Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Keterlambatan Penyelesaian C-check: Delay Maintenance Martina, Ayu; Suwondo, Edy; Yuniarti, Endah
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v8i1.76

Abstract

PT XYZ is one of the air transportation companies in Indonesia that experienced delays in completing C-check maintenance based on a predetermined schedule. The TAT (Turn Around Time) indicator is used to measure the performance in completing the maintenance at PT XYZ. This research aims to determine the factors that cause maintenance delays on the B737NG aircraft and minimize TAT delays. This research uses fishbone diagrams and Pareto diagrams to find the root causes. There are three main factors that cause the delays, namely due to lack of manpower, the process of waiting for material supply, and the length of time to process the findings. In order to strengthen the analysis, this research uses the Define Measure Analyze Improve Control (DMAIC) method with the support of FMEA to develop a table for the RPN values or risk priority scale. The calculation results show that the highest RPN value is not paying attention on the ratio of work to manpower, which gives an RPN value of 216. Then a solution is recommended to reduce the RPN value to become value 168 where the aim is to reduce the TAT delay in completing the C-check maintenance of PT XYZ’s Boeing 737NG aircraft.
Pembelajaran Dasar Teknologi Penerbangan Melalui Praktikum Fisika Sekolah Menengah Atas Mufti Arifin; Freddy Franciscus; Budi Aji Warsiyanto; Amat Chaeroni; Syarifah Fairuza; Ayu Martina; Muhammad Hadi Widanto; Rafika Arum Sari
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v6i1.9534

Abstract

Mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) membutuhkan praktikum untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep teori fisika dan aplikasinya, akan tetapi terdapat beberapa hambatan diantaranya butuh contoh konkret, keterbatasan laboratorium, keterbatasan alat dan bahan praktikum, alokasi waktu yang terbatas, dan pelaksanaan praktikum yang jarang. Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) oleh Fakultas Teknologi Kedirgantaraan Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma dilaksanakan dari tanggal 29 November 2022 sampai dengan 19 Januari 2023 dalam bentuk praktikum fisika ke Madrasah Aliyah (MA) Sahid Bogor, SMA Bintara Depok, SMAK Ign. Slamet Riyadi Jakarta, dan SMAN 109 Jakarta. PkM ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi penerbangan dan menawarkan solusi beberapa hambatan tersebut. Kegiatan dilaksanakan dalam 8 (delapan) sesi praktikum dengan tiap sesi terdiri dari 10 (sepuluh) modul dan tiap kelompok siswa bergiliran melaksanakan praktikum yang dipandu oleh dosen dan mahasiswa. Hasil PkM ini menunjukkan bahwa tim pelaksana melalui kegiatan PkM berhasil memberi pengalaman praktikum kepada 259 peserta sebanyak 5-8 modul dalam waktu 90-120 menit dan mendorong ketertarikan 63% peserta pada praktikum fisika. Modul dengan alat praktikum sederhana dan cara penyampaian yang menarik terbukti mudah dipahami oleh siswa meskipun masih perlu pengembangan dengan penambahan waktu dan jenis modul serta pengaturan pergantian antar kelompok yang lebih baik.Physics subject in senior high school requires practicum to increase students' understanding of the theoretical concepts of physics and their applications, but there are several obstacles including the need for concrete examples, limited laboratories, lack of practicum tools and materials, limited time allocation, and a rare practicum implementation. Community service by the Faculty of Aerospace Technology Marshal Suryadarma University was carried out from 29 November 2022 to 19 January 2023 in the form of physics practicum at Madrasah Aliyah (MA) Sahid Bogor, SMA Bintara Depok, SMAK Ign. Slamet Riyadi Jakarta, and SMAN 109 Jakarta aim to introduce aviation technology and offer solutions to some of these obstacles. The activity was carried out in 8 practicum sessions with each session consisting of 10 modules and each group of students took turns carrying out practicums guided by lecturers and students. The results of this PkM show that the implementing team, through PkM activities, succeeded in providing practical experience to 259 participants with 5-8 modules in 90-120 minutes and encouraging 63% of participants' interest in physics practicum. Modules with simple practicum tools and interesting delivery methods are proven to be easy for students to understand, although they still need development by addition of time and types of modules as well as better arrangements for switching between groups.
Menumbuhkan Motivasi Usaha Bakso Ikan Nila pada Rumah Tangga Pembudidaya melalui Pelatihan dan Pendampingan Kelompok di Desa Sigerongan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat Jasmine Nabila Ayoedya; Anggun Dwi Rizkika; Adek Srikandi Pertiwi; Ida Ayu Dampatyu Anja Anjanir; Marta Ade Saputra; Tia Pebrianti Santia; Ni Putu Ari Listuayu; Ayu Martina; Aylanitha Syailendraputri; Rizkiyah Rahmawati; Muhammad Junaidi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 4 (2023): Oktober-Desember 2023
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i4.6070

