Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Bandung Conference Series : Medical Science

Scoping Review: Paparan Debu Kayu terhadap Nilai Fungsi Paru dan Gejala Klinis pada Pekerja Industri Kayu Rinal Pasya Nur Fauzan; Frasenda Sjafei; Lisa Adhia Garina
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.667

Abstract

Abstract. The wood industry is one type of industry that has a high risk of exposure to wood dust. Wood dust is one of the exposures in the workplace and a causative agent of respiratory problems. Respiratory problems being one of the health problems for wood industry workers. This study aims to examine exposure to wood dust on the value of lung function and clinical symptoms that occur in wood industry workers. Method that is used in this study is scoping review with the population is international articles. The databases used were Pubmed, ScienceDirect, Paripex-Indian Journal Of Research, International Journal Of Research In Medical Science and Springer Link. The number of journals obtained was 2,278, screening was carried out using inclusion criteria, PICOS and the final result 12 journals were obtained. The study design was using cross-sectional and cohort. The research intervention was exposure to wood dust. The measurement parameters in the selected journals varied including pulmonary function testing, FEV1 values, forced vital capacity (FVC), peak expiratory flow rate (PEFR), as well as clinical symptoms that arise in wood industry workers. The results of 12 journals that have been studied showed that there were clinical respiratory tract disorders in wood workers, 4 of them showed no significant effect on lung function, and 6 journals showed changes in lung function values ​​in wood industry workers. Abstrak. Industri kayu merupakan salah satu jenis industri yang memiliki risiko tinggi terhadap paparan debu kayu. Debu kayu menjadi salah satu pajanan di tempat kerja dan merupakan agen penyebab gangguan pernafasan. Gangguan pernafasan menjadi masalah kesehatan pada pekerja industri kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji paparan debu kayu terhadap nilai fungsi paru dan gejala klinis yang timbul pada pada pekerja industri kayu. Penelitian ini menggunakan metode scoping review dengan populasi artikel internasional yang berkaitan. Database yang digunakan, yaitu Pubmed, ScienceDirect, Paripex-Indian Journal Of Research, International Journal Of Reasearch In Medical Science dan Springer Link Jumlah jurnal yang didapat 2.278 dan dilakukan penapisan dengan kriteria inklusi dan PICOS hingga didapatkan 12 jurnal. Desain penelitian menggunakan cross-sectional, dan cohort. Intervensi penelitian ini paparan debu kayu. Parameter pengukuran pada jurnal terpilih bervariasi diantaranya pengujian fungsi paru, nilai FEV1, kapasitas vital paksa (FVC), peak expiratory flow rate (PEFR), serta gejala klinis yang timbul pada pekerja industri kayu. Hasil 12 jurnal yang dikaji menunjukan adanya gangguan klinis saluran pernapasan pada pekerja kayu, 4 diantaranya menunjukan tidak adanya pengaruh fungsi paru yang signifikan, dan 6 jurnal menunjukkan adanya perubahan nilai fungsi paru pada pekerja industri kayu.
Scoping Review: Gejala Klinis Pasien Covid-19 dengan Koinfeksi Tuberkulosis Muhammad Gilang Wicaksana; Winni Maharani; Lisa Adhia Garina
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5509

