Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Makna Tradisi Krobongan Temanten Di Desa Karangrejo Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek (Kajian Folklor) Retno Tri Hariyanti; Retno Tri Hariyanti; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 3 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.675 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n3.p1129-1150

Abstract

Pernikahan merupakan ikatan lahir batin yang sakral antara seorang pria dan wanita yang selanjutnya disebut dengan suami dan istri. Upacara pernikahan termasuk ke dalam suatu bagian dari kebudayaan yang merupakan tradisi masyarakat. Bagian dari kebudayaan tersebut ada di sekitar kehidupan manusia, salah satunya tradisi krobongan temanten. Tradisi ini merupkan tradisi yang dilakukan pada saat peringatan acara pernikahan adat Jawa, khususnya di desa Karangrejo kecamatan Kampak kabupaten Trenggalek yang memiliki perbedaan yaitu ditambah acara uyeg-uyeg ranti. Adanya tradisi krobongan ini dimaksudkan sebagai pertanda atau gambaran kehidupan manusia yang akan dilalui ketika mereka telah membangun rumah tangga. Nasihat dalam berumah tangga juga tersirat dalam rangkaian acara tradisi krobongan temanten ini. Penelitian ini termasuk folklor setengah lisan yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode tersebut dipilih karena data yang dihasilkan dari wawancara, observasi, dan juga dokumentasi ini dijelaskan secara rinci melalui rangkaian kalimat untuk menyatakan maksud yang terdapat dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana awal mula adanya tradisi krobongan temanten di desa Karangrejo, mengetahui prosesi dan makna dalam rangkaian acara tradisi krobongan temanten, dan juga mengetahui pandangan masyarakat terhadap adanya tradisi krobongan temanten tersebut. Kata Kunci: Berumah tangga, Folklor, dan Tradisi Krobongan Temanten.
Tradisi Ngalap Berkah di Makam Mbah Prawiro Kusumo Dusun Pundensari Kabupaten Trenggalek Adella Adriana Dewi; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.525 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n4.p1435-1456

Abstract

Masyarakat di jaman modern condong mengutamamkan nalar pikir, logika dan rasionalitas. Namun di sisi lain sistem religi kepercayaan rakyat masih tetap berlangsung berdampingan dengan kemajuan jaman. Akibat dari adanya aktivitas religi tersebut, teridentifikasilah sebuah bentuk tradisi yang masih aktif dilaksanakan di Dusun Pundensari Trenggalek. Tradisi tersebut tidak lain adalah ngalap berkah yang berlangsung di makam sesepuh dusun yang juga diyakini sebagai tentara Pangeran Diponegoro yaitu Mbah Prawiro Kusumo. Tradisi ini menarik untuk dijadikan objek penelitian karena mengandung nilai historis mengenai cikal bakal daerah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat setempat. Penelitian ini merupakan penelitian budaya yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian folklor sebagian lisan. Sumber data penelitian ini adalah kata-kata, tindakan, dan dokumen hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian ditranskrip. Data diolah dengan cara reduksi data, data display, lalu memberikan simpulan serta interpretasi dan diverifikasi kebenarannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) asal mula TNBMPK, (2) prosesi TNBMPK, (3) peranti TNBMPK beserta simbol dan maknanya, dan (4) fungsi TNBMPK. Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai sarana dokumentasi tradisi lokal supaya nantinya tidak hilang ditinggalkan masyarakat pendukungnya. Kata Kunci: Tradisi, Ngalap Berkah, Foklor
Haul Mbah Abu Dzarrin di Desa Kedawungkulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan Syafrida Marsha Nuris Shania; yohan susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 16 No 7 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.544 KB) | DOI: 10.26740/job.v16n7.p%p

Abstract

Haul Mbah Abu Dzarrin atau bisa disingkat HMAD yaitu salah satu tradisi tahunan yang diselenggarakan di Dusun Tugu, Desa Kedawungkulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan setiap tanggal 16 Syawal. Haul Mbah Abu Dzarrin dipilih untuk menjadi objek penelitian karena kurangnya informasi mengenai tradisi tersebut untuk masyarakat umum. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tradisi haul yang sudah mulai dikenal oleh banyak orang ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan kajian folklor dan mengandalkan sumber data dari beberapa narasumber yang ahli di bidangnya. Selain itu, observasi lapangan juga dilakukan untuk memperkuat argumentasi dalam hasil penelitian. Metode ini digunakan agar objek penelitian dapat terbedah dengan baik bagaimana wujud, makna, dan fungsi dari tradisi tersebut. Penelitian ini mencakup enam rumusan masalah, yaitu (1) bagaimana asal mula tradisi HMAD?, (2) bagaimana langkah tradisi HMAD?, (3) bagaimana wujud dan makna ubarampe tradisi HMAD?, dan (4) bagaimana fungsi tradisi HMAD? Kata Kunci : folklor, tradisi haul, pengaruh tradisi
Cerita Rakyat Babad Gandu di Kabupaten Nganjuk Kajian Folklor Bella Bellinda; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.918 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n4.p1632-1654