Abstract

Salah satu upaya dalam menyelesaikan persoalan penuruan harga jual ikan nila pada musim-musim tertentu dengan melakukan inovasi pada ikan nila yaitu melakukan pengolahan ikan nila menjadi bakso. Oleh karena itu dilakukan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan pelatihan dan pendampingan kelompok dalam upaya menumbuhkan motivasi usaha bakso ikan nila pada rumah tanggapembudidaya. Program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan Program Kerja Utama KKN Universitas Mataram Desa Sigerongan yang dilaksanakan empat tahapan, yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pelatihan dan pendampingan kelompok cukup berhasil meningkatkan motivasi usaha bakso ikan nila pada rumah tangga pembudidaya di Desa Siregongan.Pelatihan dan pendampingan kelompok merupakan teknik yang efektif dalam menumbuhkan motivasi usaha bakso ikan nila dan mempu meningkatkan peningkatan pemahaman dan keterampilan peserta sebesar 66.7 – 75 % dari sebelum dilakukan transfer pengetahuan dan praktek langsung teknologi pengolahan bakso ikan nila. Dengan demikian, perlunya peran berbagai stakeholder khusunya Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk senantiasa melakukan pelatihan dan pendampingan kelompok pada rumah tangga pembudidaya dalam upaya menumbuhkan motivasi usaha bakso ikan secara berkelanjutan.
Analisis Safety Performance Indicator Pada MRO Emergency Equipment PT. Dwi Angkasa Gunawan, Gia Aviani; Arifin, Mufti; Martina, Ayu
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v2i2.27

Abstract

ICAO Annex 19 mengenai Safety Management, menyatakan bahwa Safety Performance Indicator (SPI) merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja yang berhubungan dengan keselamatan. SPI dapat menjadi peringatan dini terhadap kondisi keselamatan kerja, memudahkan identifikasi kelemahan suatu tren, sehingga memudahkan untuk perbaikan serta peningkatan keselamatan kerja. PT Dwi Angkasa merupakan perusahaan AMO yang bergerak dibidang jasa perbaikan dan perawatan aircraft emergency equipment. Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan metode fishbone diagram dengan tujuan untuk mengetahui perubahan kondisi safety performance serta mengetahui faktor yang menjadi kontribusi pada perubahan kondisi safety di PT Dwi Angkasa pada tahun 2021 - 2022. Hasil perhitungan menunjukkan nilai SPI terbesar dan terkecil untuk divisi oxygen adalah 1, dan 0.03448, serta untuk divisi hydrostatic test sebesar 0.66667, dan 0.01754. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa adanya kemunduran kondisi safety, dan metode fishbone memperlihatkan faktor penurunan tersebut berkaitan dengan sikap dan perilaku, instruksi dan prosedur yang dijalankan, kondisi material dan mesin yang digunakan, serta kondisi lingkungan kerja dan tempat kerja yang tersedia.
Pengoperasian dan Pemeliharaan Smoke Generator serta Smoke Tunnel Sederhana Sebagai Alat Peraga Penunjang Pembelajaran Aerodinamika dengan Elektronika pada Siswa Menengah Kejuruan Agustianingsih, Riskha; Amat Chaeroni; Ayu Martina; Agus Sugiharto; Tri Susilo; Evi Endarti
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/jr32bw24

