Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Konflik Etnis Dalam Sosio-Kriminologi Ibnu, Syahrir
MAKALAH UNKHAIR Vol 1
Publisher : MAKALAH UNKHAIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.449 KB)

Abstract

Kejahatan atau tindakan criminal merupakan sebuah bentuk patologi social yang membutuhkan analisis dan penanganan yang komprehensif.Tingkat perkembangan teknologi semakin memperkompleks sebuah tindak kejahatan.Kejahatan tidak hanya menyentuh lapisan masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah tetapi juga menyentuh lapisan teratas masyarakat.Istilah “white Collar crime” atau kejahatan kerah putih bukan lagi hal yang baru dalam analisis dunia kejahatan.            Sementara itu, konflik antar etnis merupakan sebuah fenomena yang muncul semenjak awal keruntuhan rezim Soeharto.Kerusuhan etnik yang meledak pada awal reformasi disebabkan, salah satunya, oleh adanya kesenjangan ekonomi yang merupakan warisan dari pemerintahan Soeharto.Pada awalnya gerakannya diawali oleh sebuah protes kultural dan politik atas kesenjangan yang terjadi.Patut untuk diketahui bahwa salah satu bentuk kebijakan pemerintahan orde baru adalah menciptakan struktur social yang timpang.Pengistimewaan etnis tertentu turut memancing adanya kecemburuan social.Penduduk asli merasa bahwa ekslusifitas yang diterima oleh kelompok tertentu telah menciptakan formasi sosiologis yang timpang, menciptakan kesenjangan secara ekonomi dan politik yang signifikan.
Konflik, Eksploitasi dan Subordinasi Dalam Kehidupan Keluarga Dan Masyarakat (Studi Kasus Kota Makassar) The Equality Into Family and Community Life Perspective (Case Study : Makassar City) Ibnu, Syahrir
MAKALAH UNKHAIR Vol 1
Publisher : MAKALAH UNKHAIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.449 KB)

Abstract

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah yang berbunyi “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. Riwayat kemunculan perempuan pertama kali ketika Nabi Adam AS memohon kepada Sang Khalik agar diberikan pasangan, pendamping dan teman hidup dalam menjalani kehidupannya di Syurga dan di permukaan bumi ini.Al Qur’an Surah An Nisa berbunyi “ kaum perempuan adalah pakaian bagi kaum laki-laki…”. Redaksional kalimat tersebut menyiratkan makna bahwa kehadiran perempuan benar-benar menyempurnakan dan melengkapi kehidupan laki-laki. Perkataan lain, tanpa kehadiran perempuan yang memerankan peran dan fungsi demikian, maka kaum laki-laki dinilai tidak sempurna, bahkan sulit dibayangkan apa jadinya kehidupan di muka bumi ini tanpa kehadiran kaum perempuan.   Riwayat kehidupan umat manusia seperti yang digambarkan di atas, secara biologis mempersepsikan dan mengaktualisasikan dua jenis gender yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Kedua jenis gender ini memiliki perbedaan secara kodrati, biologis, status, tugas, fungsi, dan peran. Laki-laki dipersepsikan sebagai kaum yang perkasa, superior, kuat, tampan/ gagah, maskulin, berani, pelindung keluarga, kepala rumah tangga, bekerja mencari nafkah, serta dipandang lebih kuat dari kaum perempuan. Sedangkan perempuan dipersepsikan sebagai kaum yang feminim, lemah lembut, cantik, menawan, keibuan, ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga, menyusui dan membesarkan anak-anaknya, dan hanya berhak berada di rumah, serta senantiasa dipandang sebagai kaum yang lemah.Ralp Dahrendorf (1996), perspektif struktural fungsional menganalogikan masyarakat seperti mahluk hidup atau yang dikenal dengan istilah "organisme". Masyarakat terdiri dari berbagai unsur yang saling berhubungan dan menjalankan fungsinya masing‑masing. Untuk itu, ada empat asumsi dasar, yaitu: 1) setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil, 2) mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik, 3) setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem, dan 4) setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada konsensus mengenai nilai dikalangan para anggotanya.
Konflik Pemilukada dan Perubahan Sosial (Studi Kasus Kabupaten Gowa) Ibnu, Syahrir
MAKALAH UNKHAIR Vol 1
Publisher : MAKALAH UNKHAIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.449 KB)

