Arhamuddin Ali, Arhamuddin
STKIP Kusuma Negara

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MENGETAHUI THE MASCOTS SEBAGAI IDENTITAS KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI KAJIAN VISUAL DAN MUSIK Haeril, Fachmi Khadam; Ali, Arhamuddin
Jurnal Warna Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengetahui The Mascots sebagai Identitas Kebudayaan Indonesia Melalui Kajian Visual dan Musik merupakan karya tulis yang bertujuan untuk meneliti dua aspek, yaitu unsur kebudayaan yang terdapat dalam karya The Masocts, dan proses mengetahui karya tersebut sebagai identitas kebudayaan Indonesia.  Studi kasus ini menganalisis aspek visual dan musikal yang kemudian dianalisis menggunakan konsep pengetahuan Aquinas dan kesan Leibniz. Penelitian ini menyimpulkan bahwa The Mascots memuat unsur visual dan musikal yang berasal dari berbagai macam latar belakang kebudayaan Indonesia. Selain itu, mengetahui karya ini sebagai identitas kebudayaan Indonesia yang kaya akan keberagaman diketahui dengan cara mengungkap aspek universal, yaitu kesatuan karya yang mengandung unsur-unsur spesifik sebagai ciri dari paduan keberagaman.
MUSIK KERONCONG SEBAGAI MEDIA PENANAMAN SIKAP ANTI KORUPSI (Studi Kasus Pada Festival Musik Keroncong “Jangan Korupsi” di Bogor) Rukmana, Indra; Ali, Arhamuddin
Jurnal Warna Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus korupsi di Indonesia sudah membudaya. Segala lini kehidupan baik itu keagamaan, pendidikan, kebudayaan dll, sudah terjangkit korupsi. Berbagai kasus korupsi sudah banyak terjadi, seperti korupsi pembuatan patung anti korupsi di Pekanbaru, penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, kasus Setya Novanto dan masih banyak lagi. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya lahir gerakan untuk melawan budaya korupsi. Salah satu gerakan tersebut dilakukan dalam bidang musik. Seperti yang dilakukan Sekolah Pilar di Bogor, ada satu kegiatan festival musik keroncong dengan melombakan lagu-lagu keroncong yang bertema “Jangan Korupsi”. Maka dari itu, peneltian ini akan mencari dua hal, yaitu alasan memilih musik keroncong sebagai media penanaman sikap anti korupsi, serta mengetahui cara musik keroncong dijadikan media penanaman sikap anti korupsi. Studi kasus ini akan mengumpulkan data kualitatif dari hasil pengamatan, wawancara, analisis dokumen. Data akan dianalisis menggunakan teknik trianggulasi dan di dialogkan dengan konsep musik dan gerakan politik dari Cogan dan Kelso
MUSIC IN INDONESIA ON THE IDEOLOGICAL DEBATES IN THE SOEKARNOIAN ERA Ali, Arhamuddin
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.052 KB) | DOI: 10.31091/jomsti.v2i1.602

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang posisi musik pada perdebatan ideologi di Indonesia era Soekarno. Debat ideologi yang maksud yaitu antara konsep Soekarno tentang Nasakom (akronim Nasionalisme, Agama, Komunis atau Nasionalisme, Agama, Komunis) dan ideologi pasar (hiburan). Masing-masing ideologi ini mempengaruhi realitas musik pada waktu itu, baik kreasi maupun presentasinya. Berdasarkan hal tersebut, data tulisan ini berasal dari berbagai sumber daya, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan rekaman audio dan video. Data tersebut dianalisis menggunakan konsep seni dan ideologi Davis dan konsep seni dan identitas Navits. Ada tiga kesimpulan yang dibuat, yaitu, pertama, Indonesia di era Soekarno dilakukan untuk mencari identitas dengan menginventarisasi musik lokal di Indonesia dan memperkenalkan ke arena internasional; kedua, Soekarno melepaskan diri dari budaya Nekolim dengan mengkategorikan musik yang baik dan yang buruk untuk Indonesia; dan ketiga, terjadi perdebatan ideologi antara musisi dan pemerintah dalam politik kebudayaan Indonesia era Soekarno. Perdebatan ini telah menempatkan musik sebagai bidang yang tidak netral dan pada kenyataannya sebagai bahasa traumatik yang muncul dari keinginan personal pencipta.  
Relevansi Selera Musikal dengan Politik Golongan di Indonesia Era Soekarno Ali, Arhamuddin
PANTUN Vol 1, No 1 (2016): Pra Modern, Modern, Post Modern
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v1i1.738

