Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Cattle Disease Studies Via Geographical Information System in Bowi Subur Village, Masni District, Manokwari Regency, West Papua Province Ni Putu Vidia Tiara Timur; Bangkit Luthfiaji Syaefullah; Susan Carolina Labatar; Ebit Eko Bachtiar
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 33 No. 1 (2023): April 2023
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jiip.2023.033.01.013

Abstract

Geographical Information System (GIS) and remote sensing provide real-time data to stakeholders. GIS is new and modern tool that are essential for mapping, monitoring, and surveillance of animal diseases. This study aims to provide a digital map of cattle population and disease distribution. Using satellite imaging as mapping apparatus, this study map the distribution of cattle diseases. Animal health is key to livestock production and productivity. This study can be used as prevention and treatment measures efficiently and effectively. Based on the results of the study, the cattle population in Bowi Subur Village was 455 heads. About 78% of respondents graze their cattle extensively in a forage land while the other 22% keep their cattle intensively in the barn, 31 respondents (31%) stated that their cattle had health problems. The study showed that cattle diseases, such as helminth infestation, external parasite infestation, dystocia, and abortus, are varied. Both primary and secondary data showed that helminth infestation was the most common case. Bowi Subur Village has great potential for animal husbandry development especially ruminants in Manokwari Regency.
Strategi Komunikasi Persuasif Penyuluh Pertanian dalam Pemanfaatan Media Internet untuk Diseminasi Informasi pada Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Ponorogo Ebit Eko Bachtiar; Andi Alimuddin Unde; Tuti Bahfiarti
JURNAL TRITON Vol 16 No 1 (2025): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v16i1.906

Abstract

Perkembangan teknologi informasi berbasis digital yang pesat berdampak pada banyaknya media informasi yang dapat digunakan oleh penyuluh pertanian. Media internet berperan penting dalam kebutuhan informasi sehari-hari semua kalangan termasuk penyuluh pertanian dan petani. Penyuluh pertanian mempunyai peran penting dalam proses penyampaian informasi secara persuasif serta dituntut mampu dalam penggunaan media internet dalam menunjang tugas pokok dan fungsi sebagai penyuluh pertanian serta sebagai upaya percepatan diseminasi informasi kepada petani. Penelitian ini mengkaji strategi komunikasi persuasif yang digunakan oleh penyuluh pertanian dalam memanfaatkan media internet untuk mempercepat diseminasi informasi kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Dengan meningkatnya aksesibilitas penggunaan internet, strategi komunikasi secara persuasif yang efektif menjadi penting untuk memastikan informasi pertanian yang relevan dapat tersampaikan dengan cepat dan tepat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data dengan cara wawancara mendalam dan observasi partisipatif. Informan penelitian adalah penyuluh pertanian dan anggota KWT di wilayah Kecamatan Babadan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis penggunaan strategi komunikasi persuasif yaitu, strategi psikodinamika, sosiokultural, dan strategi memanipulasi Kesimpulan (strategy the meaning construction) yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di Kecamatan Babadan mampu meningkatkan penggunaan media internet berbasis pertanian dan meningkatkan partisipasi serta pemahaman kelompok wanita tani terhadap informasi terbaru mengenai pertanian. Strategi komunikasi persuasif yang melibatkan pendekatan personal, pemanfaatan konten visual, dan interaksi dua arah melalui platform digital sangat efektif dalam membangun kepercayaan dan motivasi kelompok wanita tani untuk mengadopsi inovasi pertanian. Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyuluh pertanian dalam mengoptimalkan penggunaan media internet dalam diseminasi informasi kepada komunitas petani.
Penyuluhan Pertanian: Pendekatan, Metode dan Dampaknya Terhadap Pembangunan Pertanian Dalam Mendukung Swasembada Pangan Ebit Eko Bachtiar; Triman Tapi; Helmi Saputra; Muhammad Eko Budicahyono; Esau Konyep
Journal of Sustainable Agriculture Extension Vol 3 No 1 (2025): Journal of Sustainable Agriculture Extension
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/josae.v3i1.1364

Abstract

Latar belakang: Penyuluhan pertanian memainkan peran krusial dalam meningkatkan kapasitas petani dan mendukung swasembada pangan melalui transfer pengetahuan, pemberdayaan, dan adopsi teknologi. Namun, tantangan seperti keterbatasan tenaga penyuluh kompeten, resistensi terhadap teknologi, dan infrastruktur yang kurang memadai menghambat efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pendekatan, metode, dan dampak penyuluhan pertanian terhadap pembangunan pertanian dalam mendukung program swasembada pangan. Metode: Penelitian menggunakan metode literature review kualitatif dengan menganalisis jurnal ilmiah dari Scopus, Web of Science, dan Google Scholar (5 tahun terakhir). Kata kunci seperti "penyuluhan pertanian", "metode penyuluhan pertanian", "pembangunan pertanian", dan "swasembada pangan" digunakan untuk mengumpulkan data. Analisis konten diterapkan untuk mengidentifikasi tema terkait penyuluhan pertanian dengan pendekatan, metode, dan dampaknya dalam mendukung program swasembada pangan. Hasil: Pendekatan partisipatif meningkatkan keterlibatan petani dalam perencanaan dan evaluasi, sementara pendekatan digital mempercepat diseminasi teknologi melalui e-learning dan aplikasi berbasis AI. Kemitraan multipihak mendukung akses finansial dan inovasi. Metode seperti demonstrasi lapangan, sekolah lapang, dan kunjungan penyuluh terbukti meningkatkan produktivitas, efisiensi sumber daya, dan kesejahteraan petani. Namun, keberhasilan bergantung pada infrastruktur digital, kompetensi penyuluh, dan relevansi materi dengan kebutuhan. Kesimpulan: Kombinasi pendekatan partisipatif, digital, dan kemitraan efektif mendukung swasembada pangan. Untuk optimalisasi, diperlukan penguatan infrastruktur digital, pelatihan penyuluh, dan evaluasi berkala program. Sinergi antar-pemangku kepentingan dan diversifikasi metode penyuluhan menjadi kunci dalam mendukung program swasembada pangan. Kata kunci: penyuluhan pertanian, Pembangunan pertanian, swasembada pangan