Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Association between tumor necrosis factor-α gene polymorphism and interleukin-6 level with mortality of neonatal sepsis Darnifayanti, Darnifayanti; Akmal, Muslim; Nur, Syahrun; Yusuf, Sulaiman
Narra J Vol. 4 No. 3 (2024): December 2024
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v4i3.1234

Abstract

Sepsis is a systemic infection that significantly causes morbidity and mortality among neonates, which is associated with immature immune response. Variations in the tumor necrosis factor-alpha gene (TNF-α) -308G/A may be linked to neonatal sepsis mortality by modulating interleukins (ILs) involved in the immune response cascade, such as IL-6. The aim of this study was to investigate the association between TNF-α -308G/A gene variation and IL-6 level with mortality of neonatal sepsis. A cohort of 30 neonates diagnosed with clinical sepsis was recruited. Blood culture was performed for all patients and serum IL-6 levels were examined 24 hours after suspected sepsis. Genetic analysis of TNF-α single nucleotide polymorphisms (SNP) -308G/A was conducted using polymerase chain reaction and DNA sequencing. The association was assessed based on bivariate logistic regression. We found that 12 (40%) of 30 patients had blood culture-proven sepsis. Genotype of TNF-α -308G/A stratified of the patients was 56.7% for GA and 43.3% for GG. There were no AA variations found in this study. There was no significant association between the TNF-α -308 G/A genotype and mortality in neonatal sepsis (p=0.211). Similarly, the allelic model of TNF-α -308 gene had no association with mortality (p=0.325). Additionally, there was no association between serum IL-6 level and mortality in neonatal sepsis (p=0.253). In conclusion, SNP of TNF-α -308 gene and IL-6 level are not associated with mortality in neonatal sepsis.
Hubungan Hiperbilirubinemia dengan Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Utami, Maharani Risiska; Darnifayanti, Darnifayanti; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora; Safri, Mulya; Andid, Rusdi
Sari Pediatri Vol 26, No 5 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.5.2025.272-6

Abstract

Latar belakang. Hiperbilirubinemia sering dijumpai pada neonatus. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan infeksi bakteri salah satunya infeksi saluran kemih (ISK). Pemeriksaan urinalisis perlu dilakukan untuk mendiagnosis ISK. Komponen urinalisis yang memiliki sensitivitas tinggi untuk diagnosis ISK adalah leukosituria.Tujuan. Mengetahui hubungan hiperbilirubinemia dengan leukosituria pada neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode. Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Sampel adalah neonatus dengan hiperbilirubinemia di ruang Neonatal Intensive Care Unit/NICU Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Analisis penelitian dengan uji korelasi Spearman.Hasil. Dari 31 neonatus dengan hiperbilirubinemia terdiri dari laki-laki 19(61,3%) dan perempuan 12(38,7%). Leukosituria didapatkan pada 6 laki-laki dan 4 perempuan. Analisis data menunjukkan tidak terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan leukosituria pada neonatus (nilai p=0,071), koefisien korelasi -0,328.Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan hiperbilirubinemia dengan infeksi saluran kemih pada neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Risk factors for progression of chronic kidney disease in children with nephrotic syndrome Adrian, Riki; Sovira, Nora; Haris, Syafruddin; Andid, Rusdi; Darnifayanti, Darnifayanti; Yusuf, Sulaiman
Paediatrica Indonesiana Vol. 65 No. 4 (2025): July 2025
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi65.4.2025.291-6

Abstract

Background Nephrotic Syndrome (NS) is a progressive kidney disease in children that can lead to chronic kidney disease (CKD). Understanding the interactions between various risk factors is critical in developing new strategies to prevent the progression of CKD in pediatric patients with NS. Objective To determine the risk factors for the progression of CKD in children with nephrotic syndrome at Dr. Zainoel Abidin Public Hospital, Banda Aceh. Methods This analytical observational study with a cross-sectional approach was conducted from September 2021 to September 2023. Data were obtained from medical records of 52 children aged 2 to 18 years in the inpatient and outpatient wards of Dr. Zainoel Abidin Public Hospital, Banda Aceh who met the inclusion criteria. Bivariate analysis using the Chi-square and Fisher's tests and multivariate analysis using logistic regression test were performed. Results Of 52 subjects, most were male and over ten years of age; 53.8% of subjects had Stage 1 CKD. The majority of stage 3-5 of CKD cases had immunosuppressive toxicity and anemia, while the majority of all subjects had hyperfiltration and proteinuria. Risk factors for CKD progression in children with NS are Hypertension (OR 2.54; 95%CI 0.32 to 20.1; P=0.003), immunosuppressant toxicity with (OR 33.67; 95%CI 2.59 to 437.5; P=0.007) and anemia (OR 33.92; 95%CI 2.77 to 414.5; P=0.006). Conclusion Hypertension, immunosuppressant toxicity and anemia for CKD progression in children with NS.
Penjepitan Tali Pusat Tertunda Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit pada Bayi Baru Lahir Fariyasni, Fariyasni; Darnifayanti, Darnifayanti; Anidar, Anidar; Andid, Rusdi; Sovira, Nora; Herdata, Heru Noviat
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.153-8