Abstract

Pendidikan vokasi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja dengan menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan industri, khususnya dalam bidang aeronautika yang berkembang pesat. Tantangan utama yang dihadapi SMK adalah keterbatasan fasilitas dan alat peraga, terutama dalam bidang aerodinamika dan elektronika. Alat peraga, seperti smoke generator dan smoke tunnel, sangat penting untuk mendukung pemahaman konsep yang sulit dipahami secara abstrak. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) oleh Jurusan Teknik Aeronautika Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di SMK dengan menyediakan alat peraga praktis dan pelatihan yang relevan. Program ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari universitas serta siswa SMKN 4 Depok dalam kegiatan yang mencakup sesi pengenalan, praktik langsung, dan evaluasi pemahaman. Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa, dengan 97% siswa memperoleh skor 70-100 setelah kegiatan, dibandingkan dengan 52% sebelum kegiatan. Evaluasi menggunakan skala Likert menunjukkan bahwa 68% responden sangat setuju dengan pemahaman materi, 64% merasa alat peraga membuat pembelajaran lebih menarik, dan 76% menyatakan alat peraga berguna untuk percobaan aerodinamika. Program ini berhasil meningkatkan pemahaman konsep aerodinamika secara keseluruhan dan dianggap efektif dalam mendukung pembelajaran di SMK. 
PENENTUAN MAINTENANCE NONDESTRUCTIVE TEST (NDT) DENGAN METODE MINIMUM SPANNING TREE wicaksono, Bayu; Mufti Arifin; Ayu Martina
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v9i2.152

Abstract

Dalam industri penerbangan, pesawat seringkali mengalami kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur pesawat, seperti akibat bird strike, foreign object debris (FOD), atau benturan dengan tangga pesawat. Untuk memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang, dibutuhkan inspeksi tak terjadwal yang dilakukan oleh personel Non-Destructive Testing (NDT). Namun, keterbatasan fasilitas NDT di berbagai bandara memerlukan adanya jaringan pemeliharaan yang terintegrasi, di mana tidak semua bandara memiliki fasilitas ini. Jaringan NDT biasanya hanya tersedia di bandara yang menjadi hub pemeliharaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan titik hub dalam jaringan NDT yang dapat menghubungkan setiap bandara dalam jaringan hub and spoke untuk memastikan aksesibilitas inspeksi pesawat yang lebih efisien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spanning Tree untuk mensimulasikan pemilihan titik hub yang optimal berdasarkan jarak antar bandara. Penelitian ini menggunakan 20 bandara sebagai stasiun pemeliharaan dan 40 sisi penghubung antara bandara hub dan bandara spoke. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tiga bandara yang terpilih sebagai titik hub optimal adalah Bandara Batam (dengan jarak optimal 1,109 NM), Bandara Jakarta (dengan jarak optimal 1,189 NM), dan Bandara Makassar (dengan jarak optimal 1,900 NM). Temuan ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan jaringan pemeliharaan NDT yang lebih efisien dalam memastikan kelayakan operasional pesawat. In the aviation industry, aircraft are often subjected to unexpected events that can cause damage to their structure, such as bird strikes, foreign object debris (FOD), or collisions with stairs. To ensure that an aircraft is airworthy, unscheduled inspections are conducted by Non-Destructive Testing (NDT) personnel. However, due to limited NDT facilities at various airports, there is a need for an integrated maintenance network, as not all airports have these facilities. NDT services are typically available only at airports that serve as maintenance hubs. The objective of this study is to determine the optimal hub locations within the NDT network that can connect all airports in a hub-and-spoke system, ensuring more efficient access to aircraft inspections. The method used in this study is the Spanning Tree algorithm to simulate the selection of optimal hub locations based on the distances between airports. The study utilizes 20 airports as maintenance stations and 40 connecting edges between hub and spoke airports. The simulation results indicate that the three optimal hub airports are Batam Airport (with an optimal distance of 1,109 NM), Jakarta Airport (with an optimal distance of 1,189 NM), and Makassar Airport (with an optimal distance of 1,900 NM). These findings can serve as a basis for the development of a more efficient NDT maintenance network to ensure aircraft operational readiness.  
Pelatihan Mekanisme Cara Kerja Contra-Rotating Pada Propeller Pesawat Terbang Agus Sugiharto; Amat Chaeroni; Martina, Ayu; Muhamad Jayadi
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 2 No. 2 (2025): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/54vhz343