Abstract

Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia pada hakikatnya menunjukkan dinamika perubahan sosial yang intens dalam dekade terakhir, yang turut mempengaruhi kecenderungan-kecenderungan dimensi kehidupan lairutya khususnya kultur, politik dan hukum. Kesadaran masyarakat untuk mewujudkan tata kelola kehidupan yang lebih baik (good social governance) mendorong tumbuh dan berkembangnya aspirasi-aspirasi politik dalam berdemokrasi. Pengalaman selama 32 tahun di bawah rczim anti demokrasi dengan performance kepemimpinan orde baru yang otoriter dan berlindung dibalik jargon stabiliias dan keamanan, sudah cukup menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia dalam menerapkan amanat Pasal 28 UUD 1945, yakni kebebasan berpendapat dan berserikat-berkumpul. Lengsemya Soeharto dipenghujung Tahun 1998; membuka peluang bagi terbukanya alamdemokrasi dan reformasi di Indonesia yang dibuka kran-nya oleh BJ Habibi. Salah satu perwujudan dari amanat Pasal 28 UUD 1945 d,alam era reformasi tersebut adalah penyelenggaraan pemilihan kepala daerah atau disebut Pemilukada (sebelumnya disebut Pilkada) di seluruh Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.2 Tahun2007 tentang Pemilu. Kondisi sosiologis masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilukada menunjukkan antusiasisme yang tinggi dalarn menyalurkan aspirasi-aspirasi politiknya dus memilih calon pemimpin di daerahnya. Harapan-harapan dan tuntutan-tuntutan baru pun tak terhindarkan dan semakin tumbuh pesat, semangat kebersamaan, solidaritas kelompok, unjuk sikap, serta parlisipasi-partisipasi dalam berbagai kegiatan pun semakin marak.
Bahtera pemilukada Konflik tak berujung Ibnu, Syahrir
MAKALAH UNKHAIR Vol 1
Publisher : MAKALAH UNKHAIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.449 KB)

Abstract

Satu dekade terakhir, wajah Indonesia berubah menjadi arena konflik multidimensional. Dari beragam konflik yang timbul, salah satunya yang paling menonjol adalah konflik sosial politik. Berbagai kalangan pun menyayangkan merebak-nya konflik sosial politik itu terjadi pada saat kran demokrasi terbuka lebar. Celakanya lagi, konflik itu terjadi pada hajatan pesta demokrasi memilih pemimpin dimana hak-hak menen-tukan pilihan dan mengemukakan pendapat secara bebas dijamin.Berlakunya Undang-Undang No.12 Tahun 2003 yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang No.10 Tahun 2008 tentang Pemilu, dinamika masyarakat Indonesia pun dalam partisipasi politik kian memperlihatkan intensitasnya yang dinamis. Model Pemilukada secara langsung semakin banyak memotivasi berbagai elemen dan lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam pesta demokrasi itu. Sejumlah komponen masyarakat semakin antusias berpartisipasi dan berperan serta menyalurkan aspirasi-aspirasi politik dan kepentingannya.
ISLAMOPHOBIA (Analisis Sosiologi Trust Terhadap Islam di Barat) Syahrir Ibnu
Jurnal Ilmu Sosiologi Dialektika Kontemporer Volume 1, Nomor 1, Tahun 2013
Publisher : dialektika kontemporer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islamophobia is a symptom of a doctrine that has existed in the Western societies. The justification for Islamophobia escalates following the great tragedy of the WTC bombing in New York on September 11 2001. Islamophobia is not a rootless issue but a scheme of trying to break the trust of the west against Islam. Islamophobia is an issue raised in the campaign for elections in the European countries and the United States to win votes. Islamic people should make efforts to fight against this issue by using the media to show the true peaceful Islamic life and should not make violence as the only choice to resolve clash of civilizations.Keywords: Islamohobia, Clash of Civilizations
CAP TIKUS PADA REMAJA DI KELURAHAN BASTIONG KARANCE KECAMATAN TERNATE SELATAN MUSLIM HAMJA; SYAHRIR IBNU; HUDAN IRSYADI
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v7i2.4089

