Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PLAYING VICTIM DALAM KEHIDUPAN SOSIAL (ANALISIS PENAFSIRAN IBNU KAṠĪR TERHADAP Q.S AN-NISᾹ’: 112 DALAM TAFSĪR AL-QUR`ᾹN AL-`AẒĪM) Fitriana Sihaloho; Mardian Idris Harahap; Yuzaidi Yuzaidi
Maktabatun: Jurnal Perpustakaan dan Informasi Vol 3 No 1 (2023): Maktabatun: Jurnal Perpustakaan dan Informasi
Publisher : Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1411.768 KB)

Abstract

Every human being has an attitude that can be seen from the positive side and the negative side. One of the negative attitudes that humans have is playing victim. The term playing victim is widely used nowadays to indicate a person who likes to accuse other people of their mistakes, and makes it seem as if he is the victim of that mistake. The actions of the playing victim can be detrimental to the perpetrators, as well as people who are victims of the playing victim treatment. As a result of this act, an innocent person becomes unjustly accused and can damage his good name. The perpetrators of playing victim are found in everyday social life, and can be done by anyone. The purpose of this study is to find out how to understand the playing victim, to know the biography of Ibnu Kaṡīr and Tafsir Al-Qur'an Al-`Aẓīm, and to know the playing victim in Tafsīr Al-Qur`ānAl-`Aẓīm.The type of research used in this research is descriptive qualitative research. This study also used library research and the Al-Qur'an method used in this study, namely the Tahlili (analysis) method.Playing victim is an attitude of someone who accuses and blames other innocent people, and distorts the fact that he is the victim of the mistake even though he himself is the one who did it. In Q.S An-Nisā' verse 112 Ibn Kaṡīr explained that playing victim is an act prohibited by Allah, and this act was once done by Bani Ubairik to Labib bin Sahl and Allah forbade it. This act of playing victim is a sin and will receive a reward from Allah SWT. However, if a human commits the act of playing victim and then realizes his mistake and immediately repents, then Allah will forgive him.
IMPLEMENTATION OF MOSQUE FUNCTIONS IN TELUK NIBUNG DISTRICT IN THE PERSPECTIVE OF WAHBAH AZ-ZUHAILI Muhammad Jihad Azni Lubis; Mardian Idris Harahap
el-Umdah Vol. 6 No. 2 (2023): el-Umdah (Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir)
Publisher : UIN Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/elumdah.v6i2.8701

Abstract

Abstract: Some of the Muslims understand that the function of the mosque is only for worship such as prayer and reading the Qur'an, even though the real function of the mosque is not only for that but there are many more functions. This study aims to explore the function of the mosque in the Qur'an, precisely surah An-Nur: 36-38 and take from Wahbah Az-zuhaili's perspective in tafsir Al-munir. This research is written using library research and field research methods, namely with books related to the discussion of research and researching directly in the field that has been determined. The result of this study is that it can be understood that it is very clear what the functions of the mosque are according to Wahbah Az-Zuhaili's perspective, namely the mosque functions as a place for the formation of aqidah, the mosque functions as a ray of guidance, the mosque functions as a place of worship, the mosque functions as a place of rest, the mosque functions as a place for managing community affairs, the mosque functions as a place for shaping behavior, the mosque functions as a place for education to study knowledge, and the mosque functions as a place to understand politics.
KONSEP JAHANNAM DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU) Zamhuri Harahap; Abdurrohim Harahap; Mardian Idris Harahap; Shalahuddin, Shalahuddin
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 7 No. 3 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v7i3.6740

