Articles
Strategi Pemecahan Masalah Pelayanan Pastoral Kontekstual Berdasarkan Yohanes 4:1-26 dan Pemuridan Masa Kini
Sabda Budiman;
Harming Harming
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46305/im.v2i1.26
This article describes problem solving strategies in pastoral ministry. The problem solving strategy is certainly carried out with a contextual approach. It means that the principles of pastoral service are aligned with local situations and conditions. This article describes problem solving strategies based on John 4:1-26, by looking at Jesus' example in solving problems experienced by Samaritan women. Furthermore, this article also describes the follow-up service that can be done to the counselor when it is served. The purpose is of course for the counselor to draw closer and to know Christ more deeply and for the counselor to continue to grow. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi pemecahan masalah dalam pelayanan pastoral. Strategi pemecahan masalah tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan kontekstual. Artinya bahwa prinsip-prinsip pelayanan pastoral itu diselaraskan dengan situasi dan kondisi setempat. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 4:1-26, dengan melihat teladan Yesus dalam memecahkan masalah yang dialami oleh perempuan Samaria. Lebih jauh, artikel ini juga menjelaskan tentang pelayanan follow up yang dapat dilakukan kepada konseli ketika sudah dilayani. Tujuannya tentu agar konseli semakin dekat dan mengenal Kristus lebih dalam lagi serta agar konseli terus bertumbuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Strategi Pemecahan Masalah Pelayanan Pastoral Kontekstual Berdasarkan Yohanes 4:1-26 dan Pemuridan Masa Kini
Sabda Budiman;
Harming Harming
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46305/im.v2i1.26
This article describes problem solving strategies in pastoral ministry. The problem solving strategy is certainly carried out with a contextual approach. It means that the principles of pastoral service are aligned with local situations and conditions. This article describes problem solving strategies based on John 4:1-26, by looking at Jesus' example in solving problems experienced by Samaritan women. Furthermore, this article also describes the follow-up service that can be done to the counselor when it is served. The purpose is of course for the counselor to draw closer and to know Christ more deeply and for the counselor to continue to grow. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi pemecahan masalah dalam pelayanan pastoral. Strategi pemecahan masalah tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan kontekstual. Artinya bahwa prinsip-prinsip pelayanan pastoral itu diselaraskan dengan situasi dan kondisi setempat. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 4:1-26, dengan melihat teladan Yesus dalam memecahkan masalah yang dialami oleh perempuan Samaria. Lebih jauh, artikel ini juga menjelaskan tentang pelayanan follow up yang dapat dilakukan kepada konseli ketika sudah dilayani. Tujuannya tentu agar konseli semakin dekat dan mengenal Kristus lebih dalam lagi serta agar konseli terus bertumbuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Survei Kesadaran Memelihara Lingkungan Hidup Berdasarkan Perspektif Ekoteologi di STT Simpson Ungaran
Sabda Budiman;
Enggar Objantoro
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 5, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34081/fidei.v5i1.304
Tindakan memelihara lingkungan hidup secara intensif dan berkelanjutan menjadi hal utama yang perlu dilakukan. Pemeliharaan lingkungan hidup juga tidak terlepas dari peran serta orang Kristen, terkhusus mahasiswa teologi selaku calon pemimpin di gereja dan masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Simpson Ungaran juga perlu memiliki kesadaran yang baik dalam hal memelihara lingkungan hidup. Tujuan penulisan dalam penelitian ini yaitu: “Untuk mengetahui tingkat kesadaran mahasiswa dalam memelihara lingkungan hidup berdasarkan perspektif ekoteologi di STT Simpson Ungaran.” Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang penulis lakukan, terlihat bahwa kesadaran mahasiswa memelihara lingkungan hidup berdasarkan perspektif ekoteologi di STT Simpson Ungaran dikategorikan baik dengan persentase 88,79%. Kesadaran mahasiswa memelihara lingkungan hidup yang baik juga terlihat dari kesadaran dalam aspek pemahaman yang memperoleh persentase 91,50% dengan kategori sangat baik, kesadaran dalam aspek pemanfaatan yang memperoleh persentase 87,80% dengan kategori baik, dan kesadaran dalam aspek pelestarian yang memperoleh persentase 90,21% dengan kategori baik.
