Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN Studi Kasus : Ruang Layanan Referensi Perpustakaan DaerahProvinsi Jawa Tengah Malik, Sutrati Melissa; Setyowati, Erni; Setiabudi, Wahyu
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Space and light are elements that need to be considered in an interior design library. Space Reference Service Central Java Provincial Library during opening hours turn on the lights as an additional light to illuminate the room, this was done because of the condition of the room to maximize the natural light into the room was minimal. This minimal conditions also influenced the layout of the furniture arrangement bookshelf is in the range of openings so that the incoming light is reduced. The purpose of this study was to measure and analyze Level Natural Lighting Interior Layout In Area Read Space Reference Service. The discussion and analysis in this study is quantitative descriptive. Method of Measuring the level of natural lighting in the room is done on a point of reference services Main Measure that is based on the position where the lamp. (Code TU), namely at point Measure Side opening window light in space and outer space, on each plan space services. (Code TUD and TUL) and the Supplementary Measure point in the field of reading the reading table in each room service. (Code TUB). Measuring point is taken at a flat field which is located at the height of 0.75 m or 75 cm above the floor. This flat surface called the working field (Frick, 2008) The results of this study the intensity level of natural light in the space can be further enhanced by optimizing the openings on several sides of the building are not obstructed, Placement Area Read in the reference services optimized by the arrangement of the furniture layout in order to light who entered the area can read more leverage and a standardized 225 lux, furniture layout pattern of structuring a strong influence on a bright light into the space and visual comfort of the space. Results of measurement are mostly located below the minimum threshold standards library reading area that is 225 lux occurs because perletakkan furniture is placed on the side of the light source..Ruang dan cahaya adalah elemen yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah rancangan interior Perpustakaan. Ruang Layanan Referensi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada jam pelayanan menyalakan lampu sebagai cahaya tambahan untuk menerangi ruangan, hal ini dilakukan karena kondisi ruangan untuk memaksimalkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan sangat minim. Kondisi minim ini juga dipengaruhi pengaturan layout perabot rak buku yang berada di jangkauan bukaan sehingga cahaya yang masuk menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengukur dan menganalisa Tingkat Pencahayaan Alami Pada Tata Letak Interior Area Baca Ruang Layanan Referensi. Pembahasan dan analisa pada penelitian ini secara kuantitatif deskriptif. Metode Pengukuran tingkat pencahayaan alami pada ruang layanan referensi dilakukan pada Titik Ukur Utama yakni berdasarkan pada posisi letak lampu. (Kode TU), Titik Ukur Samping yakni pada bukaan cahaya jendela dalam ruang dan luar ruang, pada setiap denah ruang layanan. (Kode TUD dan TUL) dan Titik Ukur Tambahan yakni pada bidang baca yakni meja baca pada setiap ruang layanan. (Kode TUB). Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 m atau 75 cm di atas lantai. Bidang datar ini disebut bidang kerja (Frick,2008).Hasil penelitian ini tingkat intensitas cahaya alami dalam ruang dapat lebih ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan bukaan di beberapa sisi bangunan yang tidak terhalang, Penempatan Area Baca di ruang layanan referensi dioptimalkan dengan penataan layout perabot agar cahaya yang masuk sampai ke area baca dapat lebih maksimal dan sesuai standar 225 lux, Pola penataan layout perabot berpengaruh terhadap kuat terang cahaya yang masuk ke dalam ruang dan kenyamanan visual pengguna ruang. Hasil pengukuran yang sebagian besar berada di bawah batas minimum standar area baca perpustakaan yakni 225 lux terjadi karena perletakkan perabot diletakkan berada di sisi sumber cahaya. 
TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN Studi Kasus : Ruang Layanan Referensi Perpustakaan DaerahProvinsi Jawa Tengah Malik, Sutrati Melissa; Setyowati, Erni; Setiabudi, Wahyu
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v17i2.6903