Abstract

Cerita rakyat merupakan suatu kebudayaan kolektif yang tersebar luas dan diwariskan secara turun-temurun. Pada dasarnya cerita rakyat lahir dari masyarakat tradisional yang masih memegang teguh tradisi lisannya. Di dalam suatu kelompok masyarakat, cerita rakyat dijadikan sebagai wujud manifestasi kreativitas manusia di dalam kolektivitas masyarakat. Penyebaran dari cerita rakyat biasanya juga Cuma terbatas di suatu daerah tertentu, dan cerita tersebut dijadikan menjadi muatan lokal yang menjadi kebanggaan daerah tersebut. Salah satu cerita rakyat yang ada di Kabupaten Nganjuk adalah Cerita Rakyat Babad Gandu. Cerita Rakyat Babad Gandu merupakan sebuah cerita yang penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Cerita ini beredar luas di Kecamatan Ngetos, Kecamatan Berbek, dan Kecamatan Bagor. Di dalam Cerita Rakyat Babad Gandu terdapat banyak sekali nilai-nilai dan petuah-petuah yang baik jika diterapkan di kehidupan pada zaman sekarang. Penelitian ini merupakan penelitian budaya yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan kajian folklor lisan. Penelitian ini menggunakan sumber data yang berupa dokumen hasil wawancara dan observasi yang kemudian diolah melalui proses transkripsi, dan selanjutnya dianalisa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana isi, nilai budaya, kegunaan, serta pendapat masyarakat mengenai CRBG. Kata Kunci: Folklor, Cerita Rakyat, Babad Gandu.
Mitos Kolam Suci di Candi Penataran Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar (Kajian Folklor) Achmad Jarril Fitrah; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 17 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.778 KB) | DOI: 10.26740/job.v17n4.p1699-1720

Abstract

Mitos merupakan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat yang mengkisahkan cerita nyata dan imajiner. Salah satunya yaitu mitos kolam suci di Candi Penataran, Kabupaten Blitar. Mitos kolam suci merupakan mitos yang ada di patirtan Candi Penataran dengan wujud sebuah cerita adanya daya supranatural yang diyakini dapat memberikan keberkahan. Penelitian ini akan membahas mitos kolam suci dengan kajian folklor lisan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui asal mula, mitos apa saja, fungsi, dan persepsi masyarakat terhadap mitos kolam suci. Hasil penelitian ini dapat diketahui mitos kolam suci berawal dari adanya cerita daya supranatural di kolam suci. Mitos kolam suci mempunyai beragam bentuk yaitu mitos awet muda, mitos air sebagai obat, mitos kolam tidak surut, mitos lancar rezeki, dan mitos truna lele. Mitos kolam suci memiliki fungsi dengan konsep Bascom ditambah fungsi ekonomi dan fungsi rekreasi. Persepsi masyarakat menunjukkan bahwa mitos kolam suci berguna bagi masyarakat umum dan penting untuk dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan. Kata Kunci: Mitos, Mitos Kolam Suci, Folklor
Komparasi Tradhisi Nikah Suku Osing ing Desa Kemiren lan Desa ALasmalang Kabupaten Banyuwangi (Tintingan Etnologi Budaya) Anisa Fani Rosida; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.29 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n2.p768-787