TANGGAPAN TERHADAP PANDANGAN KRISTOLOGI ISLAM DARI PERSPEKTIF IMAN KRISTEN
Sabda Budiman;
Armin Sukri
Pute Waya : Sociology of Religion Journal Vol. 3 No. 1 (2022): JUNI
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Keagamaan, Institut Agama Kristen Negeri Manado
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51667/pwjsa.v3i1.968
Isu tentang pluralism menjadi topik yang tidak pernah berujung, secara khusus di Indonesia sebagai negara yang plural. Topik pluralisme yang paling kontrovers ialialah tentang pluralisme agama, yaitu antara Islam dan Kristen selaku agama Abrahamaic. Perdebatan yang sering terjadi antara Islam dan Kristen ialah tentang Kristologi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pandangan Islam mengenai Yesus Kristus dan menanggapi dari perspektif iman Kristen tentang pandangan Islam mengenai Yesus Kristus.Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penulis menggunakan data seperti Al-Quran dan Alkitab, pendapat pakar terkait Kristologi Islam dan Kristen yang terdapat dalam buku maupun jurnal. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan dalam Kristologi Islam bahwa Isa dan Yesus adalah sama, Yesus beragama Islam dan Yesus adalah seorang nabi dan bukan Tuhan. Tanggapan dari perspektif iman Kristen berpendapat bahwaYesus tidak menciptakan agama, agama tidak menyelamatkan dan Yesus adalah nabi dan Tuhan. Jadi terdapat perbedaan Kristologi Islam dan Kristen pada natur Yesus dan doktrin keselamatan dalam Yesus.
Adaptasi Pelayanan Organisasi Gereja Di Masa Pandemi: Mengunggah Dampak Pandemi Bagi Pertumbuhan Gereja
Sabda Budiman;
Maharin;
Hengki Wijaya
SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2022): SOPHIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34307/sophia.v3i1.54
The COVID-19 pandemic is seen as one of the factors that can hinder the growth of the church. However, has the COVID-19 pandemic always had a negative impact on church organizations? The purpose of this study was written to observe and explain the positive impact of the pandemic on the growth of the church. The methods that researchers use are literature research methods and also field observations. This research resulted in the adaptation of church organization services for church growth during the pandemic, namely: First, Family-Based Discipleship. Second, the Virtual Church. Third, the Optimization of Church Diakonia. The Church is required to step out of her comfort zone and show her light in the middle of the world. Thus, the COVID-19 pandemic is not seen as a disaster for the church, but instead it has stimulated the growth of the church on the previously hard-to-reach side. Pandemi COVID-19 dipandang sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan gereja. Akan tetapi, apakah pandemi COVID-19 selalu membawa dampak negatif bagi pertubuhan gereja? Tujuan dari peneitian ini ditulis ialah untuk mengamati dan memaparkan dampak positif pandemi bagi pertumbuhan gereja. Metode yang peneliti gunakan ialah metode penelitian kepustakaan dan juga pengamatan lapangan. Penelitian ini menghasilkan adaptasi pelayanan organisasi gereja untuk pertumbuhan gereja di masa pandemi yaitu: Pertama, Pemuridan Berbasis Keluarga. Kedua, Gereja Virtual. Ketiga, Optimalisasi Diakonia Gereja. Gereja dituntut keluar dari zona nyaman dan menunjukkan terangnya di tengah dunia. Dengan demikian, pandemi COVID-19 tidak dipandang sebagai musibah bagi gereja, tetapi sebaliknya pandemi ini telah merangsang pertumbuhan gereja pada sisi yang sebelumnya sulit dijangkau.
