Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

PELATIHAN HERO UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA PANTI ASUHAN Alfinuha, Setyani; Hadi, Bagus H; Sinambela, Frikson Cristian
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1413.12 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v10n1.p60-73

Abstract

This study aims to improve the psychological well-being of adolescent orphanages through psychological capital training. The psychological capital aspects provided in this training were hope, self-efficacy, resilience, and optimism (HERO). The material was conveyed using the experiential learning approach with lecturing, audio-visual method, written assignments, discussion, plays, and reflection. The research participants were 20 teenagers from Pelita orphanages (14-18 years) at Surabaya. The design chosen was one-group pretest-posttest design. Data were collected using The Ryff?s Scale of Psychological Well-being and analyzed using paired sample t-test with the help of SPSS 16.0 version. The result shows that there is a significant difference in participants? psychological well-being between before and after training was given. This proves that HERO training in this study is able to improve the psychological well-being of adolescent orphanages.Keywords: psychological well-being, psychological capital, teenage orphanages Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di Panti Asuhan Pelita melalui pelatihan modal psikologis. Aspek modal psikologis yang diberikan pada pelatihan ini yaitu hope, self-efficacy, resilience, dan optimism (HERO). Materi disampaikan menggunakan konsep experiential learning dengan metode lecturing, audio-visual, tugas tertulis, dikusi, permainan, dan refleksi. Partisipan penelitian yaitu 20 remaja (14 ? 18 tahun). Desain yang dipilih adalah one-group pretest-posttest design. Variabel kesejahteraan psikologis diukur menggunakan The Ryff Scale of Psychological Well-being. Analisis data kuantitatif menunjukkan perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pelatihan diberikan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat setelah diberi pelatihan HERO.
Pelatihan HERO untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Remaja Panti Asuhan Alfinuha, Setyani; Hadi, Bagus H; Sinambela, Frikson Cristian
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1413.12 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v10n1.p60-73

Abstract

This study aims to improve the psychological well-being of adolescent orphanages through psychological capital training. The psychological capital aspects provided in this training were hope, self-efficacy, resilience, and optimism (HERO). The material was conveyed using the experiential learning approach with lecturing, audio-visual method, written assignments, discussion, plays, and reflection. The research participants were 20 teenagers from Pelita orphanages (14-18 years) at Surabaya. The design chosen was one-group pretest-posttest design. Data were collected using The Ryff’s Scale of Psychological Well-being and analyzed using paired sample t-test with the help of SPSS 16.0 version. The result shows that there is a significant difference in participants’ psychological well-being between before and after training was given. This proves that HERO training in this study is able to improve the psychological well-being of adolescent orphanages.Keywords: psychological well-being, psychological capital, teenage orphanages Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal di Panti Asuhan Pelita melalui pelatihan modal psikologis. Aspek modal psikologis yang diberikan pada pelatihan ini yaitu hope, self-efficacy, resilience, dan optimism (HERO). Materi disampaikan menggunakan konsep experiential learning dengan metode lecturing, audio-visual, tugas tertulis, dikusi, permainan, dan refleksi. Partisipan penelitian yaitu 20 remaja (14 – 18 tahun). Desain yang dipilih adalah one-group pretest-posttest design. Variabel kesejahteraan psikologis diukur menggunakan The Ryff Scale of Psychological Well-being. Analisis data kuantitatif menunjukkan perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pelatihan diberikan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat setelah diberi pelatihan HERO.
Karakteristik Kepribadian Narapidana Kasus Pembunuhan Berencana Ditinjau dari Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 Rahel Gloria Natalia Abel; Setyani Alfinuha
Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi Vol. 5 No. 2 (2020): Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi
Publisher : Islamic Psychology Department, Dakwah Faculty of Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/psi.v5i2.1140

