Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Global Medical and Health Communication

Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Gejala Klinis dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Lisa Adhia Garina; Sherly Fajariani Putri; Yuniarti Yuniarti
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.156 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v4i1.2007

Abstract

Pneumonia masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada balita di negara berkembang. Faktor risiko pneumonia yang selalu ada (definite risk factor) meliputi gizi kurang, bayi berat lahir rendah (BBLR), tidak memberikan ASI, polusi udara di dalam ruang, dan pemukiman padat. Gejala pneumonia bervariasi bergantung pada usia penderita dan penyebab infeksinya. Tujuan penelitian ini menilai hubungan faktor risiko dan karakteristik gejala klinis dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian cross sectional dilaksanakan di UPT Puskesmas Ibrahim Aji Kota Bandung periode April–Juni 2012 pada anak balita usia 6 bulan sampai dengan 59 bulan dengan diagnosis pneumonia dan bukan pneumonia berdasarkan kriteria WHO. Data demografis, faktor risiko, dan karakteristik gejala klinis dicatat dalam formulir penelitian. Penderita pneumonia pada balita terbanyak berusia 6–24 bulan (72%), berjenis kelamin laki-laki (63%), status gizi kurang (56%) berdasarkan BB/U, tidak BBLR (95%), diberikan ASI eksklusif (91%), dan imunisasi dasar lengkap (93%). Analisis uji hubungan antara kejadian pneumonia dan status gizi kurang berdasarkan BB/U didapatkan hasil p<0,001; r=-0,7 dengan lama demam (p=0,024; r=-0,2), lama batuk (p=0,048; r=-0,2), dan takipnea (p<0,001; r=-0,8). Simpulan, terdapat hubungan status gizi kurang, lama demam, lama batuk, dan takipnea dengan kejadian pneumonia pada balita.CORRELATION OF RISK FACTORS AND  CLINICAL CHARACTERISTICS WITH THE INCIDENCE OF PNEUMONIA IN CHILDREN UNDER FIVE YEARSPneumonia is the leading infectious cause of death in children mostly in developing countries. Risk factors on pneumonia include malnutrition, low birth weight, non breastfeeding, air room pollution, and densely populated area. Symptoms of pneumonia vary depending on the age of the patient and cause infection. The purpose of this study was to assess the relationship risk factor and characteristic clinical symptoms with pneumonia. Cross-sectional study in Primary Health Care Ibrahim Aji Bandung during April–June 2012 among children aged 6 months to 59 months with a diagnosis of pneumonia and not pneumonia based on WHO criteria. Data on demographic, risk factor, and characteristics clinical symptoms were recorded. Pneumonia mostly attacking age 6-24 months (72%), male (63%), malnutrition status (56%) based on the weight/age, non low birth weight (95%), exclusive breastfeeding (91%), and immunization (93%). The association between the incidence of pneumonia with poor nutritional status (p<0.001, r=-0.7), duration of fever (p=0.024, r=-0.2), duration of coughing (p=0.048, r=-0.2) and tachypnoea (p<0.001, r=-0.8).  In conclusion, there is a relationship between poor nutritional status, duration of fever, duration of coughing, and tachypnoea with pneumonia.
The Quality of Life on Asthmatic Adolescent and Its Correlation with the Severity and Control of Asthma Lisa Adhia Garina; Muhammad Ridho Grahadinta; Ferry Achmad Firdaus Mansoer; Intan Puspitasari
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1947.919 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i1.5871

Abstract

Asthma is considered a global health problem that, if not managed properly, can reduce the sufferers' quality of life. The purpose of the study was to evaluate the quality of life from the perspectives of asthma severity and the asthma control level. A cross-sectional study was conducted from February to June 2018 on asthmatic adolescents aged 12–14 years old in two public junior high schools in Bandung city, Indonesia. The diagnosis, history of asthma,  severity, and asthma control were established based on the National Asthma Guidelines from the Indonesian Pediatric Society, Global Initiative for Asthma (GINA), asthma control test (ACT), and ISAAC questionnaire. Statistical analysis performed using SPSS v.20 with Spearman's rho to determine the significance. The gender distribution of the 98 subjects was almost similar with slightly more girls (51%). The median age was 13±1 years with average ACT, FVC, and PAQLQ(S) total scores of 20±4, 78±16%, and 5.3±1.3, respectively. The domain scores for symptoms, activity limitations, and emotional function were 4.9±1.4, 5.0±1.3, and 5.7±1.1, respectively. There are correlations between the total  PAQLQ(S) score and asthma severity (p<0.001, r=−0.5) and the level of asthma control (p<0.001, r=0.6). In summary, the quality of life has a relationship with asthma severity and the level of asthma control. Asthma management should not only focus on medication but also ways to maintain a good quality of life. KUALITAS HIDUP REMAJA ASMA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEKERAPAN GEJALA DAN DERAJAT KENDALI ASMAAsma masih menjadi masalah kesehatan penting yang jika tidak ditangani baik, asma dapat menurunkan kualitas hidup anak. Tujuan penelitian ini menilai kualitas hidup dan hubungannya dengan kekerapan gejala dan derajat kendali asma. Penelitian cross-sectional ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Juni 2018 pada remaja asma berusia 12–14 tahun di dua SMPN di Kota Bandung, Indonesia. Diagnosis, riwayat asma, kekerapan gejala, dan derajat kendali asma berdasar atas Pedoman Nasional Asma Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia, Global Initiative for Asthma (GINA), asthma control test (ACT), dan kuesioner dari ISAAC. Analisis statistik menggunakan SPSS v.20 dengan uji Spearman’s rho untuk menentukan signifikansi. Distribusi gender dari 98 subjek penelitian hampir sama dengan sedikit lebih banyak perempuan (51%). Usia rerata subjek 13±1 tahun dengan skor rerata ACT, FVC, PAQLQ(S) masing-masing 20±4, 78±16%, dan 5,3±1,3. Skor domain gejala, keterbatasan beraktivitas, dan fungsi emosi masing-masing 4,9±1,4; 5,0±1,3; dan 5,7±1,1. Terdapat hubungan skor total PAQLQ(S) dengan kekerapan gejala (p<0,001; r=−0,5) dan dengan derajat kendali asma (p<0,001; r=0,6). Simpulan, kualitas hidup berhubungan dengan kekerapan gejala dan derajat kendali asma. Pengelolaan asma sebaiknya tidak hanya memperhatikan pengobatan, tetapi juga menjaga kualitas hidup yang baik.