Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGUATAN KELOMPOK TANI MELALUI UPAYA PEMAHAMAN HAKIKAT KELOMPOK TANI Fabianus Gangkur; Astried Priscilla Cordanis; Inosensius Harmin Jandu
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 3 (2023): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i3.14887

Abstract

Abstrak: Pemerintah Kabupaten Manggarai terus berupaya untuk meningkatkan posisi tawar petani melalui kelompok tani. Melalui program strategis sistem manajemen pertanian terintegrasi (SIMANTI), pemerintah Kabupaten Manggarai mendorong petani untuk membentuk kelompok tani simantri yang bergerak di bidang hortikultura sejak tahun 2017. Namun upaya pemerintah tersebut belum memberikan hasil kemandirian petani dalam mengorganisir dirinya dalam kelembagaan kelompok tani. Berdasarkan survey awal dan hasil kajian menunjukkan bahwa kualitas kelompok tani simantri di Manggarai masih rendah. Tingkat keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok masih rendah. Rendahnya tingkat partisipasi tersebut, selain disebabkan oleh tingkat pengetahuan petani yang masih rendah, tetapi juga dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik yakni sebagai persyaratan administrasi penerimaan bantuan pemerintah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dipandang perlu memberikan penyuluhan dan edukasi tentang hakikat kelompok tani sebagai lembaga yang dibentuk atas inisiatif petani sendiri sekaligus untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi intrinsik kesatuan kelompok. Penyuluhan ini juga diberikan untuk merevitalisasi karakteristik kesamaan visi dasar pembentukan kelompok tani. Penyuluhan diberikan kepada 40 orang petani di kelompok tani simantri Desa Compang Dalo dan Desa Compang Namut, di mana kedua kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani kelas pemula. Sistem evaluasi yang digunakan adalah mengukur tingkat kehadiran dalam kegiatan kelompok tani dan pengukuran persepsi petani terkait hakikat kelompok tani. Setelah pelaksanaan penyuluhan diperoleh (a) tingkat kehadiran anggota kelompok mencapai 87,5%; (b) pengukuran persepsi petani terkait dengan pemahaman hakikat kelompok tani penting dalam peningkatan kesejahteraan petani mencapai 90%.Abstract: Through farmer associations, the Manggarai Regency Government continues to work to increase farmers' bargaining power. Since 2017, the Manggarai Regency administration has encouraged farmers to form Simantri farmer groups involved in horticulture through the integrated agricultural management system (SIMANTRI) strategic initiative. The government's efforts to support farmers' independence in organizing themselves in farmer group institutions, however, have not been successful. The first survey and the study's findings suggest that the Simantri farmer groups in Manggarai continue to have poor quality. Members still don't participate much in group activities. In addition to being a result of the farmers' limited understanding, the low level of engagement is also driven by extrinsic motivation, specifically as a prerequisite for getting government support. As a result of these issues, it is regarded necessary to offer extention and education about the nature of farmer groups as organizations established at the initiative of farmers as well as to foster greater knowledge and intrinsic motivation of group cohesion. Additionally, this extention was provided to revive the fundamental aspects of the shared idea of establishing farmer communities. In Compang Dalo Village and Compang Namut Village, where the two farmer groups were novice class farmer groups, extention was provided to 40 farmers in the simantri farmer group. The evaluation system is designed to gauge both farmer impressions of the nature of farmer groups and the degree of participation in farmer group activities. After extention began, it was discovered that: (a) group members' attendance had increased to 87.5%; and (b) farmer opinions of the nature of significant farmer groups in enhancing farmer welfare had increased to 90%.
PENINGKATAN PEMAHAMAN PERTANIAN ORGANIK KEPADA PETANI PADI SAWAH Astried Priscilla Cordanis; Maryance Vivi Murnia Bana; Fabianus Gangkur; Leonardus Deni Kantus; Noldianus Wagung
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 4 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i4.16167

Abstract

Abstrak: Risiko serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi pada usahatani padi sawah, terutama pada musim hujan, mengharuskan petani untuk mengorbankan biaya input yang lebih tinggi dalam mencegah dan memitigasi risiko yang mungkin terjadi. Semakin tingginya biaya yang dikorbandan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima petani. oleh karena itu, tujuan dari kegiatan pengabdian ini yaitu untuk memperkenalkan sistem pertanian organik sebagai salah satu alternatif meningkatkan produksi, dan menurunkan biaya produksi dalam mencapai peningkatan pendapatan. Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan yakni dengan metode penyuluhan yang dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Mitra dalam kegiatan pengabdian ini yaitu 30 orang petani padi sawah dan 20 anak muda yang berada di Desa Satar Luju, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, NTT. Pada tahap evaluasi diperoleh adanya peningkatan pengetahuan petani terkait dengan sistem pertanian organik melalui hasil perhitungan pre test dan post tes. Adapun peningkatan pengetahuan yang diperoleh sebesar 26%, dengan perolehan nilai > 60.Abstract: Lowland rice production has a comparatively greater risk of an pest and disease attacks, especially during the wet season, consequently farmers have to pay higher input prices in order to prevent and mitigate potential dangers. The quantity of money received by farmers is affected by how much is sacrificed. In order to enhance productivity and decrease production costs in order to increase income, the goal of this community service project is to promote organic farming techniques as a substitute. The three stages of the extention method, which is utilized for implementation, are preparation, implementation, and evaluation. In Satar Luju Village, West Satar Mese District, Manggarai Regency, NTT, 20 young people and 30 rice paddy farmers participated in this community service project as partners.. Through the analysis of pre-test and post-test findings, it was discovered during the evaluation stage that farmers' knowledge of the organic farming system had increased. With an acquisition value of over 60, the increase in knowledge is 26%.
AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI PENGEMBANGAN DESA WISATA BUDAYA PADA PERMUKIMAN TRADISIONAL Wahyuni Purnami; Wigbertus Gaut Utama; Fabianus Gangkur
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 5 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i5.17232