BENANG MERAH PERJANJIAN: ANALISIS TEKS PERJANJIAN DAN PENGGENAPANNYA DI DALAM YESUS
Sabda Budiman;
Robi Panggara
Ra'ah: Journal of Pastoral Counseling Vol. 2 No. 1 (2022): June
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Kupang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
The Bible contains two great themes that are very dizziness, namely the Old Testament (OT) and the New Testament (NT). The concepts of these two agreements are very different. Therefore, many church schools arose because of these two concepts of the covenant. But basically these two agreements are not contradictory and contradictory. The two support each other and complement each other. Thus, the problem to be answered in this study is how the relationship between these two agreements and what is the basis of the relationship. The purpose of this study is to explain the relationship between the OT and the NT of the predetermined parts of the Bible. The methods used in this study are exegesis approaches and qualitative methods. As for the results of this study is all the covenants that God made with the patriarchs only as a picture of the main character, Namely Jesus Christ. All the themes discussed, the author wants to reveal that the common thread of the Bible and the main character discussed is Jesus Christ. God is faithful to His promises.
Implementasi Pelayanan Lintas Budaya dalam Gereja Berdasarkan Kisah Para Rasul 10:34-43
Jamin Tanhidy;
Priska Natonis;
Sabda Budiman
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (391.964 KB)
|
DOI: 10.53827/lz.v4i2.48
Cross-cultural evangelism is the duty of all believers without exception. In Acts 10 there is an interesting phenomenon related to cross-cultural service. In the verse it is recorded that the apostle Peter was given the task by God through a vision to go to Cornelius's place, to preach about Jesus. Cornelius was a Greek while the apostle Peter was Jewish. The Apostle Peter was a Jew who held strong Jewish customs. This shows the cross-cultural service that is happening. This article aims to describe the implementation of cross-cultural services based on Acts 10:34-43. The author uses descriptive qualitative research methods by analyzing data such as books and journals. From the results of the analysis, the authors found that the church needs to introduce Christ as a God who loves everyone, preach that everyone deserves salvation, deliver the news of peace through Jesus Christ to all, and deliver the news of peace through Jesus Christ to everyone. The church's awareness of the Great Commission of the Lord Jesus is one of them is to implement cross-cultural ministry, specifically in terms of evangelism.AbstrakPelayanan penginjilan lintas budaya merupakan tugas semua orang percaya tanpa terkecuali. Dalam Kisah Para Rasul 10 terdapat fenomena menarik berkaitan dengan pelayanan lintas budaya. Dalam ayat tersebut tercatat bahwa rasul Petrus diberi tugas oleh Tuhan melalui penglihatan untuk pergi ke tempat Kornelius, supaya memberitakan tentang Yesus. Kornelius adalah seorang Yunani sedangkan rasul Petrus adalah orang Yahudi. Rasul Petrus merupakan seorang Yahudi yang memegang kuat kebiasaan Yahudi. Hal tersebut menunjukkan adanya pelayanan lintas budaya yang terjadi. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan implementasi pelayanan lintas budaya berdasarkan Kisah Para Rasul 10:34-43. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menganalisis data-data seperti buku-buku maupun jurnal-jurnal. Dari hasil analisis tersebut penulis menemu-kan bahwa gereja perlu memperkenalkan Kristus sebagai Allah yang mengasihi semua orang, memberitakan bahwa semua orang berhak menerima keselamatan, menyampaikan berita damai melalui Yesus Kristus kepada semua orang, dan menyampaikan berita damai melalui Yesus Kristus kepada semua orang. Kesadaran gereja terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus salah satunya ialah dengan mengimplementasikan pelayanan lintas budaya, secara khusus dalam hal penginjilan.
