Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

The Effect of Warm Water Compress on the Vagina on the Healing of Perinium Wounds in Post Partum Mothers Wiwit Fetrisia; Ulfa Esterina; Meka Melani Sari; Ismul Ismul; Firdawati Firdawati
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 15 No 2 (2024): Jurnal Kesehatan
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v15i2.1155

Abstract

Background: Based on data from the World Health Organization (WHO) in 2017, around 830 women died every day due to complications during pregnancy or childbirth. In Indonesia, 75% of women who give birth vaginally experience perineal wounds and some of these wounds have the potential to become infected. In the Tanjung Emas Community Health Center working area, out of 23 post partum mothers, 4 people (27%) experienced slow wound healing. One cause of infection is poor perineal care. The cause of the high infection rate is due to a decrease in the body's resistance in mothers who are susceptible to infection. To reduce the risk of maternal death globally from 216.1 million live births in 2015 to 70 per 100,000 live births in 2030.Purpose:The purpose of this research is to determine the effect of warm water compresses on the vagina on healing perineal wounds in post-partum mothers. Methods: The design of this research is a two-group post test only control group design. The population in this study was all postpartum mothers (0-40 days) from December-March 2024 who gave birth in the Tanjung Emas Community Health Center Working Area, namely 23 people. The sampling technique used is a non-probability sample using the sampling technique method in this research using purposive sampling, namely 8 intervention groups and 8 control groups.Results: The results of this study were that the average wound healing was 5.5 and in the Control Group 6.5 days with a mean difference of 1 day and SD = 0.926. The results of calculations using the Paired T-Test showed p value = 0.039 (p < 0.05), which means Ho is rejected and Ha is accepted, meaning there is a significant influence between the effect of warm water compresses on the vagina on healing perineal wounds.Conclusion: Further research may be carried out to develop research on other effective methods for healing perineal wounds in pregnant women.
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2013 Wiwit Fetrisia; Siti Nurhasanah
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 4 No 1 (2013)
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v4i1.182

Abstract

Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang berperan dalam meningkatkan kesakitan dan kematian meternal-perinatal. Insiden Ketuban Pecah Dini berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran di dunia. Kasus ketuban pecah dini di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013 mencapai 9,06% dari seluruh persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dilakukan menggunakan rancangan penelitian secara case control. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 di RSUD Achmad Mochtar Bukittingi dan sampel sebanyak 280 orang diambil secara total sampling terdiri dari 140 orang kasus dan 140 orang control. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari data rekam medik rumah sakit. Analisa data dilakukan dengan uji statistic Chi square. Hasil penelitian menunjukan dari 280 responden sebanyak 56,4% berada pada usia 20-30 tahun dengan nilai p=0,549, 92,9 % berada pada paritas kurang atau sama dari tiga dengan nilai p=0,824, 96,4 % tidak mengalami kelainan letak dengan nilai p=0,570, 99,3% tidak mengalami hamil gemelli dengan nilaip=0,367. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur,paritas, kelainan letak dan gemelli terhadap kejadian ketuban pecah dini. Diharapkan bagi tempat penelitian dapat meningkatkan kualitas asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini untuk menghindari terjadinya komplikasi bagi ibu maupun bayi karena kejadian ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti faktor resikonya karena ibu yang dianggap memiliki faktor resiko maupun tidak sama-sama memiliki peluang untuk mengalami insiden ketuban pecah dini.
HUBUNGAN PARITAS, UMUR, DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2013 Lismarni Lismarni; Wiwit Fetrisia
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 4 No 1 (2013)
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v4i1.191

Abstract

Survey yang dilakukan antara bulan Januari 2013 sampai Desember 2013 telah didapatkan 54 kasus prolapsus uteri di RSUD DR. Achmad Mochtar Bukittinggi, dari 54 kasus tersebut sebagian besar adalah jumlah seluruh ibu yang pernah melahirkan dengan paritas tinggi dengan usia antara 25-44 tahun dan 45-64 tahun. Sedangkan paling sedikit berusia antara 15-24 tahun. (Rekam medik RSAM, 2013). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hubungan paritas, umur, dan jenis persalinan dengan kejadian prolapsus uteri. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control yang dilaksanakan di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada Juni 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin bulan Januari sampai Desember Tahun 2013 yang berjumlah 1545 orang. Sampel berjumlah 108 responden yang terdiri dari 54 responden pada kelompok kasus dan 54 responden pada kelompok kontrol. Data dianalisis secara bivariat untuk melihat besarnya risiko dengan menggunakan uji chi square dengan melihat nilai OR dan p value pada CI 95% dan alpha 0,05. Hasil uji statistik hubungan paritas dengan kejadian prolapsus uteri didapatkan nilai OR 6,400 dan hubungan umur dengan kejadian prolapsus uteri OR 2,483, dan hubungan jenis persalinan dengan kejadian prolapsus uteri didapatkan nilai OR 4,375. Dapat disimpulkan bahwa paritas, umur, dan jenis persalinan merupakan faktor risiko kejadian prolapsus uteri di RSUD Achmad Muchtar tahun 2013. Disarankan tenaga kesehatan dapat memberi asuhan dan informasi yang lengkap tentang prolapsus uteri pada ibu bersalin yang melakukan kunjungan ke ruang kebidanan RSUD Ahmad Mochtar Bukittinggi.
EVALUASI KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI PUSKESMAS KP. BARU PADUSUNAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2014 Lismarni Lismarni; Wiwit Wiwit Fetrisia
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 5 No 2 (2014)
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v5i2.225

