Dora Darussalam, Dora
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Diagnostic value of clinical manifestations of Group A and Group B compared with rubella serology results in congenital rubella syndrome Sulasmi, Sulasmi; Dimiati, Herlina; Andid, Rusdi; Darussalam, Dora; Thaib, Teuku Muhammad; Anidar, Anidar
Paediatrica Indonesiana Vol. 64 No. 2 (2024): March 2024
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi64.2.2024.139-44

Abstract

Background Congenital rubella syndrome (CRS) is the triad of defects/abnormalities in the heart, eyes, and ears, resulting from rubella virus infection, especially in the first trimester of pregnancy. Manifestations of CRS are divided into Group A including: hearing loss, congenital heart disease, cataracts or glaucoma, and pigmentary; Group consisted of purpura, splenomegaly, microcephaly, mental retardation, retinopathy and icteric radiolucent bone disoreder that appears within 24 hours after birth. CRS diagnosis is based on serologic rubella test results. Comprehensive management of CRS is needed to achieve optimal child development. However, not all referral center hospitals in Indonesia have serological rubella examination modalities. Objective To evaluate the diagnostic value of group A and group B clinical manifestations compared to rubella serology results in the diagnosis of CRS. Methods This cross-sectional study used secondary data from medical records of pediatric patients with suspected CRS who meet the criteria for groups A and B aged less than 12 months who had been hospitalized at Dr. Zainoel Abidin Regional General Hospital, Banda Aceh, during the three-year study period (2019-2021) which have complete data were included in the study. The IgM serology results were used as diagnostic comparison that performed at the age of less than 12 months. Results A total of 126 patients met the inclusion criteria. Sixty-five (51.6%) subjects were male, 80 (63.5%) subjects had normal birth weight, and 89 (70.6%) subjects were aged <6 months. The diagnostic sensitivity for groups A, B, as well as A and B clinical manifestations were 100%, 75%, and 100%, respectively. This excellent sensitivity value suggests that the clinical manifestations of groups A and B would be suitable as screening tools because they could “catch” many patients with suspected CRS. Conclusion The clinical manifestations of group A and group B have excellent diagnostic value as a screening tool for CRS.
Treatment duration and dosage of valproic acid and subclinical hypothyroidism incidence in pediatric epilepsy patients Carolina, Infra Yunita; Anidar, Anidar; Andid, Rusdi; Yusuf, Sulaiman; Darussalam, Dora; Sovira, Nora
Paediatrica Indonesiana Vol. 64 No. 6 (2024): November 2024
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi64.6.2024.469-72

Abstract

Background Epilepsy is a central nervous system disorder characterized by abnormal electrical activity in the brain.1 Prolonged administration of valproic acid at therapeutic doses can disrupt thyroid function, leading to subclinical hypothyroidism. This condition is marked by elevated thyroid stimulating hormone (TSH) levels, with normal serum free T4 (FT4) levels.2 Objective To investigate for possible associations between valproic acid therapy duration and dosage with the incidence of subclinical hypothyroidism in pediatric epilepsy patients. Methods This analytical, cross-sectional study included children aged 4 months to 18 years treated at the Pediatric Clinic of RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, from September to November 2023. Subjects diagnosed with epilepsy and treated with valproic acid for at least 3 months were included in this study and underwent FT4 and TSH examinations. Results Forty-four children met the study criteria. Subclinical hypothyroidism occurred in 5 (11.4%) subjects during valproic acid therapy. Chi-square analysis revealed no significant association between therapy duration ?1 year (OR 1.286; 95%CI 0.193 to 8.568; P=1.00) or therapy dose ?20-40 mg/kg/day (OR 3.429; 95%CI 0.351 to 33.518; P=0.37) with subclinical hypothyroidism incidence. Conclusion Neither the duration nor the dosage of valproic acid therapy were significantly associated with the incidence of subclinical hypothyroidism in children with epilepsy.
Hubungan Hiperbilirubinemia dengan Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Utami, Maharani Risiska; Darnifayanti, Darnifayanti; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora; Safri, Mulya; Andid, Rusdi
Sari Pediatri Vol 26, No 5 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.5.2025.272-6

Abstract

Latar belakang. Hiperbilirubinemia sering dijumpai pada neonatus. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan infeksi bakteri salah satunya infeksi saluran kemih (ISK). Pemeriksaan urinalisis perlu dilakukan untuk mendiagnosis ISK. Komponen urinalisis yang memiliki sensitivitas tinggi untuk diagnosis ISK adalah leukosituria.Tujuan. Mengetahui hubungan hiperbilirubinemia dengan leukosituria pada neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode. Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Sampel adalah neonatus dengan hiperbilirubinemia di ruang Neonatal Intensive Care Unit/NICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Analisis penelitian dengan uji korelasi Spearman.Hasil. Dari 31 neonatus dengan hiperbilirubinemia terdiri dari laki-laki 19(61,3%) dan perempuan 12(38,7%). Leukosituria didapatkan pada 6 laki-laki dan 4 perempuan. Analisis data menunjukkan tidak terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan leukosituria pada neonatus (nilai p=0,071), koefisien korelasi -0,328.Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan infeksi saluran kemih pada neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Nilai Rasio Neutrofil Limfosit dan Red Cell Distribution Width pada Neonatus Sepsis Machya, Farish; Darussalam, Dora; Herdata, Heru Noviat; Haris, Syafruddin; Edward, Eka Destianti; Dimiati, Herlina
Sari Pediatri Vol 26, No 3 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.3.2024.146-51

