Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

INSTALASI KANDANG DAN LABORATORIUM PRODUKSI SEMEN CAIR BABI DI UPT BALAI INSEMINASI BUATAN DAERAH, BATURITI-BALI Yovita Florida Bria Seran; Lidya Aprilia Tjandring; Wenci Lidia Bana; Yohanes TRMR Simarmata
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5987

Abstract

Unit Pelaksana Teknis Balai Inseminasi Buatan Daerah Baturiti (UPT BIBD Baturiti) merupakan salah satu instansi yang bergerak di bidang pembibitan ternak. Salah satunya adalah pembibitan ternak babi. Kegiatan yang dilakukan di BIBD Baturiti adalah prosesing semen cair babi. Sebagai penghasil semen cair, UPT BIBD Baturiti mempersiapkan pejantan- pejantan unggul yang siap ditampung. processing semen cair yang dilakukan yaitu penampungan semen, persiapan alat tampung, persiapan pejantan, proses penampungan, evaluasi semen pengenceran filling, sealing, labeling dan penyimpanan.
LAPORAN KASUS PENYAKIT COLIBASILLOSIS PADA ANAK BABI Winda Atika Tosi; Yohanes TRMR Simarmata; Maxs U E Sanam
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5989

Abstract

Pengelolaan peternakan babi tidak lepas dari berbagai kendala yang dapat menghambat produktivitas suatu peternakan, salah satunya adalah infeksi penyakit pada ternakbaik itu anak babi maupun babi dewasa. Penyakit yang sering dijumpai pada anak babi yang baru lahir sampai masa sapihanbiasanya ditandai dengan mencret warna putih. Penyakit ini dikenal dengan nama “kolibasilosis” yang disebabkan oleh infeksi bakteri E.coli (Jorgensen et al., 2007).Kolibasilosis yang menyerang anak babi dapat mengakibatkan penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat dan jika tidak segera ditangani akan menimbulkan kematian (Hartaningsih dan Hasan, 1985). Tujuan kali ini adalah untuk mengetahui kejadian penyakit yang terjadi pada ternak, mengidentifikasi penyebab penyakit dan menanggulangi penyakit yang terjadi pada ternak. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat anak babi mencret warna putih dengan konsistensi sangat encer dan dari hasil anamnesa bahwa hal ini sudah berlangsung selama 3 hari, Oleh karena itu anak babi terlihat lemah. Menurut Jorgensen et al. 2007 bahwa penyakit yang sering terjadi pada anak babi baru lahir sampai disapih adalah penyakit kolibasilosis yang disebabkan oleh bakteri E. coli, gejala khasnya ditandai dengan feses yang cair dan berwarna putih. menangani infeksi kolibasilosis. Contohnya menggunkan antibiotik golongan penisilin (Sornplang et al., 2010). Pada kasus kali ini, pengobatan dilakukan menggunakan antibiotik gologongan penisilin yakni Oxytetracycline. Hari ke-4 pasca pemberian antibiotik, anak babi bebas dari mencret putih.
LAPORAN KASUS: RINGWORM PADA SAPI BALI Lelita Antoh; Yohanes TRMR Simarmata
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5990

Abstract

Ringworm atau dermatophytosis merupakan penyakit akibat infeksi cendawan atau jamur pada kulit atau jaringan lain yang mengandung keratin seperti bulu, kuku, rambut dan tanduk pada hewan maupun manusia. Ringworm disebabkan oleh cendawan dermatofit, yaitu sekelompok cendawan dari genus Epidermophyton, Microsporum dan Trichophyton. Pasien merupakan seekor sapi betina berumur 4 tahun. Pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang mengalami keratinisasi berdiameter ± 2-7 cm pada permukaan kulit. Pemeriksaan penunjang yg dilakukan pengerokan lesi kulit dan kultur pada media SDA ditemukan jamur arthrospora, sporangiospora koloni dermatofita. Terapi yang diberikan yaitu membersihkan dan menyikat lesi menggunakan air mengalir dan detergen kemudian dioleskan ketoconazole salep sehari 2 kali secara tipis di pinggir lesi.
SKABIOSIS PADA KAMBING ETTAWA Romula A Jemadi; Yohanes TRMR Simarmata; Maxs Sanam
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5992

Abstract

Kambing Ettawa berumur kurang lebih 1 tahun milik Saudari Lidya dianamnesa sudah sakit selama 2 minggu, populasi kambing yang dipelihara sebelumnya adalah 7 ekor, 2 ekor kambing telah mati dengan salah satu gejala yang tampak adalah scabies. Kambing memiliki berat ± 40 kg. Kambing memiliki nafsu makan yang baik dan hasil pemeriksaan fisik serta klinis umum menunjukkan frekuensi napas 28 kali/menit, pulsus 76 kali/menit dan suhu 39,4 0C. Gejala klinis yang terlihat adalah adanya lesi yang terlihat pada kepala, leher, sekitar mata, mulut, hidung, dan punggung yang ditandai dengan kerak, bersisik dan bercak alopecia. Diagnosa sementara adalah scabies dan dibuat kerokan kulit di pinggiran lesi. Sampel kerokan direndam dalam larutan KOH dan diperiksa di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan. Hasil pemeriksaan sampel ditemukan adanya tungau Sarcoptes scabei yang dilihat dari morfologi tungau pada pengamatan mikroskop. Pengobatan pada kambing dengan Ivomec 0,8 ml dan diinjeksi secara subkutan.
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) BABI : MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMBIBITAN DI PETERNAKAN WILIAM FARM SOLO Edwin Krisnandar Ndawa Lu; Ade Mesakh Seo; Merysal Magdalena Salo; Lelita Antoh; Yohanes TRMR Simarmata
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5993