Abstract

Kata "jahannam" menempati posisi yang urgen kaitannya dengan manusia. Hal ini karena Allah SWT mengulang-ulang kata ini dalam Al- Qur'an. Sejauh ini, kajian jahannam masih sebatas pada pandangan para mufassir. Belum ada kajian yang mendalam tentang makna dasar jahannam itu sendiri yang dapat melahirkan konsep makna yang lebih objektif. Berangkat dari alasan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti makna jahannam dalam Al-Qur'an dengan menggunakan analisis semantik Toshihiko Izutsu. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka (library research) yang dianalisis secara deskriptif-kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pandangan Al-Qur'an mengenai jahannam. Penelitian ini berusaha menggali makna dasar dan makna relasional, aspek sinkronik dan diakronik serta weltanschauung kata jahannam dalam Al-Qur'an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna dasar jahannam adalah dasar jurang yang dalam. Kata jahnnam secara sintagmatik memiliki beberapa makna di antaranya; meyala-nyala, kekal, tempat dijanjikan, hin dina, tercelalagi terusir, seburuk kediaman, api lebih panas, azab membakar, abadi, seburuk tempat kembali, dan penjara. Kata jahannam masa pra Qur'anik dipahami sebagai sumur atau jurang yang paling dalam. Sedangkan masa Qur'anik dan pasca Qur'anik dipahami sebagai tempat siksaan buruk bagi manusia. Dengan demikian, secara semantik kata jahannam bermakna jurang yang dalam sebagai tempat penyiksaan bagi manusia yang ingkar kepada Allah SWT.
ASHᾹBUL A‘RᾹF MENURUT IMAM QURTUBI (580-671 H) DALAM TAFSIR AL-JᾹMI‘ LI AḤKᾹM AL-QUR’ᾹN Maharani, Maharani; Ahmad Zuhri; Mardian Idris Harahap
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 7 No. 4 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v7i4.6932

Abstract

Abstrak Kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan yang sejati adalah kehidupan di akhirat. Kebanyakan umat Islam hanya mengetahui adanya surga dan neraka. Namun, ada tempat di antara surga dan neraka yang disebut a‘rāf, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-A‘rāf ayat 46-49. A‘rāf merupakan pembatas antara surga dan neraka, dan di atasnya terdapat orang-orang. Orang-orang yang berada di atas a‘rāf disebut aṣḥābul a‘rāf. Terdapat banyak pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan aṣḥābul a‘rāf. Beberapa mengatakan mereka adalah orang-orang yang seimbang antara kebaikan dan keburukan, sementara pendapat lain menyebut mereka adalah para ulama, nabi, dan kelompok yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mengkaji makna aṣḥābul a‘rāf menurut pandangan Imam Qurtubi, faktor-faktor yang memengaruhi tafsirannya, serta dampak dari penafsirannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Imam Qurtubi mengutip sepuluh pendapat tentang makna aṣḥābul a‘rāf dalam tafsir Al-Jāmi‘ Li Aḥkām Al-Qur’ān. Salah satu pendapat yang dipilih oleh Imam Qurtubi adalah bahwa aṣḥābul a‘rāf adalah para malaikat. Hal ini didasarkan pada riwayat Abu Mijlaz yang menyatakan bahwa kata رِجَالٌ di sini bermakna malaikat, yang digambarkan sebagai laki-laki, serupa dengan sebutan bagi jin dalam QS. Al-Jinn: 6. Dalam tafsir Al-Qurtubi disebutkan bahwa lafaz surah Al-A‘rāf ayat 48 قَالُوۡا مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡكُمۡ جَمۡعُكُم adalah ucapan aṣḥābul a‘rāf kepada penghuni neraka sebagai celaan, sementara ayat 49 اُدۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡكُمۡ وَلَاۤ اَنۡتُمۡ تَحۡزَنُوۡنَ adalah ucapan aṣḥābul a‘rāf kepada penghuni surga untuk menambah kesedihan dan penyesalan bagi penghuni neraka. Faktor yang memengaruhi tafsirannya meliputi aspek kebahasaan, sejarah perang pemikiran akibat perbedaan ideologi, serta dalil dan riwayat pendukung argumentasi.
The Disease of the Previous Ummah (Jahiliyah) and its Consequences in Modern Times: Siregar, Muklis; Mardian Idris Harahap
Getpress Management Journals Vol 1 No 1 (2023): AS-SALAM: Journal Islamic Social Sciences and Humanities
Publisher : Yayasan Salam Cerdas Al-Fattah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini secara khusus memaparkan bagaimana kondisi masyarakat jahiliyah pada zaman dahulu dapat memberikan dampak negatif jika terus dilakukan dalam suatu aktivitas atau karakter, khususnya dalam aspek sosial politik. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primer melalui buku tafsir dan sumber sekunder melalui buku, artikel jurnal internet dengan pembahasan yang sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Selanjutnya analisis data deskriptif dilakukan melalui langkah interpretasi dengan teknik tahlili, tematik, ijmali dan muqoron. Temuannya menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan jika penyakit ini tetap ada di zaman Jahiliyah ini yang meliputi perilaku individu, sistem dan ketertiban hukum, ketertiban sosial dan fanatisme akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan di berbagai bidang baik ekonomi, politik, moral dan intelektual.
RELEVANSI MAKNA IQRA’ DALAM Al-QURAN PERSFEKTIF WAHBAH AZ-ZUHAILI TERHADAP GERAKAN LITERASI MENURUT TAFSIR AL-MUNIR Daulay, Syahrul Amanda; Amroeni Drajat; Mardian Idris Harahap
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 12 No. 3 (2025): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v12i3.11433