Abstract

Latar belakang. Anemia pada anak dengan penyebab utama kekurangan zat besi. Salah satu faktor yang memengaruhi jumlah total besi dalam sirkulasi sebagai hemoglobin saat lahir adalah waktu penjepitan tali pusat. Delayed cord clamping (DCC) meningkatkan simpanan zat besi. Penjepitan dan pemotongan tali pusat saat lahir merupakan intervensi paling lama, tetapi tidak ada definisi pasti mengenai waktu optimal untuk penjepitan tali pusat.Tujuan. Mengetahui pengaruh waktu DCC terhadap kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) pada bayi baru lahir.Metode. Penelitian kuasi eksperimen ini dengan rancangan nonequivalent control group posttest-only pada kelahiran pervaginam di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sejak Juli 2023 hingga September 2023 yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel kelompok I DCC ?30- – 60 detik dan kelompok II DCC >1-3 menit. Nilai Hb dan Ht bayi diukur maksimal 2 jam setelah lahir. Analisis data menggunakan independent t-test.Hasil. Empat puluh bayi baru lahir dilibatkan dalam penelitian ini, 20 kelompok I dan 20 kelompok II. Karakteristik dasar kedua kelompok sebanding. Rerata kadar Hb pada kelompok I 16,41±1,16 g/dL dan kelompok II 19,79±1,51 g/dL (p=0,001; IK95%: 2,5-4,2). Rerata kadar Ht pada kelompok I 50,07±4,57% dan kelompok II 61,06±4,53% (p=0,001; IK95%: 8,06-13,9). Menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok.Kesimpulan. Penundaan penjepitan tali pusat >1-3 menit memiliki rerata kadar Hb dan Ht yang lebih tinggi
Hubungan Respiratory Distress Syndrom dengan kejadian Acute Kidney Injury pada Neonatus di Neonatal Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh Arsa, Iwan Sabardi; Haris, Syafruddin; Darnifayanti, Darnifayanti; Yusuf, Sulaiman; Herdata, Heru Noviat; Akbar, Zaki
Sari Pediatri Vol 26, No 1 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.1.2024.36-42

Abstract

Latar belakang. Respiratory Distress Syndrome merupakan penyebab gangguan pernapasan, sering terjadi pada bayi baru lahir dan juga menjadi penyebab paling umum terjadinya morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah Acute Kidney Injury.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Respiratory Distress Syndrome dengan kejadian Acute kidney injury pada neonatus di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik obervasional dengan desain cross-sectional. Data dikumpulkan dari pasien yang dirawat dalam periode Januari 2021-Desember 2021. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel penelitian adalah total populasi. Penelitian bersifat retrospektif dengan variabel dependen dan independen yang diamati secara sekaligus.Hasil. Selama penelitian berlangsung didapatkan 50 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian, jumlah neonatus berjenis kelamin laki-laki (50%) sebanding dengan perempuan (50%). Usia neonatus terbanyak pada kelompok 3 hari yakni 36 subjek (72%). Mayoritas jenis persalinan dijumpai pada kelompok sectio caesarea yakni 45 subjek (90%). Kelompok usia gestasi 34-36 minggu (preterm) terbanyak yakni 32 subjek (64%). Subjek kelompok Berat badan lahir 1000-<1500 gram (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) dijumpai terbanyak yakni 43 subjek (86%). Nilai Skor Downes >7 berhubungan dengan kejadian Acute Kidney Injury. Mayoritas subjek penelitian dengan Respiratory Distress Syndrom tidak dijumpai Acute Kidney Injury, sebanyak 39 subjek (78%) dengan hasil normal.Kesimpulan. Pada penelitian ini didapatkan terdapat hubungan antara Respiratory Distress Syndrom dengan kejadian Acute Kidney Injury (p<0,05), Koefisien korelasi 0,668 menunjukkan hubungan yang kuat.
Analisis Faktor Risiko Mortalitas Neonatus Berdasarkan Score for Neonatal Acute Physiology Perinatal Extension II di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh Rezeki, Sri; Darnifayanti, Darnifayanti; Yusuf, Sulaiman; Haris, Syafruddin; Darussalam, Dora; Bakhtiar, Bakhtiar
Sari Pediatri Vol 26, No 2 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.2.2024.91-6