Abstract

Minuman cap tikus merupakan salah satu minuman lokal yang diproduksi, persebaran minuman cap tikus dikalangan para remaja bukan hal yang baru kita dengar, namun sudah menjadi umum di telinga masyarakat bahwa minuman cap tikus sering dikonsumsi oleh siapa saja dan khusus bagi remaja di setiap wilayah, kabupaten maupun kelurahan. Persebaran minuman keras dengan berbagai jenisnya berbeda yang di konsumsi dikalangan remaja. Minuman cap tikus juga dikonsumsi oleh remaja juga Bastiong Karance, di Kota Ternate. Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan masalah yang cukup berkembang dikalangan remaja pada umumnya yang meningkat dari tahun-ketahun khususnya di kelurahan Bastiong Karance. Mengkonsumsi minuman Cap Tikus dikalangan remaja biasanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan teman sebayanya, sehingga hal tersebut (mengonsumsi minuman cap tikus) dapat membentuk perilaku yang kurang baik dan ketersediaan minuman tersebut di masyarakat yang begitu muda didapat merupakan salah satu faktor penyebab penyalagunaan konsumsi alkohol dikalangan remaja. Jenis penelitian yang gunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metode obeservasi serta wawancara. Infroman yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 15 orang. Dari 15 orang informan terdiri dari 1 pemerintah kelurahan, 1 pemerintah kecamatan, 3 orang dari masyarakat, dan remaja 7 orang, pemuda 1. Hasil penelitian ini menunjukan, Minuman Cap Tikus ikut dikonsumsi remaja, menunjuhkan dampak yang sangat tidak baik, diantaranya : Mulut Terasa Kering, Jantung Berdegup Lebih Kencang, Menimbulkan Rasa Mual, Kesulitan Bernafas, Sering buang air kecil. Hal ini menunjukan tingkat dari minuman cap tikus yang dikonsumsi oleh para remaja. Persoalan tersebut juga meresakan masyarakat karena sering menimbulkan damapk yang buruk di antara remaja yang sedang mabuk. Kata Kunci : remaja, minuman cap tikus, Bastiong Karance.
MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF NURCHOLISH MADJID (SUATU TINJAUAN DALAM ETIKA DEMOKRASI) Syahrir Ibnu; Oktosiyanti MT Abdullah; Abd. Firman Bunta
Humano: Jurnal Penelitian Vol 10, No 1 (2019): Periode Juni
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.358 KB) | DOI: 10.33387/humano.v10i1.1378

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Civilitymasyarakat madani perspektif Nurcholish Madjid dalam memacu kultur demokrasi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu; jenis penelitian kepustakaan (library research), dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, menghimpun, mengola data berupa buku-buku karangan Nurcholish Madjid sebagai sumber data primer dan literatur lain sebagai sumber data sekunder. Analisis data yang gunakan ialah analisis data kualitatif dengan bertolak pada hermeneutik. Hasil penelitian menunjukan, civility sebagai paranata kehidupan demokrasi. Ia memberi formasi subjek warga negara untuk bertindak secara penuh (full citizens). Semangat civility mencerminkan sikap warga negara untuk menerima berbagai pandangan politik dan tingkah laku sosial. Internalisasi semangat civility akanmewujudkan keterbukan dan pengakuan akan hak-hak asasi dan hak-hak partikuler dalam arena demokrasi. Langkah utama memacu kultur demokrasi perlu dilakukan adanya profesionalisasi politik oleh para pelaku politik, dan adanya rekognisi sosial, melalui peralihan paradigma distributif kepada paradigma pengakuan. 
Learning Model Halfway House in Shaping Social Behavior I Nyoman Wijana; Suryadi Suryadi; Syahrir Ibnu
ijd-demos Volume 4 Issue 1 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i1.211