Abstract

Abstract. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) and tuberculosis (TB) are infectious diseases that can be transmitted by droplets. The clinical manifestations of COVID-19 disease can worsen if there are comorbidities, one of which is TB disease. Epidemiologically, COVID-19 and TB are two diseases with a very high incidence and are a global health problem. The study aims to analyze the impact of TB co-infection on the clinical symptoms of COVID-19 patients. This research uses the scoping review method using scientific articles published in three databases SciencDirect, SpringerLink, and Pubmed in 2019-2022. In the data search, 2,773 articles were obtained with the acquisition of 404 articles that met the inclusion criteria and 6 articles after PICOS analysis was carried out. The results showed that the dominant clinical symptoms that occurred at all ages were respiratory symptoms, fever, cough, chest pain, and dyspnea. In addition, there are additional clinical symptoms in pediatric patients in the form of nausea, diarrhea, headache, tachypnoea, and altered sensorium (impaired awareness, attention or difficulty focusing thoughts). Other results describe an increase in the release of cytokines (IFN-γ, TNF, IL-4, and IL-13) against both pathogens resulting in a "cytokine storm" that can affect the clinical symptoms of patients. The conclusion of this study shows that COVID-19 and TB infection have an adverse clinical impact on patients. Abstrak. Penyakit virus corona atau Corona virus disease (COVID-19) dan tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang dapat ditransmisikan melalui droplet. Manifestasi klinik penyakit COVID-19 dapat memburuk bila terdapat komorbiditas salah satunya adalah penyakit TB. Secara epidemiologi penyakit COVID-19 dan TB merupakan dua penyakit dengan angka kejadian sangat tinggi yang menjadi masalah kesehatan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari koinfeksi TB terhadap gejala klinis pasien COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode scoping review menggunakan artikel ilmiah yang dipublikasikan pada tiga database SciencDirect, SpringerLink, dan Pubmed pada tahun 2019-2022. Pada pencarian data didapatkan 2,773 artikel dengan didapatkan 404 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan 6 artikel setelah dilakukan analisis PICOS. Hasil penelitian menunjukkan gejala klinis yang dominan terjadi pada semua usia adalah gejala saluran pernapasan, demam, batuk, nyeri dada, dan dispnea. Selain itu terdapat gejala klinis tambahan pada pasien anak berupa mual, diare, nyeri kepala, takipnea, dan gangguan system saraf seperti gangguan kesadaran, perhatian atau kesulitan memfokuskan pikiran. Hasil lain menggambarkan peningkatkan pengeluaran sitokin (IFN-γ, TNF, IL-4, dan IL-13) untuk melawan kedua patogen sehingga mengakibatkan “cytokine storm” yang dapat memperburuk gejala klinis pasien. Simpulan penelitian ini menunjukkan koinfeksi COVID-19 dan TB memperburuk dampak klinis pada pasien.
Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Sedenter Memengaruhi Kesehatan Mental pada Anak di Masa Pandemi COVID-19 Salsa Bellanisa Salsa Bellanisa; Lisa Adhia Garina; Umar Islami
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6803

Abstract

Abstract. The World Health Organization (WHO) declared Corona Virus Disease-19 (COVID-19) as a pandemic in March 2020. Until now, COVID-19 is still a global health problem that receives special attention in the world. The impact of the COVID-19 pandemic includes violence against community activities such as closing face-to-face schools, thus making children undergoing social isolation due to COVID-19 violence. Social isolation results in a decrease in physical activity and an increase in sedentary behavior so that it risks a bad psychological impact on children. The purpose of this study was to analyze the relationship between physical activity and sedentary habits with children's mental health during the COVID-19 pandemic. This study applies a scoping review study to analyze a scientific paper published in several journals. Of the 752 articles found in the three data sources, there were 7 articles that fulfilled the criteria for this study. The results in one of the articles indicated there is an increase in daily screen usage during quarantine (p<0.001). Other studies have shown that a lack of physical activity is associated with feelings of sadness in adolescents (p=0.01) and that increased use of social media is associated with higher levels of anxiety in adolescents (p=0.0077). Changes in physical activity and sedentary habits are closely related to the activation of stress hormones in the body, and if this continues for a long time, it can have an impact on the level of neurons in the hippocampus, causing symptoms of anxiety and even mental disorders in children. The conclusion of this study is that there is a relationship between physical activity and sedentary behavior with children's mental health during the COVID-19 pandemic. Abstrak. World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus Disease-19 (COVID-19) sebagai pandemi pada Maret 2020. Sampai saat ini, COVID-19 masih menjadi salah satu masalah kesehatan global yang mendapat perhatian khusus di dunia. Dampak dari pandemi COVID-19 diantaranya yaitu pembatasan kegiatan masyarakat seperti penutupan sekolah tatap muka, sehingga membuat anak-anak menghadapi isolasi sosial akibat pembatasan COVID-19. Isolasi sosial mengakibatkan penurunan aktifitas fisik dan peningkatan perilaku sedenter sehingga berisiko dampak psikologis yang buruk pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan kebiasaan sedenter dengan kesehatan mental anak di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menerapkan studi scoping review untuk menganalisis suatu tulisan ilmiah yang dipublikasikan di beberapa jurnal. Dari 752 artikel yang ditemukan pada tiga sumber data, terdapat 7 artikel yang telah memenuhi kriteria penelitian ini. Hasil pada salah satu artikel menyebutkan adanya penggunaan layar harian yang meningkat selama karantina (p<0,001). Penelitian lainnya menunjukkan kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan perasaan sedih pada remaja (p=0,01) dan penggunaan media sosial yang meningkat berhubungan dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada remaja (p=0,0077). Perubahan aktivitas fisik dan kebiasaan sedenter berkaitan erat dengan aktifnya hormon stress dalam tubuh, dan jika terjadi berkepanjangan dapat berdampak pada tingkat neuron di hipokampus sehingga timbulnya gejala kecemasan bahkan gangguan mental pada anak. Simpulan dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan aktivitas fisik dan perilaku sedenter dengan kesehatan mental anak di masa pandemi COVID-19.
Durasi Screen-time pada Anak Usia Sekolah di Era Pandemi Covid-19 Andita Noveralioni; Miranti Kania Dewi; Lisa Adhia Garina
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.5993