Abstract

Pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan puskesmas salah satunya adalah pemeriksaan antenatal, yaitu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya. Salah satu caranya adalah membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kalahiran dan memberikan pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan Antenatal Care (ANC). Desain penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan secara objektif, dengan kata lain menggambarkan keadaan responden sebagaimana adanya. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kp. Baru Padusunan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan puskesmas yang berjumlah 6 orang bidan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan bidan tentang penggunaan pedoman kerja dalam pelaksanaan ANC dalam kategori baik. Sikap bidan dalam pelaksanaan ANC masih terdapat bidan yang belum benar atau belum tepat dalam memberikan pelayanan ANC. Hasil observasi kelengkapan alat di puskesmas Kp. Baru Padusunan sudah memiliki peralatan yang lengkap dalam pelayanan ANC. Hasil penelitian bidan tentang pelaksanaan monitoring bidan dalam pelayanan ANC sudah sesuai pedoman dan monitoring dilakukan oleh kepala puskesmas baik secara langsung maupun tidak langsung dan pelaksanaannya dilakukan 1 (satu) bulan sekali untuk mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan bidan puskesmas.
Pengaruh Masase Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Skala Nyeri Disminore Pada Siswi Kelas IX MTsN 1 Bukittinggi Tahun 2014 Siti Siti Nurkhasanah; Wiwit Wiwit Fetrisia
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 5 No 2 (2014)
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v5i2.231

Abstract

Disminore merupakan nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi dan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari. Masase effleurage merupakan salah satu metode non farmakologis yang dianggap efektif dalam menurunkan nyeri mengunakan prinsip teori gate kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh masase efflleurage terhadap penurunan intensitas skala nyeri disminore pada siswi kelas IX MTsN 1 Bukittinggi yang dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2014 sampai dengan 20 September 2014 dengan populasi 65 orang dan sampel 16 orang. Desain penelitian Quasi Experiment dengan One Group Pretest – Posttest. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- rata penurunan intensitas skala nyeri pre-test 4.50 dan rata- rata penurunan skala nyeri post–2.06. Hasil uji statistik menggunakan paired t-test diperoleh P = 0.000 (α = 0,05), yang berarti P lebih kecil dari α < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh masase effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri disminore pada siswi MTsN 1 Bukittinggi tahun 2014. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan para remaja yang mengalami disminore dapat mengunakan masase effleurage untuk mengurangi nyeri disminore.
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN Yanti Puspita Sari; Wiwit Fetrisia
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 6 No 1 (2015)
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v6i1.238

Abstract

Komunikasi Terapeutik adalah bagian penting dalam suatu layanan kesehatan terutama pada asuhan persalinan normal. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2014 di BPM yang dipilih secara acak di Bukittinggi, didapatkan 4 dari 5 ibu bersalin yang mendapat perlakuan komunikasi terapeutik memberikan respon positif dalam menanggapi nyeri persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan intensitas nyeri pada persalinan kala I di BPM B Bukittinggi. Penelitian merupakan penelitian observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan agustus-september 2014 di BPM B dengan sampel sebanyak 30 orang dengan teknik Accidental Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian didapatkan lebih dari sebagian responden mendapatkan pelayanan komunikasi terapeutik yang baik dari bidan yaitu 60% (18 responden), sebagian responden mengalami nyeri ringan, yaitu 50% (15 responden), dan hasil uji statistik hubungan komunikasi terapeutik dengan intensitas nyeri pada persalinan didapatkan p value = 0,017 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik dengan intensitas nyeri pada persalinan kala I di BPM B Bukittinggi tahun 2014. Diharapkan pada instansi pelayanan khususnya bidan, agar dapat menerapkan komunikasi terapeutik disetiap melayani kliennya, tidak hanya saat persalinan saja, tetapi semua pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Stunting The effectiveness of health education about infant young child feeding on the knowledge and attitudes of pregnant women about stunting and stunting prevention Wiwit Fetrisia; Lady Wizia; Suci Rahmadheny
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 15 No 3 (2024): Jurnal Kesehatan Volume 15 Nomor 3 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v15i3.1153