Abstract

AbstractThis study aims to determine how the Harley Davidson Club Indonesia Rabbani Halfway House’s learning model is to know how social behavior is and how the Harley Davidson Club Indonesia Rabbani Halfway House learning model shapes children’s social behavior. This research uses a qualitative approach with a type of case study. Collecting data using observation, interview and documentation techniques. The subjects of this research include supervisors, teachers, volunteers, and students involved in the learning process. The learning model here is how the Rumah Singgah learning system shapes children’s social behavior. Social behavior itself can be said to how a person responds to others. Or perform a conscious behavior. Shaping this behavior is the main task of parents because there are children who have limitations such as incomplete families and economic factors, so the Halfway House was established. Based on the results of data analysis, there are several essential things in the learning model of the Harley Davidson Club Indonesia Insan Rabbani Halfway House in shaping children’s social behavior, namely: 1) instilling Islamic values, 2) involving students, 3) self-development through extracurricular activities, 4) providing guidance and directions for parents, 5) foster parents and a supportive environment is needed for the development of children to have good social behavior.Keywords: Learning Model, Halfway House, Social Behavior. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Rumah Singgah Harley Davidson Club Indonesia Rabbani untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial dan bagaimana model pembelajaran Rumah Singgah Harley Davidson Club Indonesia Rabbani membentuk perilaku sosial anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian ini meliputi pengawas, guru, relawan, dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran disini adalah bagaimana sistem pembelajaran Rumah Singgah membentuk perilaku sosial anak. Perilaku sosial itu sendiri dapat dikatakan bagaimana seseorang menanggapi orang lain. Atau melakukan perilaku sadar. Membentuk perilaku ini menjadi tugas utama orang tua karena ada anak yang memiliki keterbatasan seperti keluarga yang tidak lengkap dan faktor ekonomi, maka didirikanlah Rumah Singgah. Berdasarkan hasil analisis data, ada beberapa hal yang esensial dalam model pembelajaran Harley Davidson Club Indonesia Insan Rabbani Halfway House dalam membentuk perilaku sosial anak, yaitu: 1) menanamkan nilai-nilai Islam, 2) melibatkan siswa, 3) kemandirian. pengembangan melalui kegiatan ekstrakurikuler, 4) memberikan bimbingan dan arahan kepada orang tua, 5) orang tua asuh dan lingkungan yang mendukung diperlukan bagi perkembangan anak agar memiliki perilaku sosial yang baik.Kata kunci: Model Pembelajaran, Rumah Singgah, Perilaku Sosial
Behavior of Violence in Education: Study of Education Sociology Ansori Ansori; Antonia Junianty Laratmase; Syahrir Ibnu
ijd-demos Volume 4 Issue 1 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i1.212

