam memberikan pelayanan selalu sudah terjamin keamanannya, khususnya yang berhubungan dengan uang tunai. Penerbitan LC sendiri seyogyanya memang melalui proses yang cermat, karena jika terjadi kesalahan baik prosedur maupun penulisannya berakibat fatal, yaitu berupa tidak dapat dijalankannya LC itu sendiri.
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG CEK KOSONG Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 10, No 1 (2005): Edisi Januari
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/perspektif.v10i1.522

Abstract

The research of legal protections cheque in to banking is regulation of business. In to business buying in trade has persons and rents persons. In the trades is payment cheque and always has persons. This cheque always baying in trade etc. Because in cheque is trades that simple, and not of the risk. In trade a business not payment cash, but not all risk. This cheque blank is letter value that nominal rupiahs, but not nominal rupiahs to payment in trade. Bank is cheque blank no of risk in payment but nominal rupiahs is enough.
Resensi Buku: PENGANTAR UMUM HUKUM EKONOMI Pengarang: John W. Head Penerbit: ELIPS Project (1997) Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 3, No 2 (1998): Edisi April
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.792 KB) | DOI: 10.30742/perspektif.v3i2.378

Abstract

Dalam masa krisis ekonoml ini masyarakat sedang mencari dan mengupayakan penyelesaian secepatnya. Penyelesaiannya ini memang banyak sekali aspek yang terlibat didalamnya, antara lain budaya, hukum, ekonomi dan sosial. Aspek hukum memang tidak terlepaskan dalam hal ini. Dengan terbitnya buku pengantar umum hukum ekonomi ini kiranya dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk membantu sedikit penyelesaian masalah hukum ekonomi.Buku ini berisikan materi yang bermuatan hukum ekonomi secara makro, sehingga bagi pembacanya dalam menyimak harus berhati-hati. Karena di dalamnya membahas mulai dari organisasi perusahaan, hukum persaingan, pembiayaan bisnis/usaha, aturan akuntansi, kepailitan, hukum kontrak dan hukum dagang, penyelesaian sengketa dagang, hukum perbankan, asuransi, hukum perburuhan, hukum sumber daya alam dan lingkungan, tanggung jawab produk dan perlindungan konsumen, hukum perpajakan, transaksi bisnis internasional secara umum, jual beli barang internasional aspek-aspek transaksi, jual beli barang internasional aspek-aspek peraturan perundang-undangan, lisensi dan investasi internasional sampai dengan organisasi ekonomi internasional.Organisasi perusahaan disinggung masalah kepemilikan tunggal usaha, perusahaan dengan lialibiltas terbatas, badan usaha pemerintah, badan usaha multinasional. Organisasi perusahaan juga dibandingkan antara sistem common law dan civil law (hal. 2). Hukum persaingan yang dulunya mencerminkan ideologi atau filsafat suatu perekonomian, sekarang sudah dapat diterima di seluruh dunia setelah jatuhnya Uni Soviet (hal 9). Pembiayaan bisnis berisikan pembiayaan dalam modal penyertaan, pembiayaan jangka pendek dan pembiayaan dengan surat berharga. DidaIamnya diuraikan secara singkat sistem pembiayaan bisnis yang ada dalam kehidupan sehari-hari.Aturan akuntansi berisikan tentang sejarah aturan akuntansi perlunya keseragaman, persyaratan dispositif dan persyaratan pembeberan, standar akuntansi pokok, neraca dan laporan penghasilan. Di dalamnya juga diuraikan secara singkat bagaimana aturan akuntansi yang bisa seragam antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Kepaillitan didalamnya diuraikan secara singkat perbandingan antara akibat kepaillitan dengan likuidasi. Hukum kontrak dan hukum dagang di dalamnya berisikan tentang penyusunan kontrak dagang, masa berlakunya kontrak, intepretasi/pemahaman kontrak, pelaksanaan kontrak dan pengakhiran kontrak. Uraian singkat mengenai hukum kontrak dan hukum dagang menurut sistem common law. Penyelesaian sengketa dagang diuraikan secara singkat mengenai pilihan hukum, forum dan prosedur, fokus terhadap arbitrase dagang. Hukum perbankan juga diuraikan secara singkat mengenai bank sentral, bank dagang dan permasalahan lain dalam bidang hukum perbankan dan moneter. Asuransi dibahas secara singkat mengenai unsur-unsur asuransi, jenis asuransi dan permasalahan yang ada dalam asuransi.Hukum perburuhan diuraikan secara singkat masalah yang ada dalam perburuhan secara umum. Hukum sumber daya alam dan lingkungan bermaterikan mengenai kepemilikan dan pemanfaatan sumber daya alam, sistem khusus bagi sumber daya tertentu, pengendalian pencemaran dan perbaikannya, penilaian dan perencanaan lingkungan diuraikan secara singkat. Tanggung jawab produk dan perlindungan konsumen berisikan tanggung jawab produk dan perlindungan konsumen yang disinggung secara singkat. Hukum perpajakan diuraikan tentang pajak penghasilan dan bentuk pajak lain. Transaksi bisnis internasional secara umum diuraikan secara singkat menurut sistem common law. Tentang jual beli barang internasional baik dari aspek transaksi maupun dan aspek peraturan perundang-undangan dimasukkan istilah dagang FOB & CIF, pilihan hukum CISG, tarif GATT, WTO dan peraturan Pemerintah tentang eksport. Lisensi dan investasi internasional diuraikan secara singkat tentang lisensi, investasi dan ketentuan dalam hukum investasi. Organisasi Ekonomi Internasional diuraikan hubungan antara WTO , ITO, IMF dan Bank Dunia dalam perdagangan Internasional.Buku ini memang cocok bagi mahasiswa dan umum yang mendalami bidang hukum dan ekonomi karena disampaikan dalam 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Penulisnya sendiri juga memberikan referensi jika pembaca ingin mendalami lebih detail lagi.
PEMBERIAN GANTI RUGI YANG LAYAK DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA SURABAYA Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 7, No 1 (2002): Edisi Januari
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/perspektif.v7i1.369

Abstract

The purpose of research on the subject is to give a description of informal sector in a way to get proper compensation of their relocation as a consequence of urban development policy. Regulations of land affairs, such as the right of authorizing the land, lay out and landscape arrangement and the compensation rule have been set, but sometimes it does not work as expected. The worker’s reason to refuse the relocation is that strategic and high economical value of the present location.
HUKUM ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA Dwi Tatak Subagiyo
Perspektif Vol 2, No 1 (1997): Edisi April
Publisher : Institute for Research and Community Services (LPPM) of Wijaya Kusuma Surabaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.579 KB) | DOI: 10.30742/perspektif.v2i1.132

Abstract

Kata “Rights” dalam IPR lebih tepat diterjemahkan dengan kata “Hukum”, untuk mencerminkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, oleh karena itu IPR sepadan dengan Hukum atas Kekayaan Intelektual, dan bukan Hak Milik Intelektual. Untuk menyongsong kehadiran era globalisasi perlu persiapan dan penataan hukum atas kekayaan intelektual dengan segera dalam suatu sistem hukum yang mencerminkan keadilan dan kepastian.