Abstract

Wiliam Farm Karanganyar-Solo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam breeding dan feeding ternak babi. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di peternakan Wiliam Farm Karanganyar-Solo bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengetahui manajemen peternakan dan kesehatan ternak babi yang baik dan benar. Sebagai salah satu peternakan yang bergerak dalam bidang breeding dan feeding ternak babi Wiliam Farm Karanganyar-Solo memiliki jumlah populasi sebanyak 645 ekor babi dengan bangsa babi yang dipelihara adalah babi Yorkshire, Landrace, dan babi Duroc. Pakan yang diberikan kepada babi yang ada di Peternakan Wiliam Farm menggunakan pakan tambahan. Jenis pakan yang diberikan dibedakan berdasarkan kelas babi dan umur babi yakni starter, grower, besar/finisher, indukan bunting, dan indukan menyusui. Beberapa pelayanan kesehatan yang dilakukan di Peternakan Wiliam Farm ini adalah pemberian obat pada anak babi, induk post partus dan ternak sakit, potong gigi (tooth clipping) dan potong ekor (tail docking) pada anakan babi, kastrasi pada anakan babi jantan, vaksinasi pada ternak babi, dan koleksi dan evaluasi semen.
LAPORAN KASUS ENDOMETRITIS PADA BABI DI BAUMATA UTARA, KECAMATAN TAEBENU, KABUPATEN KUPANG Merysal Magdalena Salo; Yohanes TRMR Simarmata
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5996

Abstract

merupakan peradangan pada lapisan endometrium uterus yang disebabkan karena infeksi bakteri, terutama melalui vagina dan menembus serviks. Predisposisi lain endometritis adalah kelanjutan dari abnormalitas partus seperti abortus, retensio secundinae, kelahiran kembar, distokia, dan perlukaan saat kelahiran. Gejala yang terlihat pada ternak terdapat leleran berwarna putih keruh, vulva berwarna merah, mukosa vagina berwarna merah dan bengkak. Ternak yang mengalami endometritis bisa nampak sehat, walaupun dengan leleran vulva purulen dan dalam uterusnya tertimbun cairan. Babi berumur 2 tahun dengan berat badan 80 kg di Desa Baumata Utara dengan pemeriksaan fisik menunjukan gejala klinis yang terlihat pada ternak terdapat leleran berwarna putih keruh, vulva berwarna merah, mukosa vagina berwarna merah dan bengkak. Tindakan terapi yakni pemberian antibiotic procaine penicillin G 200.000 IU, dihydrostreptomycine sulphate 250 mg sebanyak 1600 mg . Selain itu juga diberi multivitamin. Pasca terapi, hari ke-3 tidak ada leleran vagina, vulva tidak membengkak dan berwarna merah. Hari ke-7 terlihat perubahan vulva dan vagina tidak membengkak, serta tidak adanya leleran dari vagina.
LAPORAN KASUS HAEMONCOSIS PADA SAPI BALI DI DESA BAUMATA, KECAMATAN TAEBENU, KABUPATEN KUPANG Wenci Lidia Bana; Yohanes TRMR Simarmata
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5997

Abstract

Haemonchosis merupakan penyakit cacing saluran pencernaan yang disebabkan oleh Haemonchus sp yang menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Salah satu gejala klinis dari penyakit ini adalah bottle jow. Sapi bali jantan berumur 2 tahun dengan berat badan seberat 120 kg di Desa Baumata dengan pemeriksaan fisik menunjukkan gejala klinis yakni edema pada submandibularis (bottle jaw), nafsu makan menurun, bulu kusam dan rontok, suhu tubuh 39,2oC dan Body Condition Score (BCS 2). Pemeriksaan laboratorium yakni pemeriksaan feses (TTGT) dan pemeriksaan darah lengkap. Hasil pemeriksaan mikroskopis sampel feses ditemukan telur cacing Haemoncus sp dengan 4500 TTGT. Pemeriksaan darah rutin menunjukan GRA 1,8 x 103/uL, RBC 3,75 x 106/uL, Hb 4,9g/L, PCV 15,6 %, PDW 4,9Fl dan P-LCR 1,4% (lebih rendah dari normal). Tindakan terapi yakni pemberian antihelmentik (Oxfendazole 900 mg), Penstrep-400 sejumlah 9ml dan Injectamin sejumlah 2ml. Pasca terapi, edema pada submandibularis mengalami penurunan.
LAPORAN KASUS SCOURS PADA ANAK BABI DI TANAH MERAH, DESA NOELBAKI, KECAMATAN KUPANG TENGAH, KABUPATEN KUPANG Maria Kikementina Junersi; Yohanes TRMR Simarmata; Maxs Sanam
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 1 (2021): Prosiding Seminar Himpro FKH Undana VI
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 1.5998