Abstract

Pendidikan vokasi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja dengan menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan industri, khususnya dalam bidang aeronautika yang berkembang pesat. Tantangan utama yang dihadapi SMK adalah keterbatasan fasilitas dan alat peraga, terutama dalam bidang aerodinamika dan elektronika. Alat peraga seperti contra rotating propeller, sangat penting untuk mendukung pemahaman konsep yang sulit dipahami secara abstrak. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) oleh Jurusan Teknik Aeronautika Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di SMK dengan menyediakan alat peraga praktis dan pelatihan yang relevan. Program ini melibatkan dosen-dosen dan dua mahasiswa AMTO dari Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma serta 30 siswa/i SMK Penerbangan Bakti Nusantara Bekasi dalam kegiatan yang mencakup sesi pengenalan, praktik langsung, dan evaluasi pemahaman. Hasil pre-test dan post-test menunjukan peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa, dengan Program ini behasil meningkatkan pemahaman konsep secara keseluruhan dan dianggap efektif dalam mendukung pembelajaran di SMK, sebanyak 48% siswa memperoleh skor pre-test dalam rentang 10-60, sedangkan 52% mencapai skor 70-100. Namun, setelah kegiatan, terjadi peningkatan signifikan, dengan 70% siswa memperoleh skor 70-100 pada post-test, dan hanya 30% yang berada di rentang 10-60. Hasil ini mengindikasikan bahwa program ini secara signifikan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kinerja contra-rotating propeller pada pesawat terbang, serta efektivitas alat peraga dalam pembelajaran.   Vocational education in SMK is designed to prepare students to enter the workforce by adjusting the curriculum to industry needs, especially in the rapidly developing field of aeronautics. The main challenge faced by SMK is the limited facilities and teaching aids, especially in the fields of aerodynamics and electronics. Teaching aids, such as contra rotating propellers, are essential to support the understanding of concepts that are difficult to understand abstractly. The Community Service Program by the Aeronautical Engineering Department of Marshal Suryadarma Air Force University aims to improve the quality of education in SMK by providing practical teaching aids and relevant training. This program involves AMTO lecturers and students from Marshal Suryadarma Air Force University and students of Bakti Nusantara Aviation Vocational School Bekasi in activities that include introductory sessions, hands-on practice, and understanding evaluation. The results of the pre-test and post-test showed a significant increase in student understanding, with this program successfully improving overall conceptual understanding and being considered effective in supporting learning in school.
Perencanaan Pengadaan Spare Packing Dan Seal Pada Perusahaan XYZ Menggunakan Metode Reorder Point Belnov, Syaddad Husaini; Mufti Arifin; Ayu Martina
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v3i1.116

Abstract

Perusahaan jasa pemeliharaan pesawat udara tentunya memerlukan perencanaan dan juga pengendalian persediaan bahan baku agar proses produksi di perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu metode untuk perencanaan pengadaan spare part yaitu menggunakan metode Reorder Point yang merupakan salah satu metode untuk manajemen persediaan spare part dengan tujuan utama untuk meminimalisir atau menekan suatu terjadinya kekurangan persediaan stok spare part. Pada penelitan ini akan dilakukan perhitungan Reorder Point Spare part Packing dan Seal berdasarkan data penggunaan sebelumnya. Tahapan penelitian ini dengan mengumpulkan data penggunaan, menghitung Safety Stock dan standar deviasi, menghitung kebutuhan Spare Part, dan melakukan perhitungan Reorder Point. Sehingga diperoleh tujuan penelitian yaitu diketahui kebutuhan Spare Packing dan Seal dalam 1 tahun sebanyak 576 Packing dan 479 Seal, serta mengetahui kebutuhan Safety Stock yang sudah didapat sebesar 42,50 Packing dan 21,14 Seal. Sehingga nilai Reorder Point yang dihasilkan adalah 94,34 Packing dan 53,14 Seal. Reorder point merupakan kebutuhan distribusi spare packing dan seal untuk meminimalisir adanya kekurangan Spare Part dan nilai Reorder Point yang didapat sehingga bisa dilakukan pemesanan secara berkala dalam perbulan untuk 1 tahun yang akan datang.   Aircraft maintenance service companies certainly require planning and also control of raw material inventory so that the production process in the company can run well. One method for planning spare part procurement is using the Reorder Point method which is one method for spare part inventory management with the main objective of minimizing or suppressing a shortage of spare part stock. In this study, the Reorder Point calculation of Packing and Seal Spare parts will be carried out based on previous usage data. The stages of this research are by collecting usage data, calculating Safety Stock and standard deviation, calculating Spare Part needs, and calculating Reorder Point. So that the research objectives are obtained, namely knowing the need for Spare Packing and Seal in 1 year as much as 576 Packing and 479 Seal, and knowing the Safety Stock needs that have been obtained as much as 42.50 Packing and 21.14 Seal. So that the resulting Reorder Point value is 94.34 Packing and 53.14 Seal. Reorder point is the need for distribution of spare packing and seal to minimize the shortage of Spare Parts and the Reorder Point value obtained so that regular orders can be made per month for the next 1 year.
Analisis Key Perfomance Indicator Pada Bandara Outstation Daniel Frederick Romulus Ginting; Mufti Arifin; Ayu Martina
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 3 No. 1 (2024): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v3i1.119