Abstract

Penelitian ini membahas tentang relevansi makna iqra’ dalam Al-Qur’an menurut perspektif Wahbah az-Zuhaili terhadap gerakan literasi Qur'an. Wahbah az-Zuhaili adalah seorang intelektual Muslim dalam bidang hukum Islam yang terkenal dengan pandangannya yang komprehensif terhadap fiqh dan usul fiqh. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana konsep iqra’ menurut Wahbah az-Zuhaili diterapkan dalam gerakan literasi Al-Qur’an dan bagaimana hal tersebut dapat mendorong peningkatan pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an di kalangan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi library yang mendalam terhadap karya-karya Wahbah az-Zuhaili serta mengumpulkan data, membaca mencatat dan mengelola bahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna iqra’ menurut Wahbah az-Zuhaili tidak hanya mencakup membaca dalam arti sempit, tetapi juga mencakup penelitian, analisis, dan penggabungan ilmu yang menghasilkan pengetahuan baru. Gerakan literasi yang di impelentasikan pada masyarakat sangat relevan dengan pandangan Wahbah az-Zuhaili, karena menekankan pentingnya memahami dan mengamalkan Al-Qur’an secara komprehensif. Implementasi konsep iqra’ ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pemahaman keagamaan di pesantren serta memotivasi masyarakat ntuk terus belajar dan mengembangkan ilmu mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang diajarkan oleh Wahbah az-Zuhaili.
The Contribution of the North Sumatra Regional Broadcasting Commission (KPID) in Supervising the Broadcast of the Governor's Election Campaign North Sumatra in 2024 Ahmad Kurniawan Harahap; Mardian Idris Harahap; Aminuddin; Anggia Ramadhan
Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Vol. 24 No. 1 (2025): Pena Justisia
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pj.v24i1.5924

Abstract

Law No. 32 of 2002 gave birth to a new chapter in the world of broadcasting in Indonesia, through which it is regulated regarding all matters related to the world of broadcasting. Including the establishment of all independent institutions that regulate and control national broadcasting. The institution was named the North Sumatra Indonesian Broadcasting Commission. This research aims to find out the contribution of the North Sumatra KPID in supervising campaign broadcasts in the 2024 North Sumatra Governor Election. Then to analyze what strategy is used by the North Sumatra KPID in supervising campaign broadcasts in the 2024 North Sumatra Governor Election. The research used is descriptive. Data collection was carried out through in-depth interviews with the Commissioner of the Indonesian Broadcasting Commission of North Sumatra. The results of the study show that the Indonesian Broadcasting Commission of North Sumatra has made a very positive contribution in carrying out the supervision of campaign broadcasts. This is strengthened by the work carried out by KPI D North Sumatra which was positively welcomed by the community. The Indonesian Broadcasting Commission of North Sumatra also took strategic steps in supervising campaign broadcasts in the Governor and Deputy Governor Elections of North Sumatra
Young Electoral Perspective Against Money Politics In The 2024 Presidential Election (Case Study In The Village of Right-Wing Poverty, Single Circle) Henny Sumaiga; Mardian Idris Harahap
Journal of Law, Politic and Humanities Vol. 4 No. 5 (2024): (JLPH) Journal of Law, Politic and Humanities (July-August 2024)
Publisher : Dinasti Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jlph.v4i5.486

