Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Pengaruh Perubahan Status dalam Karir Rumah Tangga Pasca Perceraian/Perpisahan terhadap Karir Migrasi: Suatu Tinjauan Lifecourse Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.812 KB) | DOI: 10.29244/jskpm.2.2.271-278

Abstract

Not all marriages or cohabitation (walking together without marriage bonds) runs lasting. Some of them end in divorce or separation. The aspect of a post-divorce household career is an interesting thing to be noticed. Their current status which is no longer with their partner, but not as free as the unmarried individual makes them have unique migration characteristics. The aim this literature study is intended to study the state of the art on relaltioship between migration and life-Course, especially in migration careers (trend patterns, frequency, distance, and direction) that change as a result of changes in household career status after divorce. This literature study yields three important findings. First, people who experience separation or divorce have frequencies moving more frequently than other marital statuses. Secondly, the average distance of migration to persons who are divorced or separated is shorter than those with single status and first marriage. Where, the shortest distance experienced by men who are divorced and have children. Third, in terms of direction, people who are divorced or separated will tend to stay in the city, while people who are married or paired back tend to live in sub-urban or rural areas.Keywords: divorc , lifecourse, migration career.---------------------------ABSTRAKTidak semua pernikahan ataupun cohabitation (hidup bersama tanpa ikatan prnikahan) berjalan langgeng. Beberapa diantaranya berkahir dengan perceraian atau perpisahan. Aspek karir rumah tangga pasca perceraian merupakan hal yang menarik untuk menjadi perhatian. Statusnya yang kini tak lagi bersama pasangannya, namun tak sebebas individu yang belum menikah menjadikannya memiliki karakteristik migrasi yang unik. Penulisan studi literatur ini dimaksudkan untuk mempelajari “state of the art” (penelitian-penelitian terkini) tentang kaitan Migrasi dan Life-Course, khususnya mempelajari karir migrasi (kecenderungan pola, frekuensi, jarak, dan arah) yang berubah sebagai akibat dari perubahan status dalam karir rumah tangga pasca perceraian/perpisahan. Studi literatur ini menghasilkan tiga temuan penting. Pertama, orang yang mengalami perpisahan atau perceraian memiliki frekuensi berpindah yang lebih sering dari status perkawinan lainnya. Kedua, rata-rata jarak migrasi pada orang-orang yang berstatus bercerai atau berpisah lebih pendek dari mereka yang berstatus lajang dan pernikahan pertama. Dimana, jarak terpendek dialami oleh laki-laki yang berstatus bercerai dan memiliki anak. Ketiga, dari segi arah, orang yang berstatus bercerai atau berpisah akan cenderung untuk tinggal di kota, sedangkan orang yang berstatus menikah atau berpasangan kembali cenderung untuk tinggal di daerah sub urban atau perdesaan.Kata kunci: karir migrasi, life course , perceraian.
The Relationship Between Employment Opportunity and the Standard of Living as a Result of Population Mobility Sari, Rahma Mutiya; Wahyuni, Ekawati Sri; Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 1, No 4 (2017)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.36 KB) | DOI: 10.29244/jskpm.1.4.537-550

Abstract

Indonesian labor  market continues to develop, it is proved by the increase in the number of jobs and the growth of open unemployment. Job opportunities not only in urban areas but also in the rural areas. Employment opportunities in rural areas could be open due to many  factors, one of them  for their arrivals to the region. The purpose of this research is to analyze the relationship between  employment opportunity with the standard of living because of population mobility.  Employment opportunity divided in to job sectors, job types, and job status. The standard of living divided in to primer, secunder, and tertiary. This research use quantitative and qualitative methods. The result shows that  employment opportunity open because the population mobility become an opportunity for people to improve the standard of living.  Keyword: Employment Opportunity, population mobility, the standard of living=============================================== ABSTRAKPasar tenaga kerja Indonesia terus mengalami perkembangan, hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah pekerjaan dan penurunan angka pengangguran terbuka. Kesempatan kerja teryata tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga terjadi di pedesaan. Kesempatan kerja yang terbuka di pedesaan dapat terjadi karena banyak faktor, salah satunya karena adanya pendatang ke suatu wilayah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kesempatan kerja dengan taraf hidup masyarakat karena adanya pendatang. Kesempatan kerta terbagi menjadi tiga, sektor/lapangan pekerjaan, jenis/jabatan pekerjaan, dan status pekerjaan. Taraf  hidup telah dikelompokkan menjadi taraf hidup primer, sekunder, dan tersier. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terbukanya kesempatan kerja karena adanya pendatang menjadi peluang bagi masyarakat guna meningkatkan taraf hidup.Kata kunci: gerak penduduk, kesempatan kerja, taraf hidup
Analisis Gender pada Rumah Tangga Buruh Industri Konveksi Tas Ardianingtyas, Sastia; Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 2, No 6 (2018)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.2.6.813-826