Makna Penebusan Dalam Upacara Tiwah Sebagai Pendekatan Kontekstualisasi Injil
Ruat Diana;
Sabda Budiman;
Maharin Maharin
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (298.256 KB)
|
DOI: 10.46445/jtki.v2i1.381
Budaya dalam agama Hindu Kaharingan, yaitu budaya Tiwah merupakan sebuah bentuk budaya yang dengan pelaksanaan upacara yang unik. Dalam proses pelaksaannya, upacara tiwah mengandung prosesi yang beragam dan penuh makna. Melalui makna upacara tiwah ini, penulis mengadopsikannya sebagai kontekstualisasi media untuk menyampaikan Injil. Penulis memahami pemahaman makna dan selanjutnya Kristus dalam upacara tiwah yang dilakukan oleh umat Hindu Kaharingan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan penelusuran pelaksanaan upacara Tiwah melalui wawancara dan literatur yang ada, penulis mengkaji makna dalam upacara Tiwah tersebut yang kemudian disaring dengan metode yang mengubah, dan membuah dan firman Tuhan sebagai tolak ukurnya. Yesus sebagai korban dalam upacara tiwah, Yesus sebagai jalan menuju “Lewu Tatau” , dan Yesus sebagai pengantara antara manusia dan “Ranying Hatalla”. Poin-poin tersebut menjadi hasil pembahasan dalam pendekatan kontekstualisasi Injil dalam upacara Tiwah.
Makna Keselamatan Dalam Hukum Taurat Bagi Kehidupan Orang Percaya Masa Kini
Sabda Budiman;
Kristian Karipi Takameha
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 1 (2022): DPJTMG: Mei
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (242.825 KB)
|
DOI: 10.54170/dp.v2i1.96
Soteriology is a very important discussion in the Bible. The discussion of soteriology is a broad discussion. Almost all parts of the book contain the doctrine of salvation. Christians need to understand the meaning of the doctrine of salvation in the Old Testament and draw implications from the meaning of that doctrine of salvation. This study examines the doctrine of salvation in the Old Testament and the meaning of the doctrine of salvation in the Old Testament for the lives of today's believers. This study aims to explain the meaning of the doctrine of salvation in the Old Testament and its efficacy for today's believers. The authors used qualitative research methods with a descriptive approach. The meaning of the doctrine of salvation in the Old Testament for today's believers is to obey God's commandments, have a sincere heart, and live pleasing to God. Soteriologi (doktrin keselamatan) merupakan pembahasan yang sangat penting di dalam Alkitab. Pembahasan tentang soteriologi merupakan pembahasan yang luas. Hampir di dalam seluruh bagian kitab mengandung doktrin tentang keselamatan. Orang Kristen perlu memahami makna ajaran keselamatan dalam Perjanjian Lama dan menarik implikasi dari makna ajaran keselamatan tersebut. Penelitian ini mengkaji ajaran keselamatan di dalam Perjanjian Lama dan makna ajaran keselamatan dalam Perjanjian Lama bagi kehidupan orang percaya masa kini. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna ajaran tentang keselamatan dalam Perjanjian Lama dan imlikasinya bagi orang percaya masa kini. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan dekriptif. Adapun makna ajaran keselamatan dalam Perjanjian Lama bagi orang percaya masa kini ialah taat kepada perintah Allah, memiliki hati yang tulus, dan hidup berkenan kepada Allah.
Penerapan Fungsi Gereja Berdasarkan Kisah Para Rasul 2:42-47 Di Masa Pandemi
Katarina Katarina;
Sabda Budiman
Shalom: Jurnal Teologi Kristen Vol. 1 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Syalom Bandar Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (234.322 KB)
|
DOI: 10.56191/shalom.v1i1.2
The covid-19 pandemic is still sweeping the world today. The impact of this pandemic is also felt by the church so that the church is difficult to carry out its functions as a whole. The living church is the one that performs its functions. The early Church became a very good standard and example. This article formulates the problem of how the church functions based on Acts 2:42-47 during the pandemic? The purpose of this writing is to explain the application of the functions of the church in Acts 2:42-47 during the pandemic. The research method used in this study is qualitative research with library study approach which is the hermeneutic method of the Bible. The results of this study show that there are five functions of the church based on Acts 2:42-47, namely fellowship, discipleship, devotion, evangelism, and worship. In implementing these five church functions in the current pandemic situation, there are two applications, namely internal application that discusses building relationships with God and others, and internal application that includes community service and evangelism.