Abstract

AbstractMoral education is essential in the world of education. Moral education does not teach about academics but non-academics, especially about attitudes and how to do good daily behavior. Moral education has been defeated by other education. Time at school is used up to pursue academic values. Students are forced to study so that their grades on exams will improve and they can live up to the name where they attend school. The teacher forgets that a lesson is more important than all of that, namely moral education. This relationship pattern is rooted in the non-objectivity of the education system in Indonesia, namely regarding the principles, objectives, social organization, curriculum, teaching methods, evaluation, students, educators, facilities, and financing. Value education is a learning effort for students to understand and recognize, instill and preserve, absorb and realize noble values in human life related to truth, goodness, and beauty in habituation to act consistently with value demands. In society, many roles of parents are left in educating their children to other people or household assistants. Of course, these children have a character or character that will be much different from the nature of their parents. The child will tend to follow what he sees, which is fun, without being aware of the good, bad, right, wrong, reasonable, unreasonable, inappropriate, may not all of these be rammed. His family and life should not be ignored and neglected. Even though the current trend is due to the increasing material needs, many mothers and fathers work and surrender their children’s life problems to household assistants or “paid people” so that almost all educational matters are entirely relied on by schools and, unfortunately, in schools, intellectual issues, moral values are practically untouched.Keywords: Behavior of Violence, Education Sociology, Students AbstrakPendidikan akhlak merupakan hal yang esensial dalam dunia pendidikan. Pendidikan moral tidak mengajarkan tentang akademik tetapi nonakademik, terutama tentang sikap dan bagaimana berperilaku sehari-hari yang baik. Pendidikan moral telah dikalahkan oleh pendidikan lain. Waktu di sekolah habis untuk mengejar nilai-nilai akademik. Siswa dipaksa untuk belajar agar nilai ujian mereka meningkat dan mereka dapat mengharumkan nama sekolah tempat mereka bersekolah. Guru lupa bahwa suatu pelajaran lebih penting dari itu semua, yaitu pendidikan akhlak. Pola hubungan ini berakar pada non-objektivitas sistem pendidikan di Indonesia, yaitu mengenai asas, tujuan, organisasi sosial, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, peserta didik, pendidik, fasilitas, dan pembiayaan. Pendidikan nilai merupakan upaya pembelajaran bagi peserta didik untuk memahami dan mengenal, menanamkan dan melestarikan, menyerap dan mewujudkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam pembiasaan bertindak sesuai dengan tuntutan nilai. Dalam masyarakat, banyak peran orang tua yang ditinggalkan dalam mendidik anaknya kepada orang lain atau asisten rumah tangga. Tentunya anak-anak tersebut memiliki watak atau watak yang akan jauh berbeda dengan sifat orang tuanya. Anak akan cenderung mengikuti apa yang dilihatnya, yang menyenangkan, tanpa menyadari baik, buruk, benar, salah, wajar, tidak masuk akal, tidak pantas, tidak boleh semua itu ditabrak. Keluarga dan hidupnya tidak boleh diabaikan dan diabaikan. Meski tren saat ini karena kebutuhan materi yang semakin meningkat, banyak ibu dan ayah yang bekerja dan menyerahkan masalah kehidupan anak-anak mereka kepada asisten rumah tangga atau “orang bayaran” sehingga hampir semua urusan pendidikan sepenuhnya diandalkan oleh sekolah dan, sayangnya, di sekolah, masalah intelektual, nilai moral praktis tidak tersentuh.Kata kunci: Perilaku Kekerasan, Sosiologi Pendidikan, Siswa
PENGEMBANGAN POTENSI PEMUDA MELALUI PEMBENTUKAN SANGGAR SENI BUDAYA DI DESA PIGARAJA ZUILKIFLI .; SYAHRIR IBNU
ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan Vol 9, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/etnohistori.v9i1.4938

Abstract

Artikel ini merupakan luaran kegiatan pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat melalui program kemitraan bersama Pemuda Desa Pigaraja. Program diwujudkan dalam bentuk kegiatan pembentukan Sanggar Seni Budaya di Desa Pigaraja. Metode pelaksanaan kegiatan melalui Forum Group Discussion (FGD) untuk mencapai musyawarah mufakat dalam memilih pengurus sanggar seni. Kesepakatan yang dicapai yakni terbentuknya pengurus sanggar seni budaya Desa Pigaraja yang diberi nama Loleo Nyinga. Makna dari penamaan tersebut selain berkaitan dengan histori penamaan desa Pigaraja, juga dimaknai bahwa hati yang penuh rasa karsa sebagai hal penting dalam melaksanakan aktivitas seni. Pada Forum Group Discussion (FGD) juga membahas pedoman operasional pengurus sanggar dalam pelaksanakan kegiatan-kegiatan sanggar. Pedoman operasional sanggar yang dimaksud adalah Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) sanggar sebagai penafsiran dan pembahasan lebih lanjut mengenai isi dari  Peraturan Dasar (PD) sanggar. Pengurus-pengurus sanggar di isi oleh kalangan pemuda untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi diri mereka terkait pelestarian kebudayaan. Terbentuknya Sanggar seni budaya Loleo Nyinga di Desa Pigaraja adalah langkah awal dan akan ditindaklanjuti dengan program-program berkelanjutan yang dianggap perlu sebagai upaya pemajuan kebudayaan. Kata Kunci: Sanggar, Seni Budaya, Pemuda, Desa Pigaraja