Abstract

Abstract. High screen-time duration can have an impact on decreasing children’s concentration and learning motivation. This study aims to determine the screen-time duration and sleep quality in school-age children during the COVID-19 pandemic. The method used is quantitative analysis with a crossosectional research design. Subjects totaling 210 students at SD Bandung Islamic School, were selected using a total sampling technique. Data collection was taken through primary data using the screen-time duration questionnaire. The result showed that most of the respondents who had a long screen-time duration were 124 children (59.0%). This can be caused by changes in government policies such as social distancing, working from home, and closing schools, causing students to study virtually through electronic media screens. Abstrak. Durasi screen-time yang tinggi dapat berdampak pada menurunnya konsentrasi dan motivasi belajar anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi screen-time pada anak usia sekolah selama pandemi COVID-19. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek berjumlah 210 siswa di SD Bandung Islamic School, dipilih menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data diambil melalui data primer menggunakan kuesioner durasi screen-time. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki durasi screen-time lama sebanyak 124 orang (59,0%). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kebijakan pemerintah seperti social distancing, work from home, dan penutupan sekolah sehingga menyebabkan pelajar perlu belajar secara virtual melalui layar media elektronik.
Hubungan Antara Status Gizi dan Stunting pada Usia 0-4 Tahun di Puskesmas Petir Kabupaten Serang Tahun 2023 Adhika Afriadi; Dicky Santosa; Lisa Adhia Garina
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10465

Abstract

Abstract. Stunting is a disruption in children's growth and development that often occurs in the world until 2025, including Indonesia. The incidence of stunting is influenced by many factors, especially the nutritional status of children. The aim of this study was to analyze the relationship between nutritional status and stunting at ages 0–4 years. This research is an analytical observational study with a cross sectional approach. Research samples that met the research criteria were taken using purposive sampling totaling 269. Statistical analysis used SPSS version 29.0 with the bivariate Chi square test. Most of the stunted children were male, 153 children (56,9%), 173 children aged 0-24 months (66,5%), normal nutritional status 181 children (67,3%), and stunting stratification was short (stunting) 185 children (68,8%). There is a relationship between nutritional status and the incidence of stunting (p= 0,024). Nutritional status and stunting have a significant relationship, with the largest distribution of both stunted and severely stunted occurring in the normal nutrition group and more frequently occurring in men compared to women. Monitoring body weight and length or height is important to do regularly to detect malnutrition and risk of stunting. Abstrak. Stunting menjadi gangguan tumbuh kembang anak yang banyak terjadi didunia hingga tahun 2025, termasuk Indonesia. Kejadian stunting dipengaruhi oleh banyak faktor terutama adalah status gizi pada anak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara status gizi dengan stunting pada usia 0–4 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria penelitian diambil menggunakan purposive sampling berjumlah 269. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 29.0 dengan uji bivariat Chi square. Sebagian besar anak stunting berjenis kelamin laki-laki sebanyak 153 anak (56,9%), usia 0-24 bulan 173 anak (66,5%), status gizi normal 181 anak (67,3%), dan stratifikasi stunting adalah pendek ( stunting) 185 anak (68,8%). Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian stunting (p = 0,024). Status gizi dan stunting mempunyai hubungan yang signifikan, dengan distribusi terbesar baik stunting maupun stunting berat terjadi pada kelompok gizi normal dan banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pemantauan berat badan dan panjang atau tinggi badan penting dilakukan secara rutin untuk mendeteksi malnutrisi dan risiko stunting.
Analisis Kejadian Stunting terhadap Perkembangan pada Anak Usia 3-5 Tahun di Kecamatan Padalarang Bandung Barat 2023 Magfira Putri Darna; Lisa Adhia Garina; Dicky Santosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11003