Abstract

Space and light are elements that need to be considered in an interior design library. Space Reference Service Central Java Provincial Library during opening hours turn on the lights as an additional light to illuminate the room, this was done because of the condition of the room to maximize the natural light into the room was minimal. This minimal conditions also influenced the layout of the furniture arrangement bookshelf is in the range of openings so that the incoming light is reduced. The purpose of this study was to measure and analyze Level Natural Lighting Interior Layout In Area Read Space Reference Service. The discussion and analysis in this study is quantitative descriptive. Method of Measuring the level of natural lighting in the room is done on a point of reference services Main Measure that is based on the position where the lamp. (Code TU), namely at point Measure Side opening window light in space and outer space, on each plan space services. (Code TUD and TUL) and the Supplementary Measure point in the field of reading the reading table in each room service. (Code TUB). Measuring point is taken at a flat field which is located at the height of 0.75 m or 75 cm above the floor. This flat surface called the working field (Frick, 2008) The results of this study the intensity level of natural light in the space can be further enhanced by optimizing the openings on several sides of the building are not obstructed, Placement Area Read in the reference services optimized by the arrangement of the furniture layout in order to light who entered the area can read more leverage and a standardized 225 lux, furniture layout pattern of structuring a strong influence on a bright light into the space and visual comfort of the space. Results of measurement are mostly located below the minimum threshold standards library reading area that is 225 lux occurs because perletakkan furniture is placed on the side of the light source..Ruang dan cahaya adalah elemen yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah rancangan interior Perpustakaan. Ruang Layanan Referensi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada jam pelayanan menyalakan lampu sebagai cahaya tambahan untuk menerangi ruangan, hal ini dilakukan karena kondisi ruangan untuk memaksimalkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan sangat minim. Kondisi minim ini juga dipengaruhi pengaturan layout perabot rak buku yang berada di jangkauan bukaan sehingga cahaya yang masuk menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengukur dan menganalisa Tingkat Pencahayaan Alami Pada Tata Letak Interior Area Baca Ruang Layanan Referensi. Pembahasan dan analisa pada penelitian ini secara kuantitatif deskriptif. Metode Pengukuran tingkat pencahayaan alami pada ruang layanan referensi dilakukan pada Titik Ukur Utama yakni berdasarkan pada posisi letak lampu. (Kode TU), Titik Ukur Samping yakni pada bukaan cahaya jendela dalam ruang dan luar ruang, pada setiap denah ruang layanan. (Kode TUD dan TUL) dan Titik Ukur Tambahan yakni pada bidang baca yakni meja baca pada setiap ruang layanan. (Kode TUB). Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 m atau 75 cm di atas lantai. Bidang datar ini disebut bidang kerja (Frick,2008).Hasil penelitian ini tingkat intensitas cahaya alami dalam ruang dapat lebih ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan bukaan di beberapa sisi bangunan yang tidak terhalang, Penempatan Area Baca di ruang layanan referensi dioptimalkan dengan penataan layout perabot agar cahaya yang masuk sampai ke area baca dapat lebih maksimal dan sesuai standar 225 lux, Pola penataan layout perabot berpengaruh terhadap kuat terang cahaya yang masuk ke dalam ruang dan kenyamanan visual pengguna ruang. Hasil pengukuran yang sebagian besar berada di bawah batas minimum standar area baca perpustakaan yakni 225 lux terjadi karena perletakkan perabot diletakkan berada di sisi sumber cahaya. 
TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI PADA TATA LETAK INTERIOR AREA BACA PERPUSTAKAAN Studi Kasus : Ruang Layanan Referensi Perpustakaan DaerahProvinsi Jawa Tengah Malik, Sutrati Melissa; Setyowati, Erni; Setiabudi, Wahyu
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v17i2.6903