Abstract

Crime as premeditated murder is one of the main problems in Indonesia. The prevalence of murder cases tends to increase. Personality characteristics that play a role in the case of premeditated murder are unique. Prison convicts have varied and unique personality compared to people in general. A test uses to find out the personality traits that were needed to administer. Thus, the diagnosis and application of intervention were preciseness. The measuring instrument employed in this study was the Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2). This study aims to determine the psychopathological indications of convicted murder cases in MMPI-2. The sampling technique used purposive sampling with one participant planning murder who was serving a prison sentence of 20 years. The result is participants had a psychopathological predisposition to schizophrenia (84 = very high), paranoia (83 = very high), and hypomania (81 = very high). A prisoner with this kind of psychopathological predisposition tended to feel insecure, lonely, anxious, and depressed but sometimes also felt happy or have excessive energy. The participant also avoided social relations and did not want to involve emotions deeply. The results of MMPI-2 showed that the characteristics of schizophrenia, paranoid, hypomania might encourage someone to commit sadistic behavior such as serial killings
Pelatihan Emotional Intelligence untuk Meningkatkan Kemampuan Manajemen Konflik Pada Siswa SMA Natasha Gandhi; Putu Hening Wedanthi; Setyani Alfinuha
Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi Vol. 6 No. 2 (2021): Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi
Publisher : Islamic Psychology Department, Dakwah Faculty of Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/psi.v6i2.1465

Abstract

The purpose of this study was to see the effectiveness of emotional intelligence training in helping subjects overcome the conflict they were experiencing. Conflict is a situation where each other conflicts with each other. In the organisation's scope, namely the Student Council, conflict refers to disagreements between people or members of the Student Council. Improper application of conflict management can lead to unsanitary working conditions. It shows the importance of the intervention given to manage conflict, especially in the Student Council, which is through emotional intelligence training. The research design used was experimental (one group pretest-posttest) with 19 subjects (15-18 years). The training consisted of six sessions and was conducted over two days. The results obtained from this study were that there was a significant increase and change in the integrating type (p = 0.027, p<0.05) and compromising (p = 0.021, p<0.05). While the other types, namely domination, avoiding, and obliging, did not experience significant changes. Through emotional intelligence training, participants will learn how to control emotions so that when faced with problems, participants can use appropriate conflict management to solve these problems.
Menjadi Taruna Bahagia: Pelatihan Resiliensi untuk Meningkatkan Psychological Well-Being Taruna Akademi Angkatan Laut Andri Adi Wijaya; Eunike Setiawati; Setyani Alfinuha
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 9, No 2 (2020): Volume 9, Issue 2, Juli 2020
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v9i2.3913

Abstract

Pergantian kurikulum di tengah masa studi mengharuskan para taruna angkatan X beradaptasi dengan situasi pendidikan yang berbeda, kegiatan lebih padat dan menekan. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan psikologis salah satunya rendahnya psychological well-being. Padahal psychological well-being penting dimiliki para taruna untuk mengoptimalisasikan potensinya dalam menempuh pendidikan militer. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan psychological well-being para taruna adalah memberikan pelatihan resiliensi. Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Pelatihan resiliensi pada penelitian ini menggunakan mastery resiliency training (MRT) yang khusus diberikan pada anggota militer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh  MRT dalam meningkatkan psychological well-being taruna yang menjalani pendidikan militer. Partisipan penelitian yaitu para taruna angkatan X yang berjumlah 30 orang. Desain penelitian yang dipilih adalah one-group pretest-posttest design. Variabel psychological well-being diukur menggunakan The Ryff Scale of Psychological Well-being dan dianalisis dengan metode kuantitatif uji beda dan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan resiliensi atau MRT mampu meningkatkan psychological well-being para taruna angkatan X.
Berdamai dengan Diabetes: Pengelolaan Stres untuk Meningkatkan Efikasi Diri Penderita Diabetes Setyani Alfinuha; Hartanti Hartanti; Ktut Dianovinina
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 13 No. 2 (2021): Jurnal Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol13.iss2.art1