Abstract

 Background: The stunting rate in Indonesia in 2022 was 21.6%. I was reduced when compared to the SSGI data in 2021 of 24.4%. Stunting prevention is a much more effective step than stunting treatment itself. Prevention of stunting can be done by optimizing the role of mothers in the golden phase of child development. Stunting can be prevented by implementing infant and child feeding, which consists of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), exclusive breastfeeding, and timely initiation of complementary feeding. Unfortunately, the achievement of this component of infant and child feeding practices is still far from the target. In 2022, the percentage of infants who received exclusive breastfeeding was 69.7%.Purpose: To determine the influence of Infant Young Child Feeding education on the knowledge and attitudes of pregnant women in the practice of proper feeding of children as a prevention of stunting.Methods:The research method was quasi-experimental design, This study took place in the Kapau and IV Koto Health. The population and sample of the study were pregnant women. 57 pregnant women became samples of this study who taken using consecutive sampling. The intervention in this study was health education of Infant and Young Child Feeding material developed from a module issued by WHO, namely: Infant and Young Child Feeding Counseling: An Integrated Course. Measurement of knowledge and attitudes was carried out before and after the intervention using a questionnaire.Results: The results showed that knowledge and attitudes before and after the intervention obtained a ? Value of 0.00 (<0.05), so it can be concluded that there is a significant difference in knowledge anda attitude between before and after the intervention. Conclusion: This study found that there was significant difference in knowledge anda attitude between before and after the intervention. it is recommended that health workers can optimize the prevention of stunting using health education.
Effectiveness of Tui Na Massage on Eating Frequency in Batita Children at The Working Area of Lubuk Alung Puskesmas, Padang Pariaman District, 2020 FETRISIA, WIWIT; Mulia, Gelisma; Rahmadheny, Suci
International Health Sciences Journal Vol. 1 No. 1 (2023): IHSJ Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : Rajaki of Tulip Medika Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61777/ihsj.v1i1.14

Abstract

Background: Children's health needs attention, especially children who don't like to eat so they need direction to increase their appetite. Children who are stunted due to lack of food intake and recurrent diseases, especially infectious diseases that can increase metabolic needs and reduce appetite. Objective: To know the effectiveness of tui na massage on eating frequency in children Methodology: This type of research is Quasy Experiment with One-Group Pretest-Post-Test design, namely the grouping of experimental groups. This study examines the changes that occur in groups after the experiment (treatment). Result: The research results showed that there was a relationship between nutritional status (p= 0,013), years of work (p= 0,026), smoking habits (p= 0,026), and the physical environment (p=0,005) with a length of work. The results showed that the average frequency of eating toddlers before the Tui Na massage intervention was 1.33, the average frequency of eating toddlers after the Tui Na massage intervention was 2.33, there were differences in the frequency of toddler eating by Tui Na massage interventions and which is not done Tui Na massage intervention, less effective Tui Na massage is done to increase the frequency of feeding on toddlers. Conclusion: Based on the results of this research, it can be concluded that there is a relationship between nutritional status, length of service, smoking habits, and the physical environment and job satisfaction among workers.
Analysis of Psychological Problems of Postpartum Blues: Literature Review Safaringga, Miranie; Fetrisia, Wiwit; Rahmi, Fani Syinthia; Dahlan, Febry Mutiariami
International Health Sciences Journal Vol. 1 No. 1 (2023): IHSJ Vol 1 No 1 (2023)
Publisher : Rajaki of Tulip Medika Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61777/ihsj.v1i1.34

Abstract

Background: The postpartum period is a transitional period associated with many physical and emotional changes for women. The vulnerability to change can lead to problems such as postpartum blues. This condition shows mood changes, crying, sleep disturbances and fatigue, which can be caused by biological, psychological and social and cultural factors. This condition can cause harm to the mother's own health, the health of the baby, and the surrounding environment. Objective: To analyze the psychological problems of postpartum blues. Methodology: the method used in this writing is a literature review study. The databases used in the source search are PubMed, JAMA, Google Scholar, Scimago and Medline. The inclusion criteria for the search for literature sources used were the publication of articles from 2014 to 2023, articles indexed by Scopus or at least Sinta 4 in English, and full articles. The search keywords are postpartum psychological, baby blues, postpartum blues. Literature analysis using PICOT (Population, Intervention, Comparison, Outcome, and Time). Results: The total number of articles used for analysis was 7 out of 20 articles that met the inclusion criteria. Conclusion: susceptibility to change during the transitional period is at risk of causing problems such as postpartum blues. This condition shows mood changes, crying, sleep disturbances, and fatigue. Which can be caused by biological, psychological and social, and cultural factors. This condition can cause harm to the mother's own health, the health of the baby, and the surrounding environment.