Abstract

Economic demands increase and low level of education makes woman involved making a living for survive. An example is become industrial labor. In reality, their household conditions are affected by the multiple workloads. Women’s involvement in the industrial sector is increase, both industrial labors with putting out system or not. The research aims to analyze the level of equality gender on female bag convection industrial labor household. This research uses quantitative research method supported by qualitative data. Respondents in this research are female bag convection industrial labor household in Loram Kulon village, Jati sub-district, Kudus district. The result shows there are relation between husband’s education level and number of family dependents industrial labor nonPOS with access equality’s level. The level of access, control, and gender equality of industrial labor nonPOS has significant relation with welfare level. The level of gender equality of industrial labor nonPOS more equal than industrial labor POS. The level of welfare of industrial labor nonPOS more equal than industrial labor POS.Keywords: gender analysis, bag convection labor, householdsABSTRAKTuntutan ekonomi yang semakin meningkat dan tingkat pendidikan yang rendah membuat perempuan terlibat dalam mencari nafkah untuk bertahan hidup. Salah satu contohnya sebagai buruh industri. Pada pelaksanaannya, kondisi rumah tangga perempuan yang ikut mencari nafkah mengalami pengaruh akibat beban kerja ganda yang diberikan. Keterlibatan perempuan di sektor industri semakin meningkat, baik buruh industri yang pekerjaannya dibawa pulang maupun tidak. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kesetaraan gender pada rumah tangga perempuan buruh konveksi tas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif didukung dengan data kualitatif. Responden dari penelitian ini adalah rumah tangga buruh industri konveksi tas di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan suami dan jumlah tanggungan buruh konveksi tas nonPOS dengan tingkat kesetaraan akses. Tingkat kesetaraan akses, kontrol, dan gender buruh nonPOS memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kesejahteraan. Tingkat kesetaraan gender buruh nonPOS lebih setara dibandingkan rumah tangga buruh POS. Tingkat kesejahteraan buruh nonPOS cenderung lebih setara dibandingkan rumah tangga buruh POS.Kata kunci: analisis gender, buruh konveksi tas, rumah tangga
Gender Dan Alokasi Pemanfaatan Remitan Dalam Rumah Tangga Migran TKI Laki-Laki Zulkifli, Riqa Arifah; Nurdinawati, Dina; Wahyuni, Ekawati Sri
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.4.2.195-206

Abstract

Migration is the way that husband do to fulfil the household needs of life and improve the level of household welfare. A remittance is a form of fulfilment for household workers in the form of money, ideas, and opinion. The purpose of this study is to identify the influence of household characteristics and the characteristics of TKI on the level of equality of access and control. Research conducted with a quantitative method supported by qualitative data. The unit of research analysis is households. The results of this study indicate that most of TKI households allocate remittances for consumption needs and social investment. The level of equality of access and control in remittance utilization is in an unequal condition. In this study, the status of working wives, household income, and the magnitude of remittances affect the level of equality of access. The magnitude of remittance is an indicator of the characteristics of migrant workers that affects the level of equality of control.Key words: access and control, allocation of remittance, TKIABSTRAKMigrasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh kepala keluarga yaitu suami untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan taraf kesejahteraan rumah tangganya. Remitan merupakan bentuk pemenuhan bagi rumah tangga TKI berupa uang, ide-ide, dan gagasan. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengaruh karakteristik rumah tangga dan karakteristik TKI terhadap alokasi pemanfaatan remitan dalam rumah tangga dan mengidentifikasi pengaruh karakteristik rumah tangga dan TKI terhadap tingkat kesetaraan akses dan kontrol. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Unit analisis penelitian adalah rumah tangga. Hasil penelitian ini menunjukkan rumah tangga TKI paling banyak mengalokasikan remitan untuk kebutuhan konsumi dan investasi sosial. Tingkat kesetaraan akses dan kontrol dalam pemanfaatan remitan berada pada kondisi tidak setara. Pada penelitian ini status bekerja istri, pendapatan rumah tangga, dan besarnya remitan mempengaruhi tingkat kesetaraan akses. Besarnya remitan adalah indikator karakteristik TKI yang mempengaruhi tingkat kesetaraan kontrol.Kata kunci: akses dan kontrol, alokasi pemanfaatan remitan, TKI
Analisis Sosial Ekonomi dan Ekologi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Fazayanti, Qori Nur; Wahyuni, Ekawati Sri; Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 4, No 3 (2020)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.4.3.377-390