Abstract

This research aims to explore young voters' perceptions of money politics in the 2024 presidential election in Pangi Village. In the context of local democracy, young voters in Pangi Village have an important role in the election process, but they are also vulnerable to unhealthy political influences. Using a qualitative approach, data was collected through interviews with young voters in Pangi Village to understand how they view to the practice of money politics. The research results show that the majority of young voters are aware of the existence of money politics in the presidential election, voters are more inclined to get information on social media and the role of the family in determining choices and the environment where the young people live. This indicates that there is community involvement in primary socialization through banners, banners have a direct comparison with the environmental system that occurs in society in shaping voter perceptions. The implications of this research support the need for efforts to improve political education, expand access to objective information, and build awareness of the implications of money politics to strengthen democratic integrity.
Ayat-Ayat Tentang Bermusyawarah dalam Al-Quran (QS Ali Imran 159, QS Asy Syura 38, Al Baqarah 233) Mardian Idris Harahap; Liza Aulia Br Manurung; Nursumayyah Damanik; Cinta Rohaini Munthe; Mala Purnawati
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 2 (2025): Vol. 5 No. 2 Juni-Desember 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam artikel ini, kami para penulis mencoba mendudukkan mengenai materi tentang syura atau yang lebih dikenal dengan musyawarah, dalam al-Quran dengan melakukan pendekatan tematis. Dalam al-Quran, term syura memiliki kedudukan serta pelaksanaanya dalam kehidupan umat Islam. Dalam penulisan artikel ini, kami sebagai penulis memfokuskan pada kajian musyawarah dalam Qs QS Ali Imran 159, QS Asy Syura 38, Al Baqarah 233. Penulis akan melalukan penulisan secara tematis atau maudhui dalam mengupas ayat-ayat tentang musyawarah. Karena pembahasan dalam artikel ini adalah membahas tema yang sama maknanya. Sehingga kami menggunakan tafsir tematik. Musyawarah dengan al-Quran adalah tawaran konsep utuh yang relevan dengan perkembangan politik umat manusia. Musyawarah adalah ajaran dari Tuhan yang tidak terbantahkan.
Ayat Ayat Tentang Menepati Janji Dalam Al-Qur’an Berupa Q.S. Al-Maidah Ayat 1 Dan An-Nahl Ayat 91 Mardian Idris Harahap; Abdurrahman Nasution; Jiskan Khalid Harahap; Kafi Khadafi Ahmad; Panda Jaya Halomoan
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 2 (2025): Vol. 5 No. 2 Juni-Desember 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menepati janji berdasarkan dua ayat utama dalam Al-Qur’an, yaitu Q.S. Al-Maidah ayat 1 dan Q.S. An-Nahl ayat 91. Kedua ayat tersebut menunjukkan pentingnya menjaga komitmen, baik dalam hubungan sosial maupun dalam pengabdian kepada Allah SWT. Q.S. Al-Maidah ayat 1 menekankan kewajiban memenuhi akad (perjanjian), sementara Q.S. An-Nahl ayat 91 memperkuat larangan untuk melanggar janji, khususnya janji yang diikat atas nama Allah. Dengan metode analisis tafsir tematik (maudhu’i), artikel ini mengungkap makna, konteks, serta implikasi moral dan spiritual dari ayat-ayat tersebut. Menepati janji dipahami sebagai bagian dari akhlak mulia, sekaligus indikator ketaatan dan integritas dalam kehidupan seorang Muslim. Kesimpulannya, Al-Qur’an menempatkan menepati janji sebagai prinsip fundamental dalam menjaga hubungan antarmanusia dan hubungan manusia dengan Allah.