Abstract

Abstract. Indonesia is the 4th country in the world and 2nd in Southeast Asia with the highest Stunting rate, namely; 149.2 million cases in 2020. Development in the first 1,000 days is an aspect that is closely related to Stunting, an aspect that can be disrupted in the form of developmental obstacles. This study aims to analyze the relationship between Stunting and development in children aged 3-5 years in Padalarang District, West Bandung. This research is an analytical observational study with a cross sectional approach. Purposive sampling was carried out in the population, the research sample came from primary data taken from filling out questionnaires and measuring body height using a microtoise and entered into the Kuisioner Pra Screening Perkembangan (KKSP). Data were analyzed using univariate and bivariate tests using the Man Whitney test. The number of respondents was 87 children with the characteristics of the respondents being mostly female (51%), with an average age of 45.19 months and most of them were stunted (51), 49% were stunted and 51% were very stunted. The results of the analysis obtained a p value of 0.72 (>0.05) which shows that there is no significant difference between Stunting and development in children aged 3-5 years. Development is influenced by many factors other than nutrition, such as internal factors (mother's role, psychological function) and external factors such as the child's growing environment. Abstrak. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dan ke-2 di Asia Tenggara dengan angka Stunting tertinggi yaitu; 149,2 juta kasus pada tahun 2020. Perkembangan pada periode 1.000 hari pertama merupakan aspek yang sangat berhubungan erat dengan Stunting, aspek yang dapat terganggu dapat berupa hambatan perkembangan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara Stunting dan perkembangan pada anak usia 3—5 tahun di Kecamatan Padalarang Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilakukan purposive sampling pda polulasi, sampel penelitian berasal dari data primer yang diambil dari dari pengisian kuesioner dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan dimasukan ke dalam Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KKSP). Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dengan uji Man Whitney. Jumlah responden sebanyak 87 anak dengan karakteristik responden mayoritas berjenis kelamin perempuan (51%), dengan rata-rata usia 45,19 bulan dan mayoritas mengalami Stunting (51), pada stunted sebesar 49% dan pada severy stunted sebesar 51% Hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0,72 (>0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara Stunting dan perkembangan pada anak usia 3—5 tahun. Perkembangan dipengaruhi banyak faktor lainnya selain gizi seperti faktor internal (peran ibu, fungsi psikis) dan eksternal seperti lingkungan tumbuh anak.
Gambaran Santri Penderita Skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2023 Aditya Trianda Rahman; Lisa Adhia Garina; Mia Yasmina Andarini
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11836

Abstract

Abstract. Scabies is a disease that is still common in Indonesia and ranks third among all existing skin diseases. Scabies often occurs in children, and has negative impacts, such as anxiety, depression, anger and shame, so that sufferers often experience inferiority, and affects the sufferer's quality of life. The aim of this research is to understand the description of students suffering from scabies at the Bahrul Ulum Islamic Boarding School, Cibeureum District, Tasikmalaya City. This type of research uses descriptive methods with a cross sectional design. Sampling was carried out in September 2023 using a total sampling technique with a sample size of 39 people. The diagnosis of scabies is carried out through a physical examination by a doctor, and the quality of life of children with scabies is assessed by completing the Childern's Dermatology Life Quality Index (CDLQI) questionnaire. The results of this research showed that the majority of scabies were at the age of 14 years and the component that was most disturbed was sleep disorders due to scabies. In conclusion, the majority of students suffering from scabies at the Bahrul Ulum Islamic Boarding School, Cibeureum District, Tasikmalaya City, have very disturbed sleep due to scabies. Abstrak. Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang masih banyak terjadi di Indonesia dan menempati urutan ke tiga dari semua penyakit kulit yang ada. Skabies banyak terjadi pada anak-anak, dan memiliki dampak negatif, seperti cemas, depresi, kemarahan, dan rasa malu sehingga penderitanya seringkali mengalami minder, serta memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui gambaran santri yang menderita skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambian sampel dilakukan bulan September 2023 menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 39 orang. Diagnosis skabies dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, dan kualitas hidup anak skabies di nilai melalui pengisian kuesioner Childern’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI). Hasil Penelitan ini, didapatkan sebagian besar penyakit skabies yaitu pada usia 14 tahun dan komponen yang sangat terganggu yaitu gangguan tidur akibat skabies. Simpulan, mayoritas santri penderita skabies di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya sangat terganggu tidurnya akibat skabies.
Hubungan Karakteristik Pasien dengan Hasil Uji Tubex Positif pada Pasien Demam Tifoid di RS Al-Islam Tahun 2021–2022 Gina Giptia Humanisa Bahri; Puspita, Sara; Garina, Lisa Adhia
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11922

