Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : JURNAL AL-AQIDAH

VERTIKALITAS HISTORIS SEBAGAI BASIS FILSAFAT SEJARAH DALAM PERSPEKTIF MISTISISME IBNU ARABI Putra, Andri Azis
JURNAL AL-AQIDAH Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.248 KB) | DOI: 10.15548/ja.v11i1.905

Abstract

Narasi historis lahir bersamaan dengan perbuatan dan peristiwa sejarah, sehingga juga berhubungan secara langsung dengan keberadaan manusia. Di satu sisi, hubungan langsung dengan manusia ini kemudian menciptakan klaim gerak sejarah horizontal. Sementara di sisi lain, kondisi kemanusiaan justru menjadi rumit disebabkan munculnya kemestian objektif atas gerak yang horizontal itu sendiri. Problema horizontalitas dan objektivitas ini memantik asumsi bahwa gerak vertikalitas diperlukan sebagai pembanding berkorelasi dengan nilai subjektif. Permasalahan ini akan dibahas dari perspektif alur gerak sejarah sebagai bagian dari Filsafat Sejarah, khususnya terhadap aspek spekulatif. Penelitian ini dilakukan tanpa berusahan menafikan bahwa persoalan nilai subjektif dan aspek spekulatif rentan dengan potensi masalah. Oleh karena itu, ajaran mistisisme sebagai sebuah tradisi pemikiran yang tua bercorak spiritual, subjektif, dan terbuka perlu didaulat sebagai pisau analisis utama. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan metode hermeneutis-filosofis berlandaskan atas unsur-unsur metodis deksripsi, kesinambungan historis, induksi-deduksi, bahasa inklusif dan heuristika. Besarnya lingkup pembahasa membuat penelitian ini melibatkan beberapa disiplin keilmuan, seperti ilmu sejarah, ilmu sosial dan politik, aksiologi, dan tasawuf, religiusitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa gerak sejarah tidak mungkin horizontal dan objektif. Bahkan objektivitas di dalam sejarah merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi karena gerak sejarah haruslah bersifat integral dan universal serta tidak boleh tunduk pada satu dominasi yang bersifat partikular. Mistisisme melalui ide vertikalitas-historis yang digerakkan oleh konsep Ketunggalan mampu menjawab beberapa keraguan utama mengenai arah gerak sejarah. Skema vertikalitas dalam sejarah ini merupakan sintesis atas dialektika yang terbangun di dalam pembahasan alur-alur kajian sejarah. Terutama sekali untuk menutup pintu perdebatan mengenai kepastian gerak sejarah yang selama ini ditekankan kepada eksistensi manusia saja. Vertikalitas-historis menjadi satu poin penting yang dapat juga digunakan sebagai inti dari Filsafat Sejarah mistis.  
KESADARAN POLITIK BERKETUHANAN SEBAGAI DASAR UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDONESIA Putra, Andri Azis; Kuswanjono, Arqom; Munir, Misnar
JURNAL AL-AQIDAH Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.913 KB) | DOI: 10.15548/ja.v12i2.2269

Abstract

Welfare is one of the significant problems in human life. All aspects of human life politically will always be related, both as elements and indicators of welfare conditions. Consequently, the state is an organization and authority that can provide a measure and effectively regulate all efforts in the realization of people's welfare. However, practically "people's welfare" in Indonesia is still in a quarrel state with the targets-setting. This research is library research with a hermeneutic-philosophical approach. Political Theology, as a branch of the Philosophy of Religion, will be used as the primary approach by involving methodical elements that are balanced and consistent with research. Additionally, the involvement of other scientific disciplines such as political philosophy, social philosophy, and economics will enrich this research. This research shows that the efforts carried out to realize the welfare of the people is dominantly incompatible with the needs of the subjects receiving welfare facilities. The source of this problem is relying on the perspective of governmental values. New awareness and responsibility are needed to build a structure with a divine and human nature. This awareness arises as an implementation form of worship to God and also responsibility for that worship to fellow human beings.