Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kebangkitan Kesultanan Ternate pada Era Reformasi 1998-2002 Rustam Hasim; Oktosiyanti MT Abdullah; Siti Rahia H. Umar
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 7 No 2 (2019): HISTORY AND CULTURE
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v7i2.11484

Abstract

 The elite revival of the Ternate Sultanate after the New Order illustrated how the palace group played a new role in staying in its position as a clan of power in the local sphere. In this case, the emergence of the elite of the Ternate Sultanate can be understood and interpreted in three respects. First, the rise of feudalistic power in the region to strengthen political position stemmed from cultural construction based on history and genealogical similarities. Second, the individual revival of the Sultan of Ternate MudafarSyah in the name of the Sultanate institution as his political vehicle. Third, there is the elite desire of the Ternate Sultanate to be more institutionally accommodated into the formal government political stage. This reality shows the political participation of the Ternate Sultanate in the post-independence domain of local politics until now, is an important field of historical research. As a historical phenomenon, the process of dynamics of local politics like this is interesting to study, because the Sultan of Ternate has long been a part of the history of politics in North Maluku. Also, there is an implicit message about how partial Indonesian political studies are if they only focus on the dynamics of national politics. In the case, there are several national political issues which can initially be pursued from the region and vice versa Kebangkitan elite Kesultanan Ternate pasca-Orde Baru mengambarkan bagaimana kelompok istana memainkan peran baru agar tetap berada pada posisinya sebagai pengenggam kekuasaan di ranah lokal. Dalam hal ini, apat dipahami bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan kemunculan elit Kesultanan Ternate Pertama, bangkitnya kekuasaan feodalistik di daerah untuk memperkuat posisi politik bersumber dari konstruksi budaya yang berbasiskan pada sejarah masa lalu maupun kesamaan genealogis. Kedua, kebangkitan secara individual Sultan Ternate Mudafar Syah dengan mengatasnamakan institusi kesultanan sebagai kendaraan politiknya. Ketiga, adanya keinginan elite Kesultanan Ternate untuk lebih diakomodasikan secara institusional ke dalam panggung politik pemerintahan formal. Realitas  tersebut menunjukkan  partisipasi politik  Kesultanan Ternate dalam ranah politik lokal pasca-kemerdekaan hingga kini, merupakan sebuah bidang penelitian sejarah yang penting. Sebagai sebuah fenomena historis, proses dinamika politik lokal seperti ini menarik untuk diteliti, karena telah sejak lama para Sultan Ternate menjadi bagian dalam sejarah perpolitikan di Maluku Utara. Selain itu,  ada sebuah pesan implisit tentang betapa parsialnya kajian politik Indonesia bila hanya memfokuskan pada dinamika politik nasional saja. Pada hal ada beberapa persoalan politik nasional yang awalnya dapat diruntut  dari daerah dan begitu pula sebaliknya.
MODEL KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA DI KELURAHAN SOASIO KOTA TIDORE KEPULAUAN Oktosiyanti MT. Abdullah
EDUKASI Vol 15, No 2 (2017): Edisi Juni 2017
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.398 KB) | DOI: 10.33387/j.edu.v15i2.525

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model komunikasi orang tua dalam mengatasi kenakalan anak remaja di Kelurahan Soasio, faktor – faktor yang menghambat  komunikasi  orang  tua,  penelitian  ini   menggunakan  tipe  penelitian kualitatif deskriptif. Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini adalah ’’purposive sampling”  dengan  teknik  kumpulan  data  melalui observasi  dan  dokumentasi,  Data dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa, model komunikasi orang tua dalam mengatasi kenakalan remaja di Kelurahan Soasio adalah bersifat otoriter, membatasi nilai kebebasan berpendapat, hubungan yang bersifat kurang terbuka, dan kurang saling menghargai perbedaan sikap dalam lingkungan keluarga, serta pendapat anak  di  nilai  secara  negatif,  kurang  di  beri  kesempatan  untuk  mengembangkan kreatifitas dirinya dan di beri batasan-batasan dalam bersikap maupun bertindak, faktor pisikologi anak / kepribadian yang menghambat komunikasi orang tua di Kelurahan Soasio,  sangat  di  pengaruhi  oleh  faktor  keteladanan  orang  tua  maupun  anggota keluarga   lainnya   yang   di  praktekan  dalam   kehidupan  keluarga,   faktor   metode pembiasaan yang dilakukan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, faktor pengalaman dan latar belakang pendidikan  orang tua dan faktor sosial ekonomi keluarga.Kata kunci: Model Komunikasi Orang Tua Dan Kenakalan Anak Remaja
PERANAN LEMBAGA ADAT DALAM PROSES ENKULTURASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL TIDORE DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER REMAJA DI KELURAHAN SOASIO, KOTA TIDORE KEPULAUAN Oktosiyanti MT. Abdullah
EDUKASI Vol 13, No 2 (2015): Edisi Juni 2015
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.964 KB) | DOI: 10.33387/j.edu.v13i2.46