Abstract

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Masyarakat yang terlibat dalam PHBM tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kondisi sosial ekonomi anggota dan non anggota KTH Cibulao Hijau serta kondisi ekologi berdasarkan persepsi responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data dianalisis dengan cara uji independent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBM telah memberikan perbedaan kondisi sosial yang signifikan antara anggota dan non anggota. Tidak ada perbedaan signifikan pada kondisi ekonomi, tetapi PHBM berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga anggota KTH yang sudah panen kopi sebesar 47.81 persen dan sebesar 23.90 persen bagi pendapatan rumah tangga anggota KTH yang belum panen kopi. Kondisi ekologi saat ini berada pada kategori sedang berdasarkan persepsi responden.Kata Kunci: kondisi ekologi, kondisi sosial ekonomi, KTH, PHBM=====ABSTRACTCommunity Based Forest Management (CBFM) is intended to provide the direction of forest resources management by integrating economic, ecological, and social. Communities who involve in CBFM join into the Forest Farmer Group (FFG). This research was conducted in Tugu Utara Village, Cisarua Subdistrict, Bogor Regency. The general objective of this research is to analyze the differences in socio-economic condition of members and non-members of FFG Cibulao Hijau and ecological conditions based on the respondent perceptions. The method used in this research is quantitative data approach supported by qualitative data. The data were analyzed by independent sample T-test. The results of the study indicate that CBFM has provided significant differences in social conditions between members and non-members. There is no significant difference in economic conditions, but CBFM contributed to the household income of KTH members who had harvested coffee by 47.81 percent and by 23.90 percent for the income of households of KTH members who had not harvested coffee. The current ecological conditions are in the medium category based on the respondent perceptions.Keywords: CBFM, FFG, ecological impact, socio-economic condition
Analisis Sosial Ekonomi dan Ekologi Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Fazayanti, Qori Nur; Wahyuni, Ekawati Sri; Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 4 No. 3 (2020)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.4.3.377-390

Abstract

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Masyarakat yang terlibat dalam PHBM tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kondisi sosial ekonomi anggota dan non anggota KTH Cibulao Hijau serta kondisi ekologi berdasarkan persepsi responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Data dianalisis dengan cara uji independent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBM telah memberikan perbedaan kondisi sosial yang signifikan antara anggota dan non anggota. Tidak ada perbedaan signifikan pada kondisi ekonomi, tetapi PHBM berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga anggota KTH yang sudah panen kopi sebesar 47.81 persen dan sebesar 23.90 persen bagi pendapatan rumah tangga anggota KTH yang belum panen kopi. Kondisi ekologi saat ini berada pada kategori sedang berdasarkan persepsi responden.Kata Kunci: kondisi ekologi, kondisi sosial ekonomi, KTH, PHBM=====ABSTRACTCommunity Based Forest Management (CBFM) is intended to provide the direction of forest resources management by integrating economic, ecological, and social. Communities who involve in CBFM join into the Forest Farmer Group (FFG). This research was conducted in Tugu Utara Village, Cisarua Subdistrict, Bogor Regency. The general objective of this research is to analyze the differences in socio-economic condition of members and non-members of FFG Cibulao Hijau and ecological conditions based on the respondent perceptions. The method used in this research is quantitative data approach supported by qualitative data. The data were analyzed by independent sample T-test. The results of the study indicate that CBFM has provided significant differences in social conditions between members and non-members. There is no significant difference in economic conditions, but CBFM contributed to the household income of KTH members who had harvested coffee by 47.81 percent and by 23.90 percent for the income of households of KTH members who had not harvested coffee. The current ecological conditions are in the medium category based on the respondent perceptions.Keywords: CBFM, FFG, ecological impact, socio-economic condition
Pengaruh Keragaman Strategi Adaptasi terhadap Tingkat Taraf Hidup Migran Sektor Informal Yusnita, Yusnita; Nurdinawati, Dina
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 4 No. 3 (2020)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.4.3.289-308