Abstract

TNSOK lan TNSOA merupakan tradisi yang dilakukan didua desa. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat suku Osing didua desa tersebut ketika melakukan pernikahan. Tujuan penelitian ini yaitu (1) menyampaikan asal mula adanya TNSOK dan TNSOA, (2) menyampaikan aspek bentuk dan aspek makna didalam tatalaku yang ada di TNSOK dan TNSOA, (3) menyampaikan makna uborampe yang ada di TNSOK dan TNSOA, (4) menyampaiakn wujud komparasi antara TNSOK dan TNSOA, (5) menyampaikan upaya pelestarian TNSOK dan TNSOA di Kabupaten Banyuwangi. Konsep dan teori yang berhubungan dengan inti penelitian yaitu konsep etnologi budaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif dengan pendekatan budaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data lisan dan barang. Data tersebut didapatkan melalui metode dan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut yaitu menyuguhkan sejarah yang memiliki hubungan dengan leluhur dan kepercayaan terhadap tradisi. Wujud dan makna yang terkandung ada dua, yaitu tatacara pelaksanaan dan ubarampe. Wujud komparasi yang dihasilkan terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek yang beda dan aspek yang sama. Lalu upaya yang dilakukan untuk melestarikan TNSOK dan TNSOA yaitu dengan selalu menggunakan tradhisi tersebut dengan menyesuaikan perkembangan jaman, dikenalkan kepada masyarakat umum terutama pada kalangan pemuda, dan pemerintah harus ikut andil didalamnya serta memberikan dukungan dalam melestarikan kabudayaan. Kata kunci: Etnologi Budaya, TNSOK dan TNSOA, Melestarikan.
Budaya Masyarakat Desa Bandarasri Terhadap Makna Peralatan, Pelaksanaan, dan Perubahan dalam Tradisi Adeg Griya SAYYIDATI NUR ROFI'AH; YOHAN SUSILO
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.849 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n2.p609-628

Abstract

Tradisi yang masih lestari dan dilaksanakan diwaktu tertentu untuk fungsi tertentu yaitu tradisi Adeg Griya. salah satu tempat yang melakukan tradisi ini di Desa Bandarasri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Tradisi Adeg Griya diadakan ketika hendak mendirikan rumah. diadakannya sebagai sarana rasa syukur, menyembah, dan do'a agar diberi berkah, kesehatan, keselamatan, lancarnya rejeki serta yang terpenting supaya diberi kelancaran pembangunan. Dari pemahaman tersebut, penulis memilih bab tata cara, peralatan dan maknanya, serta perubahan. Fungsi penelitian akan menunjukkan manfaat penjabaran rumusan masalah tersebut. Uji keabsahan data melewati triangulasi, deep debriefinf, dan member check and audt trial. Teknik analisis data melalui open coding, axial coding, dan selective coding. Penyajian data dilakukan dengan metode informal. hasil penelitian menggambarkan serta menunjukkan apabila Tradisi Adeg Griya di desa itu punya berbagai macam rankaian kegiatan dari tata caranya, macam dan makna peralatan, dan perubahan yang terjadi didalamnya. oleh sebab itu, kepenulisan ini bisa dijadikan fungsi wawasan kepada pembaca mengenai tradisi turun temurun dari leluhur dan diharapkan bisa lebih lestari sampai jaman seterusnya. Kata kunci: Tradisi Adeg Griya, Kegunaan, Folklor
Tradisi Tingkeban di Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang Siti Faricha Nursyifa'; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.451 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n2.p669-690

Abstract

Salah satu tradisi Jawa yang masih dilaksanakan di Desa Sambigede, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang adalah Tingkeban. Tingkeban di Desa Sambigede memiliki ciri khas pada bagian prosesi pelaksanaan dan ubarampe yang digunakan. Tingkeban dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas kehamilan ibu yang menginjak usia tujuh bulan serta doa yang dipanjatkan supaya bayi selalu diberi keselamatan hingga waktu kelahiran tiba. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Prosesi pelaksanaan tingkeban (2) Makna ubarampe dalam tingkeban (3) Wujud perubahan dalam tingkeban. Penelitian ini dianalisis dengan teori folklor setengah lisan oleh Danandjaja. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti, daftar pertanyaan, serta beberapa alat bantu seperti gawai, kertas, dan bolpoin. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data digunakan open coding, axial coding, lan selective coding. Hasil penelitian ini yakni pada prosesi pelaksanaan tingkeban secara lengkap yakni menentukan hari, menyiapkan ubarampe, mengundang tetangga, macapatan, arak arakan, siraman, dan genduren. Terdapat makna pada prosesi dan pada ubarampe yang mencerminkan harapan warga. Dan wujud perubahan tingkeban dapat diamati secara internal maupun eksternal. Kata Kunci :Tradisi, Tingkeban, Folklor
Tradisi Nyekar di Punden Eyang Ki Ageng Gedhe di Dusun Medeleg Desa Tampingmojo Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang: Tintingan Folklor Shinta Nuryah Firdaus; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.296 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n4.p1217-1236