Abstract

The aim of this study is to explain differences in musical tastes in upper social class. The study alsodescribes the relationship between musical tastes with the political groups in the community of Indonesia in Sukarno era. As a conceptual basis, we use the views of Bourdieu about habitus, arenas, andcultural capital. Also used a conceptual view of the Schuessler relationship of musical tastes and ages.This case study concludes that the old group closed with the development of new music tends to assumethe old music as the best. On the other side, the young man open to the development of new types ofmusic. Besides, the differences in musical tastes of young and old groups lead to a clash between them.Differences in their taste of music creates an identity as a differentiator between them, resulting in aprocess of political groups in it.Keywords: musical tastes, political group, age and identity
Ojo Kuwi song As Communist Discourse Formation In the election of the President of the Republic of Indonesia in 2014 Arhamuddin Ali
IJCAS (International Journal of Creative and Arts Studies) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Graduate School of Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ijcas.v2i2.1793

Abstract

The aim of this research is to find answers to song Ojo Kuwi as media of the Republic of Indonesia’s presidential election campaign of 2014. In addition, another purpose is to reveal the campaign messages that are communicated through this song’s lyric. This case study focuses on the study of Ojo Kuwi song along with talk on the Internet news media. Data collected from Internet news, analysis of musical elements and lyrics Ojo Kuwi. As a result of research, discovered an attempt to revive the collective memory of Indonesian communism society. Furthermore, the messages are communicated in Ojo Kuwi lyrics urge people to choose presidential number 1 candidate by providing an explanation of the shortcomings of his opponent.
Music in Indonesia on the Ideological Debates in the Soekarnoian Era Arhamuddin Ali
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.052 KB) | DOI: 10.31091/jomsti.v2i1.602

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk menjelaskan tentang posisi musik pada perdebatan ideologi di Indonesia era Soekarno. Debat ideologi yang maksud yaitu antara konsep Soekarno tentang Nasakom (akronim Nasionalisme, Agama, Komunis atau Nasionalisme, Agama, Komunis) dan ideologi pasar (hiburan). Masing-masing ideologi ini mempengaruhi realitas musik pada waktu itu, baik kreasi maupun presentasinya. Berdasarkan hal tersebut, data tulisan ini berasal dari berbagai sumber daya, seperti observasi, wawancara, dokumen, dan rekaman audio dan video. Data tersebut dianalisis menggunakan konsep seni dan ideologi Davis dan konsep seni dan identitas Navits. Ada tiga kesimpulan yang dibuat, yaitu, pertama, Indonesia di era Soekarno dilakukan untuk mencari identitas dengan menginventarisasi musik lokal di Indonesia dan memperkenalkan ke arena internasional; kedua, Soekarno melepaskan diri dari budaya Nekolim dengan mengkategorikan musik yang baik dan yang buruk untuk Indonesia; dan ketiga, terjadi perdebatan ideologi antara musisi dan pemerintah dalam politik kebudayaan Indonesia era Soekarno. Perdebatan ini telah menempatkan musik sebagai bidang yang tidak netral dan pada kenyataannya sebagai bahasa traumatik yang muncul dari keinginan personal pencipta.
Musik Kakula Yang Politis Melampaui Politik Arhamuddin Ali
Clef : Jurnal Musik dan Pendidikan Musik Vol. 2 No. 1 (2021)
Publisher : Program Studi Pendidikan Musik Gereja IAKN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.28 KB) | DOI: 10.51667/cjmpm.v2i1.528