Abstract

Space and light are elements that need to be considered in an interior design library. Space Reference Service Central Java Provincial Library during opening hours turn on the lights as an additional light to illuminate the room, this was done because of the condition of the room to maximize the natural light into the room was minimal. This minimal conditions also influenced the layout of the furniture arrangement bookshelf is in the range of openings so that the incoming light is reduced. The purpose of this study was to measure and analyze Level Natural Lighting Interior Layout In Area Read Space Reference Service. The discussion and analysis in this study is quantitative descriptive. Method of Measuring the level of natural lighting in the room is done on a point of reference services Main Measure that is based on the position where the lamp. (Code TU), namely at point Measure Side opening window light in space and outer space, on each plan space services. (Code TUD and TUL) and the Supplementary Measure point in the field of reading the reading table in each room service. (Code TUB). Measuring point is taken at a flat field which is located at the height of 0.75 m or 75 cm above the floor. This flat surface called the working field (Frick, 2008) The results of this study the intensity level of natural light in the space can be further enhanced by optimizing the openings on several sides of the building are not obstructed, Placement Area Read in the reference services optimized by the arrangement of the furniture layout in order to light who entered the area can read more leverage and a standardized 225 lux, furniture layout pattern of structuring a strong influence on a bright light into the space and visual comfort of the space. Results of measurement are mostly located below the minimum threshold standards library reading area that is 225 lux occurs because perletakkan furniture is placed on the side of the light source..Ruang dan cahaya adalah elemen yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah rancangan interior Perpustakaan. Ruang Layanan Referensi Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada jam pelayanan menyalakan lampu sebagai cahaya tambahan untuk menerangi ruangan, hal ini dilakukan karena kondisi ruangan untuk memaksimalkan cahaya alami masuk ke dalam ruangan sangat minim. Kondisi minim ini juga dipengaruhi pengaturan layout perabot rak buku yang berada di jangkauan bukaan sehingga cahaya yang masuk menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah  untuk mengukur dan menganalisa Tingkat Pencahayaan Alami Pada Tata Letak Interior Area Baca Ruang Layanan Referensi. Pembahasan dan analisa pada penelitian ini secara kuantitatif deskriptif. Metode Pengukuran tingkat pencahayaan alami pada ruang layanan referensi dilakukan pada Titik Ukur Utama yakni berdasarkan pada posisi letak lampu. (Kode TU), Titik Ukur Samping yakni pada bukaan cahaya jendela dalam ruang dan luar ruang, pada setiap denah ruang layanan. (Kode TUD dan TUL) dan Titik Ukur Tambahan yakni pada bidang baca yakni meja baca pada setiap ruang layanan. (Kode TUB). Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 m atau 75 cm di atas lantai. Bidang datar ini disebut bidang kerja (Frick,2008).Hasil penelitian ini tingkat intensitas cahaya alami dalam ruang dapat lebih ditingkatkan lagi dengan mengoptimalkan bukaan di beberapa sisi bangunan yang tidak terhalang, Penempatan Area Baca di ruang layanan referensi dioptimalkan dengan penataan layout perabot agar cahaya yang masuk sampai ke area baca dapat lebih maksimal dan sesuai standar 225 lux, Pola penataan layout perabot berpengaruh terhadap kuat terang cahaya yang masuk ke dalam ruang dan kenyamanan visual pengguna ruang. Hasil pengukuran yang sebagian besar berada di bawah batas minimum standar area baca perpustakaan yakni 225 lux terjadi karena perletakkan perabot diletakkan berada di sisi sumber cahaya. 
WASTE MANAGEMENT IN THE KAWATUNA LANDFILL SITE OF PALU CITY Yamin Astha; Altim .; Saiful Alam; Sutrati Melissa Malik
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.129 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v2i1.20