Abstract

ABSTRACT: People with diabetes require complex and demanding daily medication adherence. If self-efficacy in dealing with diabetes is low, it might worsen the physical and  psychological condition of people with diabetes. This study aims to determine the effect of cognitive-behavioral stress management in improving diabetes management self-efficacy. The participants of this study was middle-aged women with type 2 diabetes mellitus. This study employed mixed-method by combining the quantitative research method in the form of a single-case experiment and qualitative research method in the form of a case study. The study was conducted on the two participants who had low self-efficacy in carrying out care as diabetics. Cognitive-behavioral stress management interventions given to participants showed that participants experienced an increase in diabetes management self-efficacy.Key words: Self-efficacy, type 2 diabetes mellitus, cognitive-behavioral stress anagement, stress management
Bahagia dalam Meraih Cita-cita: Kesejahteraan Subjektif Mahasiswa Teknik Arsitektur Ditinjau dari Regulasi Emosi dan Efikasi Diri Setyani Alfinuha; Fathul Lubabin Nuqul
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Psychology and Health - Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2837.641 KB) | DOI: 10.21580/pjpp.v2i1.1357

Abstract

Abstract: Subjective well-being is people’s evaluation of they life. It includes evaluation about cognitive and affective. People have higher subjective well-being, they have a more positive affective or good feelings and satisfied with the life they have. Contrary, people who have lower subjective well-being tend to overcome negative feelings in him. Therefore, subjective well-being is very important in the life of every individual is no exception to the new students. There are many factors that influence the subjective well-being such as sex, religion, education, intelligence emotion regulation and self efficacy. This study focused on the influence of self efficacy and regulasi emosi toward subjective well-being. This study aims to look at the effects of self-efficacy and emotion regulation towards students’s subjective well-being. The study involved 107 new students majoring in engineering architecture that consists of 51 men and 56 women This study uses a quantitative approach which is measured using four scales that is Possitive and Negative Affect Schedule (PANAS) and Satisfaction with Life Scale (SWLS), General Self efficacy (GSE), and Emotion Regulation Questionnaire (ERQ) to measure emotion regulation. The results show that there is the influence of self-efficacy and emotion regulation on subjective well-being. Simultanously, self-efficacy and regulation of emotions influence subjective well-being of 32.5% to the subjective well-being. But partialy, self efficacy more has contribute to subjective well-being, than emotion regulation.Abstrak: Subjective well-being merupakan evaluasi individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif dan afeksi. Individu dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami lebih banyak afeksi positif atau perasaan menyenangkan dan puas atas kehidupan yang dimiliki. Sebaliknya, orang yang memiliki subjective well-being rendah cenderung diliputi perasaan-perasaan negatif dalam dirinya. Oleh sebab itu, subjective well-being sangat penting dalam kehidupan setiap individu tidak terkecuali pada mahasiswa baru. Ada banyak faktor yang mempengaruhi subjective well-being antara lain jenis kelamin, religiusitas, pendidikan, kecerdasan, regulasi emosi dan self efficacy. Penelitian ini mem­focus­kan tentang pengaruh efikasi diri dan regulasi emosi terhadap subjective well-being. Penelitian ini melibatkan 107 orang mahasiswa baru jurusan teknik arsitektur yang terdiri dari 51 orang laki-laki dan 56 orang perempuan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang diukur menggunakan empat skala yaitu Possitive and Negative Affect Schedule (PANAS), Satisfaction with Life Scale (SWLS), General Self efficacy (GSE) dan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ). Analisis yang dilakukan adalah analisis deskripsi dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh self efficacy dan regulasi emosi terhadap subjective well-being. Secara bersama-sama, self efficacy dan regulasi emosi mempengaruhi subjective well-being sebesar 32,5%terhadap subjective well-being. Secara terpisah, self efficacy memberikan sumbangan sebanyak 21,62% dan regulasi emosi sebanyak 3,53% terhadap subjective well-being.
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER PADA NARAPIDANA KASUS PEMBUNUHAN Gazhella Stefy Pertiwi; Nido Dipo Wardana; Setyani Alfinuha
Ristekdik : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 7, No 1 (2022): Ristekdik : Jurnal Bimbingan dan Konseling - Januari-Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/ristekdik.2022.v7i1.11-21