Abstract

Latar belakang. Kelahiran bayi dengan risiko tinggi mendapat pelayanan dan perawatan di Neonatal Intensive Care Unit. Berbagai faktor risiko dapat memengaruhi kematian neonatus, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengetahui dan mengenali secara dini masalah yang dihadapi. Salah satunya dengan sistem skoring Score for Neonatal Acute Physiology with Perinatal Extension-II (SNAPPE-II) yang merupakan sistem penilaian untuk memprediksi mortalitas dan morbiditas di unit perawatan intensif neonatal pada 12 jam pertama setelah lahir.Tujuan. Mengetahui faktor risiko mortalitas pada neonatus kurang bulan yang sakit kritis menggunakan skoring SNAPPE-IIMetode. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan desain cross sectional retrospektif. Data penelitian diambil dari data rekam medis berupa bayi dengan penyakit kritis, yang dinilai menggunakan skoring SNAPPE-II dimulai sejak Oktober 2023- Desember 2023.Hasil. Terdapat 37 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis faktor risiko mortalitas neonatus pada penyakit kritis menggunakan SNAPPE III didapatkan bahwa pH serum darah, rasio PO2/FiO2 dan Berat Badan Lahir (BBL) berhubungan dengan mortalitas neonatus dengan p-value <0,005. Analisis received operating curved didapatkan titik potong skor SNAPPE-II adalah 28,5, dengan sensitivitas 70,8% dan spesifitas 84,6 %.Kesimpulan. Faktor risiko mortalitas pada neonatus di Neonatal Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan skoring SNAPPE-II adalah pH, rasio PO2/FiO2 dan berat badan lahir.
AST to Platelet Ratio Index (APRI), Fib-4 Score, and Pregnancy Outcome of Pregnant Women with Hepatitis B Maghfirah, Desi; Yusuf, Fauzi; Abubakar, Azzaki; Rusly, Dewi Karlina; Darnifayanti, Darnifayanti
Majalah Kedokteran Bandung Vol 55, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v55n3.3066

Abstract

Hepatitis B virus infection in pregnancy has become a major concern in many developing countries,. The relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy is complex and puzzling. This study aimed to investigate the relationship between hepatitis B virus infection and pregnancy outcomes with the insights into the AST to Platelet Ratio Index (APRI) and Fib-4 score. This was a cross-sectional study on pregnant women with hepatitis B virus infections who underwent labor at dr. Zainal Abidin Hospital General Hospital, Aceh, Indonesia. Data were collected from the obstetric ward patient medical records from 2017 to 2019 and 77 pregnant women was identified to be infected with hepatitis B virus, of which 44 had complete medical record data and were included in the analysis. The median APRI in this study was 0.30 (0.1-1.2) while the median FIB-4 score was 0.74 (0.3-1.9). Delivery with live births was identified in 42 (95.5%) women. Term pregnancy and vaginal delivery were observed in 39 (88.6%) and 10 (22.7%) women, respectively, Complicated pregnancy was seen in 14 (31.8%) of pregnancies that included complications such as oligohydramnios, HELLP, severe preeclampsia, placenta previa, and premature rupture of membranes. APRI was higher in the stillbirth group (0.5 [0.2-0.8] p = 0.682) and preterm birth group (0.4 [0.2-0.6], p = 0.502). FIB-4 scores were higher in the stillbirth group (1.2 [0.5-1.8], p = 0.517) and preterm birth group (0.9 [0.4-1.9], p = 0.529). Hence, pregnancy does not always worsen liver function and is not related to the natural course of hepatitis B infection. Pregnancy with hepatitis B without fibrosis is not associated with poor pregnancy outcomes. Routine liver function examination is needed in pregnant mothers with hepatitis B virus infections.