Abstract

Abstrak: Perubahan iklim telah menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian masyarakat perdesaan. Hal ini perlu disikapi dengan menentukan alternatif pendapatan bagi masyarakat. Salah satunya adalah melalui pengembangan desa wisata berbasis budaya. Inovasi tersebut perlu dilakukan dengan menyiapkan generasi muda dalam mempertahankan nilai-nilai budaya. Kegiatan pelatihan torok pada kelompok anak di Desa Golo Wua bertujuan meningkatkan keterambilan keterampilan torok pada anak-anak untuk menunjang proses internalisasi dan pelestarian nilai-nilai budaya. Selain itu, pengabdian ini bertujuan untuk membentuk kelompok minat budaya anak di Desa Golo Wua yang dapat menunjang terbentuknya desa wisata budaya di kemudian hari. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan kepada 20 orang anak di Desa Golo Wua. Keberhasilan kegiatan ini diamati melalui kemampuan yang dialami peserta pelatihan dampingan serta bentuk-bentuk komitmen yang muncul pada komunitas masyarakat di lokasi kegiatan. Hasil Hasil kegiatan menunjukkan 100% peserta kegiatan memiliki keterampilan adanya kemampuan dan keterampilan peserta kegiatan dalam melakukan torok. Selain itu, terbentuk pula kelompok minat budaya anak di Desa Golo Wua atas inisiatif tokoh masyarakat sebagai bentuk komitmen komunitas masyarakat untuk keberlanjutan program..Abstract: Climate change has led to a decline in agricultural productivity in rural communities. This needs to be addressed by identifying alternative sources of income for the community. One of them is the development of culture-based tourism villages. The innovation needs to be done by preparing the younger generation in preserving cultural values. Torok training activities for children's groups in Golo Wua village aim to improve children's torok skills to support the process of internalizing and preserving cultural values. In addition, this service aims to form a children's cultural interest group in Golo Wua Village that can support the formation of a cultural tourism village in the future. This activity was carried out in the form of training for 20 children in Golo Wua Village. The success of this activity is observed through the skills of the trained participants and the forms of commitment that emerge in the community at the site of the activity. The results of the activity showed that 100% of the participants had the skills to perform Torok. In addition, a children's cultural interest group was formed in Golo Wua village at the initiative of community leaders as a form of community engagement for program sustainability.
PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI TOMAT DI DESA COMPANG DALO Jandu, Inosensius Harmin; Hudin, Robertus; San, Selvianus; Budiman, Nikolaus Dionesius; Santu, Lorensius; Gangkur, Fabianus
JURNAL AGRIMANSION Vol 24 No 3 (2023): Jurnal Agrimansion Desember 2023
Publisher : Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v24i3.1583

Abstract

Sektor pertanian merupakan salah satu bagian penting dari kehidupan masyarakat, pertanian adalah salah satu bagian penting dari ekonomi nasional. Ini menunjukkan bahwa pertanian seharusnya menjadi pendorong ekonomi nasional dan merupakan komponen penting. Di Indonesia, pembangunan kawasan pertanian utama yang dipromosikan pemerintah memiliki tujuan. Meningkatkan produksi pertama dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Penyuluh pertanian melakukan penyuluhan tentang teknologi yang sesuai sebagai pembaharu aktif. untuk menentukan rencana bisnis petani terbaik. Dalam strategi, peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan digunakan. Keunggulan dan kelemahan merupakan komponen internal yang mempengaruhi pertumbuhan bisnis pertanian. Peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang peran penyuluh pertanian dalam meningkatkan pendapatan petani tomat Desa Compang Dalo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian berkontribusi pada peningkatan pendapatan petani tomat di Desa Compang Dalo. Hasilnya menunjukkan bahwa peran penyuluh memenuhi kriteria baik dan sedang, yang berarti bahwa peran tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan juga membantu menyelesaikan masalah dalam proses produksi petani dengan memberikan kegiatan penyuluhan secara konsisten.
Lejong Culture in Empowering Horticultural Farmer Groups in Golo Worok Village Ruteng Sub-District Manggarai District Jandu, Inosensius Harmin; Gangkur, Fabianus; Utama, Wigbertus Gaut; Payong, Polikarpus
Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian Vol. 9 No. 3 (2024)
Publisher : Department of Agribusiness, Halu Oleo University Jointly with Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia - Indonesian Society of Agricultural Economics (PERHEPI/ISAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37149/jimdp.v9i3.869

Abstract

The research was conducted to find out whether Lejong culture can empower the Golo Worok village farmer group, especially in terms of increasing human resources, such as skills and knowledge of economic fiber. The problem in this research focuses on how Lejong culture influences the capabilities of farmer groups in Golo Worok Village, Ruteng District, and Manggarai Regency. This research aims to find out how the influence of the non-governmental organization Ayo Indonesia empowers the Golo Worok Village Farmer Group and how the Farmer Group feels the process and its impacts. The data used in the research are primary data and secondary data. To obtain primary data, observation and interview methods were used. Secondary data was obtained through several kinds of literature according to research needs. The research results show that Lejong culture significantly influences the empowerment of Golo Worok Village farmer groups and that socialization and discussion are approaches packaged in Lejong culture. It is recommended that all stakeholders collaborate to optimize Lejong as a strategy to empower farmers.