Abstract

Abstract: The waste is all kind of things or material/human excreta, animal, vegetation or anything from the result of human activity to fulfill their daily need. This waste may trigger and or cause contamination to the water, land, and air and cause damage to the human environmental. The ultimate waste disposal of the city in The Landfill Site is against some obstacles, physically and nonphysical, such as social, economy, maintenance problems, etc. According the field experience in some area especially in the City of Palu, city waste management in TPA Kawatuna or Kawatuna Landfill Site consistently practice open dumping system with specific awareness on the environmental protection. The problem occur in Kawatuna Landfill Site is none of waste selection criteria. This condition caused a habitant of the scavengers to earn the life for their expanse, but this settlement has negative impact to their healthiness. The contours of landfill site are valley and hilly. This caused a waste collections activity from the waste employee throw away randomly to the valley of landfill site area and caused wider landfill area. In addition, another wider valley becomes the garbage collection area and causes destruction to the land structure. As a result, the qualitative descriptive method of this research concludes applicable waste management system for the Kawatuna Landfill Site and factors that influences the waste management system. Effort and good cooperation are necessary for a good waste management practice in Kawatuna Landfill Site. This practice starts from each of us where the waste is a requirement that should minimize together. Application of 4R (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) is the first step in maximizing the waste management system of Kawatuna Landfill Site. All of this effort certainly requires a support from human resources, facility and infrastructure, social participation and government regulation. Keywords: Waste, Waste Management, Kawatuna Landfill Abstrak: Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia. Penampungan akhir sampah kota dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengalami berbagai macam kendala baik fisik maupun non fisik, seperti masalah sosial, ekonomi, pemeliharaan dan lain–lain. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan, di berbagai daerah, khususnya di Kota Palu, pengelolaan sampah perkotaan di TPA Kawatuna masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping), dimana sistem ini kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan. Masalah yang timbul di TPA Kawatuna yakni : belum ada pengelolaan untuk pemilahan jenis sampah, kondisi ini mengakibatkan munculnya permukiman para pemulung yang mencari nafkah dengan memilah sampah yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka, namun keberadaan permukiman mereka dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan mereka. Dan kondisi TPA yang berkontur yaitu lembah dan perbukitan menjadikan sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas dibuang sembarangan pada lembah di daerah TPA yang mengakibatkan bertambah luasnya daratan sampah, hal lain lembah yang cukup besar dijadikan sebagai penampung sampah yang dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah. Olehnya penyelesaian penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif didapatkan sistem pengelolaan sampah yang sesuai diterapkan di TPA Kawatuna dan faktor – faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah. Diperlukan usaha dan kerjasama yang baik agar pengolahan sampah di TPA Kawatuna dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dimulai dari diri kita masing – masing bahwa sampah merupakan suatu kebutuhan yang harus kita minimalisasikan bersama – sama. Penerapan 4R yakni (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) merupakan langkah awal agar sistem pengelolaan sampah di TPA Kawatuna berjalan maksimal. Tentunya semua itu perlu didukung dengan sumber daya manusia, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan peraturan pemerintah. Kata Kunci: Sampah, Pengelolaan Sampah, TPA Kawatuna
IDENTIFIKASI KUALITAS VISUAL REKLAME DI KORIDOR KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOTA PALU Setiawan, Altim; Rizkhi; Malik, Sutrati Melissa
JURNAL RUANG / ISSN : 2085-6962 Vol 16 No 1 (2022): JURNAL RUANG
Publisher : Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 94118 e-mail :Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 941

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ruang.v16i1 Maret.40

Abstract

Perkembangan kota yang begitu pesat akibat dari pengaruh kegiatan ekonomi dan fungsinya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan jasa, tidak lepas dari adanya ruang yang diperuntukkan untuk mewadahi sarana informasi dan komunikasi masyarakat kota berupa reklame. Kehadiran ruang yang dimanfaatkan sebagai sarana reklame merupakan nilai tambah bagi suatu kota karena dengan adanya reklame maka akan dapat membentuk visual kota yang lebih baik sekaligus dapat menunjang keindahan kota. Keberadaan papan-papan reklame tanpa penataan yang konseptual merupakan bumerang bagi kualitas visual kota, cenderung menghalangi pandangan ke arah elemen-elemen kota yang menarik seperti arsitektur bangunan maupun unsur lanskap kota dan bahkan mengancam keselamatan penduduk kota. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi, tipologi dan jenis sebaran reklame dan mengkaji penataan reklame baik dari segi perletakan, desain dan peningkatan penggunaan media reklame di kawasan perdagangan dan jasa di Kota Palu. Perencanaan, penataan dan pengendalian diperlukan dalam memberikan acuan guna menentukan titik, jenis, isi/content, type reklame di kawasan perkotaan. Pengaruh visual yang ditimbulkan oleh reklame menjadi bagian estetika kota. Tanpa perencanaan pengaruh visual akan menimbulkan polusi visual dan cenderung ‘merusak visual”. Perancanaan dalam penempatan, dimensi, serta type sangat penting dilakukan guna menghindari dampak negative dari reklame. Bisa jadi penanda dalam bentuk reklame menjadi bagian dari estetika kota dan menjadi sumber pendapatan kota.
PUSAT SENI MUSIK MODERN SULAWESI TENGAH Beatrix, Ketsia; Arief, Irdinal; Malik, Sutrati Melissa
JURNAL RUANG / ISSN : 2085-6962 Vol 15 No 2 September (2021): JURNAL RUANG
Publisher : Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 94118 e-mail :Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 941