Abstract

Scours adalah suatu gejala penyakit enteritis akibat adanya peradangan pada alat pencernaan atau usus. Scours banyak menyerang anak babi dan babi-babi muda. Scours yang terjadi pada anak babi dapat terjadi pada babi sapihan yang mengalami pergantian pakan dan dapat pula disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan cuaca (dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya), perpindahan kandang, sanitasi kandang yang buruk, stress dan pergantian ransum. Seekor anak babi betina berumur 2 bulan dengan berat ±10 kg mengalami diare selama 5 hari. Anak babi baru disapih selama 1 minggu. Pakan yang diberikan berupa pelet toko, air minum berasal dari air tangki. Nafsu makan baik, suhu, pulsus, dan respirasi juga masuk dalam kisaran normal. Pengobatan dilakukan selama 3 hari, dengan diberikan Vitamin (B-Sanplex®) dengan dosis anjuran B-Sanplex® untuk babi adalah 1-2 ml/200kg, dosis sediaannya 100 ml, dan dosis yang diberikan untuk pengobatan adalah 1 ml, disuntikkan secara intramuscular sebanyak 2 kali pemberian, L Bio® dengan dosis sediaannya 1 gram/sachet, dan dosis yang diberikan pada anak babi yaitu 1 sachet sekali sehari selama 3 hari, dan Antidiare (Guaninstrep® syrup) dengan dosis anjuran pemberian Kaolin/Pectin untuk babi adalah 0,2 ml, dosis sediaan dari Guaninstrep® syrup adalah 60 ml, dan dosis pemberiannya 1 ml, diberikan 1 kali sehari selama 3 hari. Anak babi mengalami kesembuhan pada hari ketiga, ditandai dengan konsistensi feses yang padat dan keras.
KASUS DEMODEKOSIS PADA ANJING LOKAL Yohanes TRMR Simarmata; Nadya Daramuli Kale; Diana Miranti Rihi; Tarsisius Considus Tophianong
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 2 (2021): Prosiding Seminar Nasional Himpro FKH Undana VII
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 2.6004

Abstract

Anjing merupakan hewan peliharaan yang memiliki nilai tersendiri bagi manusia sehingga pemeliharannya sangat di perhatikan. Masalah pada kulit merupakan hal cukup sering menyerang anjing peliharaan, agen penyebab penyakit kulit seperti ektoparasit, bakteri dan jamur. Demodekosis merupakan salah satu jenis penyakit kulit pada anjing yang disebabkan oleh parasit tungau Demodex. Pada kasus ini hasil pemeriksaan fisik pada anjing lokal berumur 4 bulan menunjukkan adanya hiperkeratosis pada area pelvis bagian dorsal dan pada keempat ekstremitas, luka /lesi dan keropeng yang tersebar merata dipermukaan tubuh. Hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel kerokan kulit ditemukan adanya demodex sp.. Penanganan kasus diberikan ivermectin sebanyak 0,12 ml secara sub cutan dan injektamin sebanyak 1 ml secara intramuscular. Luka pada permukaan tubuh dibersihkan dengan rivanol lalun dioleskan povidone iodine secukupnya. Waktu penyembuhan membutuhkan waktu sekitar 3-5 minggu.
LAPORAN KASUS PENYAKIT ORF (Ecthyma contagiosa) PADA KAMBING Yohanes TRMR Simarmata; Nadya Daramuli Kale; Maxs U E Sanam
Jurnal Veteriner Nusantara Vol 4 No Supl. 2 (2021): Prosiding Seminar Nasional Himpro FKH Undana VII
Publisher : Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jvn.v4iSupl. 2.6007

Abstract

Penyakit Orf adalah penyakit keropeng yang menyerang pada daerah sekitar mulut kambing yang disebabkan oleh virus parapox yang bersifat zoonosis. Pada kasus ini ternak kambing berumur 5 bulan menunjukkan gejala klinis berupa peradangan dan lepuh pada kulit terutama pada daerah sekitar bibir dan mulut, disimpulkan bahwa kambing menderita penyakit Orf (Ecthyma contagiosa). Penanganan yang dilakukan dengan membersihkan luka dengan Rivanol, kemudian permukaan luka dioleskan Povidone iodine dan antibiotik salep Acyclovir, dan diinjeksikan antibiotik Amox La sebanyak 3ml dan Injectamin sebanyak 3ml secara intramuskular. Waktu penyembuhan membutuhkan waktu sekitar 1-4 minggu. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan cara vaksinasi dan memisahkan kendang kanbing sakit dengan kambing sehat.