Abstract

Antisocial Personality Disorder (ASPD) merupakan salah satu gangguan kepribadian yang dapat menyebabkan seorang individiu melakukan perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai di masyarakat. Narapidana khususnya pada kasus kekerasan dan pembunuhan banyak dikaitkan dengan ASPD. Penelitian ini bertujuan melihat dinamika psikologis narapidana kasus pembunuhan dengan ASPD. Peneliti juga akan melihat adanya faktor kemungkinan lain yang menyebabkan individu melakukan tindakan menyimpang. Metode pengambilan data pada penelitian dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan alat tes psikologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASPD merupakan salah satu penyebab terjadinya perilaku kriminal pembunuhan. Namun, ASPD bukan merupakan faktor tunggal penyebab terjadinya perilaku kiriminal pembunuhan. Kombinasi antara ciri kepribadian antisosial, hambatan kognitif, dan kondisi lingkungan berkontribusi pada munculnya perilaku pembunuhan dalam kasus ini.
PELATIHAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENINGKATKAN TEACHER EFFECTIVENESS PADA GURU SEKOLAH DASAR Cindy Adhianty Tupan; Setyani Alfinuha
Ristekdik : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 6, No 2 (2021): RISTEKDIK : JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING - JULI-DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/ristekdik.2021.v6i2.245-250

Abstract

Peran guru sangat penting dalam mendukung performa akademik dan prestasi siswa. Pentingnya peran guru terkadang tidak diimbangi dengan keterampilan efektivitas guru dalam mengajar (teacher effectiveness). Pengukuran awal penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa teacher effectiveness tergolong rendah. Padahal teacher effectiveness penting dimiliki guru untuk menunjang proses mengajar. Oleh karena itu peneliti berupaya memberikan pelatihan emotional intelligence untuk meningkatkan teacher effectiveness. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan emotional intelligence dalam meningkatkan teacher effectiveness pada guru. Partisipan penelitian ini berjumlah 21 guru di salah satu sekolah dasar di Surabaya. Penelitian ini merupakan sebuah quasi-experiment dengan menggunakan non-randomized one group pre-test post-test design. Pelatihan terdiri dari enam sesi yang dibagi dalam tiga pertemuan. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda menggunakan aplikasi SPSS 16.0. Hasil intervensi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan teacher effectivenesspada guru setelah diberikan pelatihan. Follow-up dilakukan dua minggu setelah pelatihan diberikan. Hasil follow-up menunjukkan bahwa tingkat teacher effectiveness cenderung tetap sehingga dapat disimpulkan bahwa efek pelatihan relatif bertahan pada partisipan penelitian.
Menjadi Pensiunan Optimis dan Tangguh : Korelasi Optimisme dan Resiliensi pada Pensiunan TNI-AL Kinanti Astria Purnama Putri; Setyani Alfinuha
Psycho Idea Vol 19, No 1 (2021): Psycho Idea
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.081 KB) | DOI: 10.30595/psychoidea.v19i1.7737

Abstract

Saat memasuki masa pensiun, Tentara Nasional Indonesia akan menghadapi berbagai perubahan, misalnya dalam hal keuangan, status, aktivitas, dan lain-lain. Perubahan tersebut membutuhkan kemampuan untuk penyesuaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan resiliensi pada pensiunan TNI-AL. Subjek pada penelitian ini adalah pensiunan TNI-AL (30 partisipan). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tipe non probability sampling: purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala resiliensi (Resilience Scale), dan Life Orientation Test-Revised (LOT-R). Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme dengan resiliensi pada pensiunan TNI-AL (p = 0,001; r = 0,563). Semakin tinggi optimisme seorang pensiunan, maka semakin tinggi pula resiliensi individu tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Jadi saat individu memiliki tujuan dan yakin bahwa hal yang akan terjadi di masa depan adalah hal yang baik, akan membuat individu tersebut memiliki kapasitas kemampuan beradaptasi (resiliensi) yang baik.