Abstract

The method of this researh is qualitative decriptif in exploratively design. the aim of this research is to describe the pnomena in naturally  to find out the meaning and to analyze the data comprehencively, deeply naturally. The object of this research is the adat organizaton in Soasio village Kota Tidore Kepulauan and the village’ sociaty about 12-21 years. The variable is the custom organization role in character naming in five local culture. they are Mae se Kolofino (shy and afrai feeling, to the God), Ngaku se Rasai (holding belive), Budi se bahasa/oli se nyemo-nyemo (politely in talking), Suba se Tabea (politely behaviour), Cing se cingeri (merakyat dan rendah hati) and the youngers character from the sixth main character are religius, honesty, dicipline, tolerance and socially.The result of the reseach showed that the local wisdom value as the same as the main value of nation still use and anderstand well by the Soasio society. But, the value is  just used and understood by the old generation and the youngers do not use and understand. In addition, it is coused the process of encilturation the Tidore local wisdom value to the Soasio youngers still lack. Key words: Enkulturasi, local wisdom value, custom organization, youngrs, character of education
MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF NURCHOLISH MADJID (SUATU TINJAUAN DALAM ETIKA DEMOKRASI) Syahrir Ibnu; Oktosiyanti MT Abdullah; Abd. Firman Bunta
Humano: Jurnal Penelitian Vol 10, No 1 (2019): Periode Juni
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.358 KB) | DOI: 10.33387/humano.v10i1.1378

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Civilitymasyarakat madani perspektif Nurcholish Madjid dalam memacu kultur demokrasi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu; jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, menghimpun, mengola data berupa buku-buku karangan Nurcholish Madjid sebagai sumber data primer dan literatur lain sebagai sumber data sekunder. Analisis data yang gunakan ialah analisis data kualitatif dengan bertolak pada hermeneutik. Hasil penelitian menunjukan, civility sebagai paranata kehidupan demokrasi. Ia memberi formasi subjek warga negara untuk bertindak secara penuh (full citizens). Semangat civility mencerminkan sikap warga negara untuk menerima berbagai pandangan politik dan tingkah laku sosial. Internalisasi semangat civility akanmewujudkan keterbukan dan pengakuan akan hak-hak asasi dan hak-hak partikuler dalam arena demokrasi. Langkah utama memacu kultur demokrasi perlu dilakukan adanya profesionalisasi politik oleh para pelaku politik, dan adanya rekognisi sosial, melalui peralihan paradigma distributif kepada paradigma pengakuan. 
UPAYA GURU PPKN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII -11 DI SMP NEGERI 2 KOTA TERNATE Oktosiyanti MT. Abdullah; Natalia Umawaitina
Jurnal Geocivic Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.309 KB) | DOI: 10.33387/geocivic.v2i1.1255

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor apa yang menghambat guru PPKn dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode  kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang meneliti terkait dengan upaya guru PPKn dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi Pancasila pada peserta didik kelas VII-11 SMP Negeri 2 Kota Ternate.. Subyek penelitian adalah guru dan peserta didik. Sumber data yang diguankan dalam penelitian ini adalah  data primer dan data sekunder. Tekhnik pengumpulan data adalah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitia menujukan bahwa upaya guru PPKn dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi Pancasila pada peserta didik kelas VII-11 SMP Negeri 2 Kota Ternate telah terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan sikap respon peserta didik terhadap praktek nilai- nilai demokrasi Pancasila. Faktor-faktor penghambat guru PPKn dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi Pancasila pada peserta didik kelas VII-11 SMP negeri 2 Kota Ternate bisa diatasi dan pengimplementasian terlaksana dengan baik.
Implementation of Problem-Based Learning to Enhance Critical Thinking Skills in Junior High School Students Abdullah, Oktosiyanti MT.; Syaharuddin, Syaharuddin; Husain, Husriani; Yasriuddin, Yasriuddin; Mendrofa, Netti Kariani
International Journal of Educational Research Excellence (IJERE) Vol. 4 No. 1 (2025): January-June
Publisher : PT Inovasi Pratama Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55299/ijere.v4i1.1344

Abstract

This article investigates the implementation of Problem-Based Learning (PBL) as a pedagogical strategy to cultivate critical thinking skills among junior high school students. Utilizing a qualitative research design, the study synthesizes insights from recent research and theoretical frameworks published within the last five years, employing classroom observations, interviews, document analysis, and focus groups to gather comprehensive data. The analysis highlights PBL's effectiveness in fostering critical thinking through student-centered, inquiry-based learning processes, emphasizing improvements in analytical reasoning, problem-solving abilities, and collaborative communication. Key findings reveal that while PBL significantly enhances these skills, successful implementation is contingent upon addressing challenges related to teacher preparedness, time constraints, uneven student participation, and resource limitations. Strategies such as targeted professional development for teachers, structured scaffolding for students, and leveraging technology are discussed as potential solutions. The article concludes with recommendations for educators and policymakers, advocating for systemic changes to support widespread adoption of PBL and promote a shift towards more engaging, student-centered learning environments. This research contributes to the ongoing dialogue on innovative teaching practices that equip students with the essential skills needed for success in the 21st century.