Abstract

Tradisi Nyekar di Punden Eyang Ki Ageng Gedhe merupakan tradisi yang tumbuh di masyarakatDusun Medeleg Desa Tampingmojo Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang. Tradisi tersebutdilaksanakan sejak jaman dahulu dan tidak diketahui tahun berapa. Tradisi tersebut dilaksanakansetiap malam Minggu, malam Senin, dan malam Jumat Legi. Penelitian ini akan membahasbagaimana awal mula tradisi, kemudian bagaimana prosesi tradisi, bagaimana ubarampe danmakna tradisi, bagaimana fungsi tradisi, dan bagaimana perubahan tradisi. Tujuan dari penelitianini untuk mendeskripsikan bentuk dari tradisi nyekar tersebut dengan menggunakan TintinganFolklor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Sumberdata penelitian yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan datayang digunakan peneliti yaitu wawancara dan dokumentasi. Pada pelaksanaan tradisi terbagi atastiga prosesi, yaitu (1) Prosesi meminta kekayaan, (2) Prosesi slametan, (3) Prosesi meminta doarestu. Pada prosesi-prosesi tersebut terbagi atas tiga bagian yaitu pembukaan, pelaksanaan, danpenutup. Ubarampe yang digunakan dalam tradisi ini berupa dupa, bunga setaman, dan tumpengan.Fungsi dari tradisi tersebut yaitu (1) Sebagai sistem proyeksi, (2) Sebagai sarana pembelajaran, (3)Sebagai sarana alat pengendali sosial, dan fungsi lainnya (4) sebagai pelestarian budaya. Perubahanpada tradisi tersebut terbagi atas (1) Faktor internal, dan (2) Faktor eksternal.Kata Kunci: Tradisi, Tintingan Folklor, Tradisi Nyekar di Punden Eyang Ki AgengGedhe.
Owah Gingsire Tradisi Perhitungan Weton Pengantin di Desa Sidorejo Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro: Tintingan Folklor Isma Nur Alisa; Yohan Susilo
JOB (Jurnal Online Baradha) Vol 18 No 4 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.188 KB) | DOI: 10.26740/job.v18n4.p1237-1256

Abstract

Tradisi perhitungan weton pengantin merupakan salah satu wujud tradisi yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat di desa Sidorejo yang diwariskan dengan cara turun-temurun mulai dari jaman dahulu hingga sekarang. Tradisi perhitungan weton pengantin termasuk salah satu bagian dari tradisi lamaran yang mana ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain yaitu neptu & pasaran Jawa, bulan & tahun Jawa, penjumlahan weton, ringkelan, dan hari naas. Fokus penelitian yang akan dijelaskan dalam penelitian ini yaitu: (1) sejarah, (2) tata cara, (3) makna dan ubarampe, (4) fungsi, dan (5) sebab perubahan tradisi. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan beberapa konsep yang digunakan untuk menjelaskan penelitian tentang tradisi tersebut. Teori folklor oleh Danandjaja digunakan untuk menjelaskan wujud dari tradisi. Teori semiotik dari Pierce digunakan untuk menjelaskan makna dalam tata cara dan ubarampe yang terkandung dalam tradisi. Konsep fungsi dari Bascom digunakan untuk menjelaskan fungsi dari tradisi serta konsep sebab perubahan tradhisi dari Koentjaraningrat dan Sukarman digunakan untuk menjelaskan sebab perubahan yang ada dalam tradisi tersebut. Penelitian tentang tradisi perhitungan weton pengantin menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dan sumber data yang digunakan merupakan hasil wawancara dari narasumber. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi dengan cara observasi secara langsung. Tata cara untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari Burhan yang terbagi dalam enam tahap. Hasil dari penelitian tentang tradisi perhitungan weton pengantin yaitu merupakan salah satu bagian dari tradisi lamaran yang masih dilestarikan hingga sekarang. Tradisi perhitungan weton pengantin diadakan dengan tujuan menentukan hari yang baik dan tepat untuk melangsungkan acara pernikahan. Tradisi perhitungan weton pengantin memiliki beberapa fungsi, antara lain yaitu sebagai sarana untuk meminta keselamatan terhadap Tuhan, sarana untuk mencocokkan weton calon kedua pengantin, untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa, dan sarana pembelajaran bagi generasi muda. Kata Kunci: Tradisi, Perhitungan Weton Pengantin, Folklor Setengah Lisan.