Abstract

Seiring dengan perkembangan teknologi transportasi udara, bandara sangat berperan penting dalam mendukung aktivitas penerbangan. Bandara Outstation merupakan bandara di luar Bandara Base, sehingga sarana dan personil pemeliharaan tidak selengkap bandara base. Dalam mengelola Bandara Outstation, penting untuk memantau dan mengevaluasi kinerja bandara agar dapat menjamin kualitas layanan dan keamanan bagi para penumpang. Key Perfomance Indicator merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa baik kinerja suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.penelitian ini menyimulasikan perhitungan Key Perfomance Indicator berdasarkan kebutuhan Ground Support Equipment, ketersediaan dan kondisi GSE. Berdasarkan simulasi maka bandara outstation dengan Key performance terbaik adalah bandara kertajati, dilakukan pada 8 bandara dan 6 jenis GSE. Hasil simulasi dapat di gunakan untuk memantau kinerja outstation secara menyeluruh dengan bantuan mymaps. perbandingan Key Perfomance Indicator dari bandara outstation memiliki jumlah nilai kinerja Gas Turbin Compressor tertinggi 75% pada bandara Kertajati (KJT), dan untuk nilai terendah 0% nilai kinerja GTC pada bandara Minangkabau (PDG).   The development of air transportation technology, airports play a very important role in supporting flight activities. Outstation airports are airports outside the base airport, so the facilities and maintenance personnel are not as complete as the base airport. In managing outstation airports, it is important to monitor and evaluate airport performance in order to ensure the quality of service and safety for passengers. Key Performance Indicator is a tool used to measure how well an organization performs in achieving its goals. This research simulates the calculation of Key Performance Indicator based on Ground Support Equipment needs, availability and condition of GSE. Based on the simulation, the outstation airport with the best Key performance is Kertajati airport, carried out at 8 airports and 6 types of GSE. The simulation results can be used to monitor the overall performance of the outstation with the help of mymaps. Key Performance Indicator comparison of outstation airports has the highest number of Gas Turbin Compressor performance values of 75% at Kertajati airport (KJT), and for the lowest value 0% GTC performance value at Minangkabau airport (PDG).
MENINGKATKAN PELUANG KERJA LULUSAN SMK MELALUI PELATIHAN UAV UNTUK MENYELARASKAN DENGAN KEBUTUHAN INDUSTRI Martina, Ayu; Widanto, Muhammad Hadi; Rosadi, Imron
An-Nizam Vol 4 No 2 (2025): An Nizam: Jurnal Bakti Bagi Bangsa
Publisher : Universitas Islam 45 Bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/an-nizam.v4i2.11542

Abstract

The high unemployment rate among vocational high school graduates, particularly in the aviation sector, indicates a significant gap between students’ competencies and industry needs. This condition highlights the urgency of technology-based training to enhance graduates’ competitiveness, especially in the Industry 4.0 era marked by the rapid development of Unmanned Aerial Vehicle (UAV) technology. This community service program was carried out at SMK Gutama Jakarta, selected as a strategic partner due to its lack of prior UAV learning experience yet strong commitment to improving student competencies. The main objective of this program was to provide practical skills in UAV construction, understanding the principles of UAV electrical systems, introducing UAV simulators as interactive learning media, and developing knowledge of UAV supporting systems. The program was implemented through several stages, including socialization, UAV construction practices, electrical system training, simulator usage, and flight testing. The results showed a significant increase in students’ knowledge, with pre-test and post-test scores improving by 35.7%, along with enhanced technical skills in assembling and operating UAVs. Furthermore, evaluation questionnaires indicated a high level of student satisfaction, particularly in the hands-on training component. In conclusion, UAV training successfully improved the attitudes, knowledge, and skills of SMK Gutama students, preparing them to better enter the industrial workforce. Therefore, similar programs should be carried out continuously with school support to establish an independent vocational learning model aligned with industry needs.