Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Program GERCEP BU dalam Upaya Meningkatkan Peran Ibu dalam Optimalisasi Peran dan Fungsi Keluarga Dian Fitria; Malianti Silalahi; Tri Setyaningsih; Jehan Puspasari; Fendy Yesayas
APMa Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 1: Januari 2023
Publisher : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47575/apma.v3i1.388

Abstract

Keluarga memiliki peranan penting didalam membangun kesehatan dan kesejahteraan sosial. Nilai, budaya, pendidikan, kesehatan, didalam msyarakat dibangun didalam keluarga. Sebaliknya permasalahan yang terjadi didalam masyarakat juga terjadi tidak terlepas dari fondasi yang dibangun didalam keluarga. Permasalahan seperti perceraian, kekerasan, NAPZA, putus sekolah, pergaulan bebas, hingga masalah kejiwaan. Peran ibu didalam keluarga yang optimal dapat meningkatkan keharmonisan dalam keluarga serta mencegah munculnya permasalahan tersebut terjadi dimasyarakat. Seorang ibu didalam keluarga yang belum mencapai tugas perkembangan dewasanya akan berdampak pada perannya didalam keluarga. peran dan fungsi keluarga yang tercapai. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peran ibu didalam keluarga adalah dengan memberikan terapi kelompok terapeutik (TKT) usia dewasa.Terapi ini merupakan salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa, terapi menggunakan metode pemberian edukasi, dan latihan stimulasi. Terapi ini memberikan edukasi mengenai tahap tumbuh kembang psikologis dan melatih peserta TKT untuk mencapai tumbuh kembang tersebut. Adapun aspek yang dilatih adalah aspek biologis, psikoseksual, kognitif, bahasa, emosi, bahasa, kepribadian, moral, spiritual, sosial yang dikaitkan dengan peran dan tugas keluarga. Hasil pengabdian kepada masyarakat ibu telah memiliki kemampuan dasar 73% dan setelah dilakukan kegiatan TKT meningkat menjadi 95% mengalami kenaikan sebesar 22% pada ibu di wilayah RW 03 Kelurahan Pasar Baru. Dengan adanya kenaikan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam mengatasi masalah yang dihadapi didalam keluarga, dan terapi ini dapat dijadikan salah satu upaya dalam intervensi yang diberikan pada kegiatan posyandu, sehingga posyandu tidak hanya berfokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak tetapi juga orang tua dalam menjalankan peran didalam keluarga.
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD ANDI DJEMMA MASAMBA Wanto Sinaga; Muhammad Useng; Fendy Yesayas
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 14 No 1 (2023): MARET
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wound healing is an important physiological process to maintain skin integrity as a mechanical barrier after trauma. In general, it can be divided into hemostatic, inflammatory, proliferative, and remodeling phases. Early mobilization is carried out to reduce the risk of postoperative complications, accelerate the recovery of functional walking capacity, have a positive impact on some of the outcomes reported by patients and reduce the length of hospital stay, thereby reducing treatment costs. This study aims to determine the effect of early mobilization on the wound healing process in postoperative Sectio Caesarea patients at Andi Djemma Masamba Hospital.This study uses a pre-experimental type of research with a one shot case study approach (one group pretest and post test design). The population in this study were all patients with sectio caesarea surgery in July as many as 72 people. The number of samples in this study was 42 people. This study uses observation sheets and SOPs for early mobilization. The data analysis test used was the Wilcoxon test because the data were not normally distributed.The results of the analysis test found that there was an effect of early mobilization on the wound healing process in postoperative Sectio Caesarea patients at Andi Djemma Masamba Hospital with a p value of 0.000 which was smaller than the value of 0.05.Suggest for hospital management to make early mobilization a mandatory intervention that must be carried out by post Sectio Caesarea patients..
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM DOKUMENTASI PENGKAJIAN NYERI PQRST BERBASIS ELECTRONIC MEDICAL RECORD (ERM) DI RAWAT INAP DEWASA RS X BSD Nober Ompusungu; Maria Lousiana; Fendy Yesayas
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 13 No 4 (2022): DESEMBER
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v13i4.1060

Abstract

Pain assessment is an effort to overcome pain that is carried out in infants, children, adults and sedated with medication (pharmacology) or without drug administration (non-pharmacological) according to the level of pain felt by the patient. knowledge and motivation related to nurse compliance in PQRST pain assessment documentation based on Electronic Medical Record (EMR) at RS X BSD's adult inpatient. This type of research uses quantitative research methods, with a descriptive correlation research design and uses a cross sectional approach. Sampling using total sampling technique. Research respondents amounted to 60 people. Data analysis using Kendal Tau statistical test b. The results showed a relationship between the age factor (p-value 0.551), education factor (p-value 0.579), the tenure factor (p-value 0.001), so it can be concluded that the characteristics of nurses (education) are mostly Diploma three who are advocacy nurses. knowledge factor (p-value 0.007) that in general nurses' knowledge is quite good in conducting pain assessments, motivational factor (p-value 0.044) concluded that there are still nurses who have low motivation in conducting PQRST pain assessments according to hospital SPO because of personal constraints, namely less understand the EMR-based PQRST pain assessment, forgetfulness, space hassles and commitments, supervision of the ward head has not been routinely carried out. It is expected that RS X Hospital will provide formal training on pain assessment, form a pain assessment team and periodic audits of EMR-based PQRST pain assessment documentation
PELATIHAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PROGRAM EXIT-EXAM MAHASISWA KEPERAWATAN Veronica Rahmawati; Casman Casman; Nia Rosliany; Malianti Silalahi; Fendy Yesayas; Musaddad Kamal; Ressa Utami
BUGUH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 3 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/buguh.v3n1.794