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ruang.v15i2 September.50

Abstract

Seni musik muncul sebagai upaya objek wisata baru untuk menarik minat bagi wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Tengah. Dalam hal ini, penduduk Sulawesi Tengah, menjadi pasar baik bagi perkembangan industri musik. Perkembangan musik pada provinsi Sulawesi Tengah sangatlah pesat terutama pada seni musik modern. Banyaknya event musik modern, jumlah penonton yang terkadang melebihi ekspektasi hingga melebihi kapasitas venue, banyak bermunculan band yang mengambil genre musik modern, dan komunitas pecinta musik yang makin banyak cukup membuktikan bahwa penikmat musik modern sangat banyak di provinsi Sulawesi Tengah. Karena itu perlu adanya sebuah wadah untuk para seniman maupun penikmat seni musik modern untuk menyalurkan kreativitasnya. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang. Hasil penelitian berupa desain Pusat Seni Musik Modern di Sulawesi Tengah. Dengan disediakan wadah seni seperti Pusat Seni Musik Modern, maka masyarakat Sulawesi Tengah memiliki wadah yang dapat menampung kegiatan seni musik modern secara terpadu dan terpusat
STUDI KERENTANAN BANGUNAN PADA HUNIAN TETAP DI KOTA PALU (Studi Kasus Hunian Tetap Tondo “Buddha Tzu Chi”, Kelurahan Tondo, Kota Palu) Mulyati, Sri; Khaerunnisa; Malik, Sutrati Melissa
JURNAL RUANG / ISSN : 2085-6962 Vol 14 No 2 September (2020): JURNAL RUANG
Publisher : Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 94118 e-mail :Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jl. Sukarno-Hatta Km.9, Palu 941

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ruang.v14i2 September.57

Abstract

Mitigasi bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Pemahaman terhadap ancaman bencana, kondisi kerentanan, kapasitas masyarakat dan kapasitas kelembagaan, serta pola karakteristik keruangan suatu wilayah merupakan hal penting dilakukan agar pengelolaan bencana terwujudsecara efektif dan holistik. Bangunan hunian Tetap Tondo “Buddha Tzu Chi” merupakan bangunan yang dibangun bagi masyarakat terdampak bencana gempabumi, tsunami dan likuifaksi yang terletak di Kelurahan Tondo Kota Palu. Tujuan penelitian ini yaitu melalukan kajian penilaian tingkat kerentanan bangunan pada hunian tetap “Buddha Tzu Chi” di Kelurahan Tondo. Indentifikasi faktor kerentanan bangunan terhadap gempabumi dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Visual Screening (RVS) bedasarkan FEMA 154-2002. Hasil skoring menggunakan RVS-FEMA-154-2002, bangunan hunian tetap tondo “Buddha Tzu Chi” memiliki skor yang menunjukan bahwa bangunan tersebut memiliki tingkat kerentanan bangunan sedang dalam menghadapi gempabumi. Namun tetap harus dilakukan mitigasi dalam hal ini pengurangan risiko dalam menghadapi gempabumi, mengingat wilyah Kota Palu termasuk lokasi bangunan hunian tetap tondo “Buddha Tzu Chi” memiliki tingkat sesimitas sangat tinggi
WASTE MANAGEMENT IN THE KAWATUNA LANDFILL SITE OF PALU CITY Astha, Yamin; ., Altim; Alam, Saiful; Malik, Sutrati Melissa
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2018
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The waste is all kind of things or material/human excreta, animal, vegetation or anything from the result of human activity to fulfill their daily need. This waste may trigger and or cause contamination to the water, land, and air and cause damage to the human environmental. The ultimate waste disposal of the city in The Landfill Site is against some obstacles, physically and nonphysical, such as social, economy, maintenance problems, etc. According the field experience in some area especially in the City of Palu, city waste management in TPA Kawatuna or Kawatuna Landfill Site consistently practice open dumping system with specific awareness on the environmental protection. The problem occur in Kawatuna Landfill Site is none of waste selection criteria. This condition caused a habitant of the scavengers to earn the life for their expanse, but this settlement has negative impact to their healthiness. The contours of landfill site are valley and hilly. This caused a waste collections activity from the waste employee throw away randomly to the valley of landfill site area and caused wider landfill area. In addition, another wider valley becomes the garbage collection area and causes destruction to the land structure. As a result, the qualitative descriptive method of this research concludes applicable waste management system for the Kawatuna Landfill Site and factors that influences the waste management system. Effort and good cooperation are necessary for a good waste management practice in Kawatuna Landfill Site. This practice starts from each of us where the waste is a requirement that should minimize together. Application of 4R (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) is the first step in maximizing the waste management system of Kawatuna Landfill Site. All of this effort certainly requires a support from human resources, facility and infrastructure, social participation and government regulation. Keywords: Waste, Waste Management, Kawatuna Landfill Abstrak: Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan hidup manusia. Penampungan akhir sampah kota dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengalami berbagai macam kendala baik fisik maupun non fisik, seperti masalah sosial, ekonomi, pemeliharaan dan lain–lain. Dari berbagai kenyataan yang ada di lapangan, di berbagai daerah, khususnya di Kota Palu, pengelolaan sampah perkotaan di TPA Kawatuna masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping), dimana sistem ini kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan. Masalah yang timbul di TPA Kawatuna yakni : belum ada pengelolaan untuk pemilahan jenis sampah, kondisi ini mengakibatkan munculnya permukiman para pemulung yang mencari nafkah dengan memilah sampah yang dapat memberikan pendapatan bagi mereka, namun keberadaan permukiman mereka dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan mereka. Dan kondisi TPA yang berkontur yaitu lembah dan perbukitan menjadikan sampah yang telah dikumpulkan oleh petugas dibuang sembarangan pada lembah di daerah TPA yang mengakibatkan bertambah luasnya daratan sampah, hal lain lembah yang cukup besar dijadikan sebagai penampung sampah yang dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah. Olehnya penyelesaian penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif didapatkan sistem pengelolaan sampah yang sesuai diterapkan di TPA Kawatuna dan faktor – faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah. Diperlukan usaha dan kerjasama yang baik agar pengolahan sampah di TPA Kawatuna dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dimulai dari diri kita masing – masing bahwa sampah merupakan suatu kebutuhan yang harus kita minimalisasikan bersama – sama. Penerapan 4R yakni (Reduce, Replace, Reuse and Recycle) merupakan langkah awal agar sistem pengelolaan sampah di TPA Kawatuna berjalan maksimal. Tentunya semua itu perlu didukung dengan sumber daya manusia, sarana prasarana, partisipasi masyarakat dan peraturan pemerintah. Kata Kunci: Sampah, Pengelolaan Sampah, TPA Kawatuna
Integration of Islamic Values and Local Culture in the Architectural Ornaments of Old Mosques in Palu and Donggala : Integrasi Nilai Islam dan Budaya Lokal pada Ornamen Arsitektur Masjid Tua di Palu dan Donggala Munarsi; Malik, Sutrati Melissa; Luthfiah; Irfandi; Syahrullah, Moh Rachmat
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 10: Oktober 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i10.8913