Abstract

Abstract. Typhoid fever is a disease caused by bacterial infection Salmonella typhi which enters through fecal-oral. A common symptom is prolonged fever, and this disease is quite serious, especially in underdeveloped countries. The aim of this study was to determine the relationship between patient characteristics and positive tubex test results in typhoid fever patients at Al-Islam Hospital Bandung in 2021–2022. In this study, secondary data was obtained from medical records using descriptive observation methodology cross section. The sample used a total sampling approach with a total of 60 people. The relationship between a positive tubex test and patient characteristics was tested using ChiSquare. Research findings show that males under the age of eighteen make up the majority of positive tubex test results. Age and gender were not significantly correlated with tubex scores. P-value mark of 0.095 indicates there is no significant relationship between tubex and age. Likewise, there is a p-value of 0.305 which shows there is no relationship between tubex and gender. These results can increase our knowledge about the variables that influence tubex test results in typhoid fever patients. Abstrak. Demam tifoid adalah penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri Salmonella typhi yang masuk melalui fecal-oral. Gejala yang umum terjadi adalah demam berkepanjangan, dan penyakit ini cukup serius, terutama di negara-negara terbelakang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan hasil uji tubex positif pada pasien demam tifoid di RS Al-Islam Bandung tahun 2021–2022. Dalam penelitian ini, data sekunder dari rekam medis dengan menggunakan metodologi observasi deskriptif cross-sectional. Sampel menggunakan pendekatan total sampling dengan jumlah 60 orang. Hubungan uji tubex positif dengan karakteristik pasien di uji menggunakan ChiSquare. Temuan penelitian menunjukkan bahwa laki-laki di bawah usia delapan belas tahun merupakan mayoritas hasil tes tubex positif. Usia dan jenis kelamin tidak berkorelasi signifikan dengan skor tubex. Nilai p-value sebesar 0,095 menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tubex dengan usia. Demikian pula, terdapat nilai p 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tubex dan jenis kelamin. Hasil ini dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang variabel yang mempengaruhi hasil tes tubex pada pasien demam tifoid.
Manfaat Bedside Teaching bagi Pendidikan Klinis Dokter Muda di Laboratorium Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS Pendidikan FK Unisba Wiwiek Setiowulan; Lisa Adhia Garina; Diana Rahmi; Mia Kusmiati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12534

Abstract

Abstract. Bedside teaching (BST) is an essential method in clinical learning for medical students which enables them to practice clinical skills and professional behavior through direct interaction with patients. However, a process that supposed to be patient examination by the student, observed and given feedback by the preceptor, now has been transformed into case presentation and discussion of the examination result being performed without preceptor’s observation. This results in the lack of feedback that is needed as correction and learning modality. The aim of this study is to obtain evaluation from medical students regarding efficacy and benefit of BST where the patient examination is observed and given feedback by preceptor. This study uses a descriptive observational method with medical students assigned to Pediatric Department FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung during July – October 2023 recruited as the subjects. Using a total sampling method, we obtained 36 medical students. Study results: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is effective and highly beneficial according to the students. This method is still preferred under time constraint of the preceptor, compared to case presentation and discussion of patient examination result. If the preceptor is unable to observe patient examination completely, half of the subjects suggest ward round as BST method, while the rest prefer case presentation and discussion. Conclusion: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is considered very important by the medical students. Abstrak. Bedside teaching (BST) adalah metode pembelajaran yang esensial pada pendidikan tahap profesi kedokteran sebagai sarana melatih keterampilan klinis dan perilaku profesional melalui interaksi langsung dengan pasien. Namun demikian, BST yang seharusnya berupa pemeriksaan pasien oleh dokter muda yang didampingi oleh preseptor kini banyak beralih menjadi presentasi dan diskusi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara mandiri. Akibatnya, dokter muda tidak memperoleh umpan balik saat memeriksa pasien, yang dibutuhkan sebagai bentuk koreksi dan sarana pembelajaran. Penelitian ini bertujuan memperoleh evaluasi dokter muda mengenai efektivitas dan manfaat BST dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor saat pemeriksaan pasien serta preferensi metode BST dalam kondisi terbatas. Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif dengan subjek penelitian dokter muda yang menjalani rotasi di Lab Klinik Ilmu Kesehatan Anak FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung periode Juli – Oktober 2023 yang diambil dengan tehnik total sampling. Didapatkan subjek dokter muda 36 orang. Hasil penelitian: BST berupa pemeriksaan pasien yang didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki efektivitas dan manfaat yang tinggi menurut dokter muda. Metode ini lebih dipilih dalam kondisi keterbatasan waktu preseptor, dibandingkan presentasi dan diskusi hasil pemeriksaan pasien. Bila preseptor berhalangan mendampingi pemeriksaan pasien secara lengkap, sebagian dokter muda memilih ronde besar sebagai metode BST, sedangkan sebagiannya lagi memilih metode presentasi kasus. Simpulan: BST berupa pemeriksaan pasien dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki manfaat penting bagi dokter muda.