Abstract

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan metode untuk menguji kompetensi klinik secara objektif dan terstruktur dalam bentuk putaran/station dengan waktu tertentu. Artikel ini berupaya memberikan gambaran dan penjelasan terkait program pelatihan OSCE standar nasional secara komprehensif terhadap pengetahuan dosen. Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model deskriptif-analitik. Hasilnya pengetahuan dan wawasan dosen meningkat dalam hal metode penilaian ujian keterampilan klinik dengan pendekatan OSCE. Hal ini dibuktikan dengan nilai pre-test dan post-test yang menunjukkan pengetahuan dosen terkait OSCE rata-ratanya mengalami rerata kenaikan pengetahuan setelah melakukan pelatihan OSCE sebesar 35,29%. Selain itu, dosen juga dapat mengaplikasikan dan merancang model ujian keterampilan klinik dengan OSCE di laboratorium keperawatan, sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi Exit-Exam. Mahasiswa keperawatan yang terlibat dalam pelatihan OSCE ini juga mendapatkan manfaat berupa pengalaman nyata dalam melakukan ujian keterampilan klinik secara komprehensif. Artikel ini juga berkontribusi bagi institusi pendidikan keperawatan untuk menerapkan metode OSCE dalam ujian keterampilan klinik sebagai upaya meningkatkan kesiapan mahasiswa dalam program Exit-Exam.
ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE HYPERTENSION INCIDENCE IN PENITENTIARY X KALIMANTAN Fendy Yesayas; Fatima Ura Pabanne; Donny Richard Mataputun
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 14 No 1 (2023): MARET
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v14i1.1105

Abstract

Hypertension is a non-communicable disease which is one of the main causes of premature death in the world. The purpose of this study The purpose of this study was to determine the relationship between lifestyle and the incidence of hypertension in Correctional Institutions (Lapas) Class IIA Tarakan City. Research design This research is a quantitative research. The type of research used in this research is descriptive analytic with a cross sectional approach. In this study, the dependent variable was the incidence of hypertension. The independent variables are physical activity, sleep patterns, family history of HT and history of hypertension. The confounding variables are Age, Gender, Last Education. The sampling technique used in this study was purposive sampling with a total sample of 50 samples. Collecting data using a questionnaire and the results of blood pressure measurements, then analyzed bivariate with the Kendall tau test and multivariate using logistic regression test. The results showed that there is no relationship between age and the incidence of hypertension (pvalue 0, 327), there is a significant relationship between family history and the incidence of hypertension (Pvalue 0.020), there is a significant relationship between history of hypertension and the incidence of hypertension (Pvalue 0.012, there was a relationship between physical activity and the incidence of hypertension (Pvalue 0.028), there was a significant relationship between sleep patterns and the incidence of hypertension (PValue 0.000), sufferers, history of hypertension, physical activity and sleep patterns on The incidence of hypertension (Pvalue <0.05). This research is expected to be a source of developing nursing knowledge related to independent nursing interventions.
PELAYANAN KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI TINGKAT PELAYANAN PRIMER: SYSTEMATIC REVIEW Puspita Hanggit Lestari; Mia Fatma Ekasari; Fendy Yesayas
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 14 No 2 (2023): JUNI
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v14i2.1127

Abstract

Penderita hipertensi terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup. Hipertensi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gagal ginjal bahkan kematian. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan lansia dengan hipertensi perlu mendapat perhatian yang serius dari pemberi pelayanan kesehatan primer. Berdasarkan fakta tersebut maka dilakukan systematic review dengan tujuan memberikan gambaran pelaksanaan pelayanan kesehatan pada lansia dengan hipertensi di tingkat pelayanan primer. Metode yang digunakan yaitu kajian pustaka secara sistematis (systematic review) dari berbagai hasil penelitian yang bersumber pada data elektronik. Pencarian literatur dilakukan secara online dengan menggunakan basis data ScienceDirect, Scopus, Pubmed, ProQuest, Clinicalkey, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian sumber referensi adalah “management hypertension”, “elderly”, dan “primary care” serta dibatasi dalam rentang tahun 2016 hingga 2022. Hasil systematic review ini mengungkap bahwa pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan primer telah menggunakan berbagai metode pendekatan seperti peningkatan keterlibatan keluarga, penggunaan SMS, telemonitoring, manajemen diri berbasis telepon selular, dan kunjungan langsung keluarga berupa program Perkesmas PIS-PK. Metode pendekatan tersebut bertujuan meningkatkan kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam melaksanakan terapi farmakologi maupun non farmakologi. Kesimpulan bahwa pelayanan primer harus terus dikembangkan seiring kemajuan teknologi informasi tanpa mengesampingkan pelayanan langsung pada pasien dan peningkatan kualitas pemberi pelayanan kesehatan primer.