Abstract

Mosques serve as centers of worship, social interaction, education, and culture for Muslims in Indonesia. Although much research has been conducted on old mosques, studies in Palu, Sigi, and Donggala remain scarce. This study aims to explore the symbolic meaning of the ornaments of old mosques in Palu and Donggala in order to enrich the identity of Islamic architecture in the archipelago and support the preservation of cultural heritage. Using a descriptive-qualitative approach through case studies and comparisons, the analysis was conducted on five mosques: the Baiturrahim Lolu Grand Mosque, the Donggala Grand Mosque, the Auliya Towale Mosque, the Jami Kampung Baru Mosque, and the Al Amin Wani Mosque. The results show that: The Baiturrahim Lolu Mosque combines modern and local traditional styles through circular calligraphy, geometric patterns, and vegetative motifs; Masjid Raya Donggala features fluted columns, arched openings, flat domes, vine decorations, and medallion calligraphy; Masjid Auliya Towale features hexagonal and semicircular ventilation with minimal calligraphy/vegetation; The Kampung Baru Jami Mosque features gold calligraphy, geometric ventilation, star and leaf motifs in wood carvings resulting from the acculturation of Bugis, Javanese, and Chinese cultures; The Al Amin Wani Mosque is Malay-Chinese in style with Chinese minarets, ironwood pillars, calligraphy by KH Ali Yafie, and colorful vegetative ornaments on the ceiling. Analysis shows that calligraphy reinforces spirituality, geometry symbolizes cosmic order, and vegetative motifs represent closeness to nature. These findings confirm that the ornamentation of the old Pasigala mosque combines Islamic values and local traditions, highlighting the importance of preserving religious architecture as a cultural identity.