Abstract

Latar belakang. Insiden sepsis pada negara berkembang sampai saat ini masih tinggi. Banyaknya faktor risiko yang memengaruhi, menjadikan sepsis sebagai penyumbang tingginya angka kematian pada bayi. Diagnosis yang seringkali terlambat ditegakkan karena pemeriksaan kultur darah sebagai Gold Standard baru bisa didapatkan hasilnya setelah beberapa hari. Deteksi dini sepsis neonatorum dapat diltegakkan salah satunya dengan pemeriksaan rasio neutrofil limfosit dan red cell distribution width.Tujuan. Menilai rasio neutrofil limfosit, red cell distribution width, dan faktor risiko pada neonatus dengan diagnosis sepsis di neonatal intensive care unit - NICU Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh dengan luaran kematian.Metode. Penelitian desain kohort retrospektif dengan data rekam medis neonatus di NICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, dari Februari hingga Oktober 2023. Sebanyak 43 neonatus dengan diagnosis sepsis yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografis, hasil laboratorium, serta luaran klinis. Analisis dilakukan menggunakan uji Chi-square dan analisis multivariat dengan SPSS versi 20.0.Hasil. Diperoleh 88,3% neonatus menunjukkan peningkatan NLR, dan 86,05% mengalami peningkatan RDW. Terdapat hubungan signifikan antara metode persalinan sectio caesaria (p<0,03) dengan peningkatan risiko mortalitas. Neonatus dengan berat badan ?2500 gram dan usia gestasi preterm lebih sering mengalami peningkatan NLR dan RDW. Kesimpulan. Peningkatan nilai rasio neutrofil limfosit lebih banyak terjadi pada neonatus sepsis dibandingkan nilai red cell distribution width.
Analisis Faktor Risiko Mortalitas Neonatus Berdasarkan Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh Rezeki, Sri; Darnifayanti, Darnifayanti; Yusuf, Sulaiman; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora; Bakhtiar, Bakhtiar
Sari Pediatri Vol 26, No 2 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.2.2024.91-6

Abstract

Latar belakang. Kelahiran bayi dengan risiko tinggi mendapat pelayanan dan perawatan di Neonatal Intensive Care Unit. Berbagai faktor risiko dapat memengaruhi kematian neonatus, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengetahui dan mengenali secara dini masalah yang dihadapi. Salah satunya dengan sistem skoring Score for Neonatal Acute Physiology with Perinatal Extension-II (SNAPPE-II) yang merupakan sistem penilaian untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas di unit perawatan intensif neonatal pada 12 jam pertama setelah lahir.Tujuan. Mengetahui faktor risiko mortalitas pada neonatus kurang bulan yang sakit kritis menggunakan skoring SNAPPE-IIMetode. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional retrospektif. Data penelitian diambil dari data rekam medis berupa bayi dengan penyakit kritis, yang dinilai menggunakan skoring SNAPPE-II dimulai sejak Oktober 2023- Desember 2023.Hasil. Terdapat 37 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis faktor risiko mortalitas neonatus pada penyakit kritis menggunakan SNAPPE III didapatkan bahwa pH serum darah, rasio PO2/FiO2 dan Berat Badan Lahir (BBL) berhubungan dengan mortalitas neonatus dengan p-value <0,005. Analisis received operating curved didapatkan titik potong skor SNAPPE-II adalah 28,5, dengan sensitivitas 70,8% dan spesifitas 84,6 %.Kesimpulan. Faktor risiko mortalitas pada neonatus di Neonatal Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan skoring SNAPPE-II adalah pH, rasio PO2/FiO2 dan berat badan lahir.
Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin Plasma sebagai Prediktor Gangguan Fungsi Ginjal pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Safrizal, Safrizal; Dimiati, Herlina; Amna, Eka Yunita; Sovira, Nora; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora
Sari Pediatri Vol 26, No 4 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.4.2024.218-23

Abstract

Latar belakang. Penyakit jantung bawaan asianotik merupakan kelainan struktur dan fungsi jantung sejak lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Morbiditas PJB asianotik signifikan, dengan prevalensi 69,3-78,5%. Pada PJB dapat terjadi gangguan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan mortalitas pada anak. Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin (NGAL) plasma merupakan penanda prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak. Tujuan. Mengetahui kadar NGAL plasma sebagai prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak dengan penyakit jantung bawaan asianotik.Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan prospektif pada anak usia 1 tahun sampai 10 tahun dengan diagnosis PJB asianotik yang melakukan rawat jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin Banda Aceh pada bulan Februari hingga Juni 2024 yang memenuhi kriteria penelitian.Hasil. Dari 35 anak dengan PJB asianotik, terbanyak berusia usia 1 tahun sampai dengan kurang dari 5 tahun (41,7%). Sebanyak 31,2% anak dengan diagnosis defek septum atrium terdapat gangguan fungsi ginjal. Kadar NGAL plasma sebesar 100,18 ng/ml menjadi cut-off point gangguan fungsi ginjal pada anak dengan PJB asianotik. Pada nilai AUC sebesar 0,95 didapat nilai sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV masing-masing sebesar 100%; 94,73%; 94,1%; dan 100%. Kadar NGAL plasma pada anak dengan PJB asianotik memiliki hubungan signifikan (p=0,001) dengan gangguan fungsi ginjal.Kesimpulan. Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin plasma dapat digunakan sebagai prediktor gangguan fungsi ginjal pada anak dengan PJB asianotik.