Abstract

Migrasi dari desa ke kota biasanya didorong oleh tertinggalnya pertumbuhan desa dibandingkan dengan pertumbuhan kota. Di perkotaan, sektor informal menjadi salah satu alternatif dalam mencari lapangan kerja. Perubahan tempat tinggal dan tempat bekerja dari desa ke kota mengharuskan migran untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keragaman strategi adaptasi terhadap tingkat taraf hidup migran sektor informal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif didukung pendekatan kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan uji regresi dengan pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara keragaman strategi adaptasi sosial dan ekonomi terhadap tingkat taraf hidup migran. Strategi adaptasi sosial yang dominan diterapkan migran ialah  mengikuti organisasi kedaerahan dan melakukan interaksi sesama pendatang, sedangkan strategi adaptasi ekonomi yang dominan diterapkan ialah memilih jenis barang dagangan yang sama dengan migran terdahulu, berinvestasi dan menghemat pengeluaran.Kata kunci: adaptasi ekonomi, adaptasi sosial, taraf hidup==========ABSTRACTThe migration from rural to urban areas is usually driven by lagging rural growth compared to urban growth. In urban areas, the informal sector is one alternative in finding employment. The change of residence and workplace from village to city requires migrants to adjust to their new environment to get a better life. This study aims to analyze the effect of the diversity of adaptation strategies on the standard of living of migrants in the informal sector. The method used in this research is a quantitative approach supported by a qualitative approach. Quantitative data is processed using a regression test with the selection of respondents using a purposive sampling technique. The results showed an influence between the diversity of social and economic adaptation strategies for migrant living standards. The dominant social adaptation strategy applied by migrants is to follow regional organizations and interact with fellow migrants, while the dominant economic adaptation strategy applied is to choose the same type of goods for sale as previous migrants, invest and save expenses.Keywords: economy adaptation, living standard, social adaptation
TINGKAT KEAKTIFAN DAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN PEREMPUAN AKTIVIS ORGANISASI Ferry Fathurrohman; Dina Nurdinawati
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 5 No. 4 (2021): JSKPM
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v5i4.865

Abstract

Pembangunan di dalam sebuah negara merupakan salah satu bentuk perubahan yang direncanakan. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), pembangunan nasional yang diimplementasikan ke dalam setiap program, kebijakan, dan kegiatan harus berprespektif gender. Selain dibentuk melalui program dan kebijakan, PUG juga diwujudkan melalui pembentukan organisasi. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah mengidentifikasi tingkat keaktifan dan tingkat pemenuhan kebutuhan perempuan aktivis organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (metode sensus) yang didukung oleh data kualitatif (wawancara mendalam). Responden pada penelitian ini adalah pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Ciharashas yang berjumlah tiga puluh orang. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat keaktifan dan tingkat pemenuhan kebutuhan praktis berada pada kategori tinggi, serta tingkat pemenuhan kebutuhan strategis perempuan aktivis dalam organisasi berada pada kategori rendah. Selain itu, terdapat hubungan antara karakteristik ekonomi dengan tingkat keaktifan perempuan aktivis dalam organisasi, serta terdapat pula hubungan antara tingkat keaktifan perempuan aktivis dalam organisasi dengan tingkat pemenuhan kebutuhannya di dalam organisasi tersebut. Kata kunci: Keaktifan perempuan, Kebutuhan perempuan, Perempuan aktivis
The Relationship Between Employment Opportunity and the Standard of Living as a Result of Population Mobility Rahma Mutiya Sari; Ekawati Sri Wahyuni; Dina Nurdinawati
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 1 No. 4 (2017)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.1.4.537-550