Abstract

Abstrak Essai ini merupakan respon atau pembacaan ulang terhadap buku “Musik Itu Politik, Studi Hubungan Pengaruh Kebijakan Kebudayaan pada Perubahan Musik”. Data, analisis dan kesimpulan buku ini dibaca ulang dengan perspektif politik estetika Ranciere. Musik kakula yang dibahas dalam buku ini dijelaskan dari masa ke masa, yaitu dimulai dari masa pra Kolonial hingga konteks saat ini. Terlihat berbagai macam perubahan yang terjadi akibat pengaruh kebjakan politik setiap eranya. Sejak era pra kolonial hingga era orde baru, musik kakula dikuasai dengan kepentingan politik. Namun, berdasarkan pembacaan ulang yang dilakukan, justru musik kakula mampu bergerak keluar dari politik rezim penguasa dengan menempatkan diri setara dengan kelompok-kelompok dominan. Melalui kakula batas antara “kita vs mereka” ditiadakan, kemudian dimaksud sebagai yang politis.
Membaca Hasil Pembacaan atas Pemikiran Suka Hardjana: Review Buku Adiwarna Suka Hardjana Arhamuddin Ali
Psalmoz : A Journal of Creative and Study of Church Music Vol. 4 No. 1 (2023): Psalmoz : Januari 2023
Publisher : Program Studi Musik Gereja, Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Keagamaan, IAKN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/jpsalmoz.v4i1.1237

Abstract

Tujuan tulisan ini dibuat adalah sebagai respon atas pembacaan ulang pemikiran Suka Hardjana yang dutuangkan dalam buku kumpulan tulisan berjudul Adiwarna Suka Hardjana. Dalam menghasilkan karya tulis ini, penulis melalukannya dengan melakukan analisis literatur dan berdiskusi dengan para penulisnya dalam forum Bedah Buku. Sebagai kesimpulan, Suka Hardjana merupakan orang yang mendalami musik tetapi patut dilihat sebagai sosok pemikir lintas disiplin yang profesional dan berdedikasi. Sehingga ia merupakan teladan bagi siapa saja yang gemar dengan ilmu pengetahuan.
ALAT MUSIK TRADISI GENDONG-GENDONG KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN ARHAMUDDIN ALI
Harmoni: Jurnal Pemikiran Pendidikan, Penelitian Ilmu-ilmu Seni, Budaya dan Pengajarannya Vol 2, No 1 (2012): HARMONI
Publisher : Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muham

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alat musik gendong-gendong merupakan hasil karya estetis yang lahir dari kehidupan  sosial masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai berdasarkan estetika dan etika orang bugis. Hadirnya alat musik gendong-gendong dalam masyarakat mencerminkan tentang cara dan pengolahan kekayaan alam secara tradsional pada tatanan kehidupan masyarakat.  Nilai-nilai musikal gendong-gendong tak lepas dari peradaban orang bugis Sulawesi-Selatan khususnya pada masyarakat Dusun Mattirodeceng Desa Pujananting Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru yang dipengaruhi oleh peradaban-peradaban asing yang memperkaya budaya tradisi masyarakat.Alat musik gendong-gendong merupakan salah satu alat musik tradisional Sulawesi-Selatan yang tergolong dalam penggolongan idiophones yang masih memiliki kandungan nilai sosial dalam masyarakat yang berhubungan dengan peradaban orang bugis sebagai salah satu suku di Sulawesi-Selatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan  pendataan tentang segala bentuk kesenian tradisional Sulawesi-Selatan segera dilakukan untuk menjaga keaslian dan menjadi literatur tentang data-data tersebut. Semua lembaga penelitian hendaknya menjadikan kegiatan tersebut sebagai salah satu prioritas untuk menumbuh kembangkan semangat meneliti dibidang seni budaya lokal.
World Music di Indonesia: Hibriditas sebagai Jalan Keluar? Arhamuddin Ali
Psalmoz : A Journal of Creative and Study of Church Music Vol. 4 No. 2 (2023): Psalmoz : Juli 2023
Publisher : Program Studi Musik Gereja, Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Keagamaan, IAKN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempertanyakan kembali tentang konsep world musik baik dari segi pengetahuan, praktek dan artisitik musiknya di Indonesia saat ini. Pada tataran ini, tulisan ini memfokuskan membahas mengenai strategi hibriditas sebagai cara menyikapi world music sebagai produk wacana kolonial. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, analisis musik dan pengamatan terhadap fenomena musik. Sebagai kesimpulan, hibriditas merupakan strategi menghadapi hirarki musik Barat dengan “yang lain”, sekaligus mengubah defenisi world music yang pada awalnya sebagai pemberian identitas oleh Barat kepada musik “yang lain”. Tetapi, hibriditas masih terus dapat dipikirkan sebagai salah satu strategi keluar dari wacana kolonial atau tidak.