Abstract

Indonesian labor  market continues to develop, it is proved by the increase in the number of jobs and the growth of open unemployment. Job opportunities not only in urban areas but also in the rural areas. Employment opportunities in rural areas could be open due to many  factors, one of them  for their arrivals to the region. The purpose of this research is to analyze the relationship between  employment opportunity with the standard of living because of population mobility.  Employment opportunity divided in to job sectors, job types, and job status. The standard of living divided in to primer, secunder, and tertiary. This research use quantitative and qualitative methods. The result shows that  employment opportunity open because the population mobility become an opportunity for people to improve the standard of living.  Keyword: Employment Opportunity, population mobility, the standard of living=============================================== ABSTRAKPasar tenaga kerja Indonesia terus mengalami perkembangan, hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah pekerjaan dan penurunan angka pengangguran terbuka. Kesempatan kerja teryata tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga terjadi di pedesaan. Kesempatan kerja yang terbuka di pedesaan dapat terjadi karena banyak faktor, salah satunya karena adanya pendatang ke suatu wilayah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kesempatan kerja dengan taraf hidup masyarakat karena adanya pendatang. Kesempatan kerta terbagi menjadi tiga, sektor/lapangan pekerjaan, jenis/jabatan pekerjaan, dan status pekerjaan. Taraf  hidup telah dikelompokkan menjadi taraf hidup primer, sekunder, dan tersier. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terbukanya kesempatan kerja karena adanya pendatang menjadi peluang bagi masyarakat guna meningkatkan taraf hidup.Kata kunci: gerak penduduk, kesempatan kerja, taraf hidup
Pengaruh Perubahan Status dalam Karir Rumah Tangga Pasca Perceraian/Perpisahan terhadap Karir Migrasi: Suatu Tinjauan Lifecourse Dina Nurdinawati
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 2 No. 2 (2018)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.2.2.271-278

Abstract

Not all marriages or cohabitation (walking together without marriage bonds) runs lasting. Some of them end in divorce or separation. The aspect of a post-divorce household career is an interesting thing to be noticed. Their current status which is no longer with their partner, but not as free as the unmarried individual makes them have unique migration characteristics. The aim this literature study is intended to study the state of the art on relaltioship between migration and life-Course, especially in migration careers (trend patterns, frequency, distance, and direction) that change as a result of changes in household career status after divorce. This literature study yields three important findings. First, people who experience separation or divorce have frequencies moving more frequently than other marital statuses. Secondly, the average distance of migration to persons who are divorced or separated is shorter than those with single status and first marriage. Where, the shortest distance experienced by men who are divorced and have children. Third, in terms of direction, people who are divorced or separated will tend to stay in the city, while people who are married or paired back tend to live in sub-urban or rural areas.Keywords: divorc , lifecourse, migration career.---------------------------ABSTRAKTidak semua pernikahan ataupun cohabitation (hidup bersama tanpa ikatan prnikahan) berjalan langgeng. Beberapa diantaranya berkahir dengan perceraian atau perpisahan. Aspek karir rumah tangga pasca perceraian merupakan hal yang menarik untuk menjadi perhatian. Statusnya yang kini tak lagi bersama pasangannya, namun tak sebebas individu yang belum menikah menjadikannya memiliki karakteristik migrasi yang unik. Penulisan studi literatur ini dimaksudkan untuk mempelajari “state of the art” (penelitian-penelitian terkini) tentang kaitan Migrasi dan Life-Course, khususnya mempelajari karir migrasi (kecenderungan pola, frekuensi, jarak, dan arah) yang berubah sebagai akibat dari perubahan status dalam karir rumah tangga pasca perceraian/perpisahan. Studi literatur ini menghasilkan tiga temuan penting. Pertama, orang yang mengalami perpisahan atau perceraian memiliki frekuensi berpindah yang lebih sering dari status perkawinan lainnya. Kedua, rata-rata jarak migrasi pada orang-orang yang berstatus bercerai atau berpisah lebih pendek dari mereka yang berstatus lajang dan pernikahan pertama. Dimana, jarak terpendek dialami oleh laki-laki yang berstatus bercerai dan memiliki anak. Ketiga, dari segi arah, orang yang berstatus bercerai atau berpisah akan cenderung untuk tinggal di kota, sedangkan orang yang berstatus menikah atau berpasangan kembali cenderung untuk tinggal di daerah sub urban atau perdesaan.Kata kunci: karir migrasi, life course , perceraian.