Articles
THE USE OF WRF MODEL TO SUPPORT CLOUD SEEDING OPERATION: A STUDY IN THE CITARUM CATCHMENT AREA
Kudsy, Mahally;
Ridwan, Ridwan;
Renggono, Findy;
Sunarto, Faisal
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (9312.405 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2203
This paper presents about the use of WRF modelling to assist weather analysis for cloud seeding operation in the Citarum Catchment Area, West Java, Indonesia. In this study, WRF parameterization was carried out . The parameterized values were used to forecast precipitation during cloud seeding operation. To study the effect of variational run, WRF 3DVAR was run using GDAS data set and doppler weather radar data. The result of this study shows that precipitation can be better predicted by ingesting radar data into 3DVAR run.Makalah ini menyajikan tentang penggunaan pemodelan dengan WRF untuk membantu analisis cuaca yang dipakai dalam operasi penyemaian awan di DAS Citarum, Jawa Barat, Indonesia. Dalam kajian ini telah dilakukan parameterisasi WRF, kemudian nilaiparameter yang diperoleh dipakai untuk mendapatkan prakiraan presipitasi selama operasi penyemaian awan. Untuk mempelajari pengaruh dari run variasional, WRF 3DVAR dijalankan dengan menggunakan data GDAS dan data radar doppler. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa prakiraan presipitasi yang lebih baik dapat diperoleh dengan mengasimilasikan data radar ke dalam run 3DVAR.
AWAN HUJAN DI SERPONG : PENGAMATAN DENGAN BOUNDARY LAYER RADAR
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (90.861 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2105
Kebanyakan kejadian hujan di Serpong, Indonesia (6.4°S, 106.7°E) terjadi setelah lewat tengah hari, walaupun demikian hasil pengamatan dengan penakar hujan otomatis selama 6 tahun menunjukkan adanya puncak hujan di pagi hari. Dari struktur awannyayang dipantau oleh BLR menunjukkan bahwa awan di pagi hari yang muncul adalahkebanyakan dari jenis awan Stratiform. Pada tulisan ini akan disajikan kajian statistik dari jenis awan yang muncul di wilayah ini.Most of the precipitation in Serpong (6.4°S, 106.7°E), Indonesia were occurred in the afternoon, however from the 6 years observation by using automatic rain gauge shows another peak of precipitation in the morning. In this paper, the vertical structure of theprecipitating cloud appeared in this area will be analyzed statistically using the data from Boundary Layer Radar (BLR) observation. The result shows that for the morning precipitation, the occurrence of the stratiform-type clouds were dominant.
ANALISIS HUJAN DENGAN BOUNDARY LAYER RADAR
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (377.38 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2156
Boundary Layer Radar (BLR) merupakan sebuah L-band Doppler radar. BLR yang terletak di Serpong, merupakan program kerjasama pengamatan antara RASC Kyoto University, Jepang, BPPT dan LAPAN. Pada dasarnya BLR digunakan untuk mengamati dinamika atmosfir pada kondisi udara cerah dari permukaan sampai ketinggian 3 km. Pada tulisan ini akan ditunjukkan bahwa BLR dapat juga digunakan untuk mengamati hujan.Boundary Layer Radar is an L-band Doppler radar. BLR that located at Serpong, Indonesia (6°S, 107°E) is a collaborative program between RASC, Kyoto University, Japan, BPPT and LAPAN. Although this radar is basically designed to measure winds in clear-air. This study, however, shows that BLR can also be used to detect the rain drops.
MENGINTIP KONDISI CUACA PENYEBAB BANJIR BESAR DI DKI JAKARTA TANGGAL 25 OKTOBER 2010
Karmini, Mimin;
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2560.688 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2189
DKI Jakarta dikejutkan dengan hujan deras pada jam 16:00 WIB. Genangan airlangsung terjadi akibat derasnya hujan. Hujan berlangsung sampai sekitar jam 20:00WIB. Dari data AWS di Jatiwaringin, curah hujan tertinggi sebesar 230 mm tercatatpada jam 16:00 WIB. Curah hujan sampai jam 19:00 WIB tercatat sebesar 650.60 mmatau intensitas 216.87 mm/jam untuk periode jam 16:00 s.d. 19:00 WIB. Beberapaindeks stabilitas, yang dihitung dari data rawinsonde jam 07:00 WIB, menunjukanpotensi terjadinya aktivitas konvektif yang bisa menghasilkan hujan deras. Beberapaindeks stabilitas yang menunjukan potensi terjadinya proses konvektif kuat adalah: LI(Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) =43.9. Kejadian hujan paling deras di kawasan barat DKI Jakarta sampai Tangerang.Genangan air hampir merata di DKI Jakarta dan Tangerang dengan ketinggian yangbervariasi antara 20 cm â 100 cm.Jakarta was struck by torrential rain at 16:00 pm. Standing water caused by heavy rainoccured immediately. The rain lasted until around 20:00 pm. From the AWS measurement at Jatiwaringin, highest rainfall of 230 mm was recorded at 16:00 pm. Rainfall amount until 19:00 pm was recorded of about 650.60 mm, in other words rainfall intensity was about 216.87 mm/hour for the period of 16:00 â 19:00 pm. Some stability indices, which is calculated from rawinsonde at 07:00 am showed the potential for convective activity which could produce heavy rain. Some stability indices that show strong potential for convective process are: LI (Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) = 43.9. The heaviest rainfall occured in the western region of Jakarta until Tangerang. Stagnant water is almost evenly in Jakarta and Tangerang with varying heights between 20 cm - 100 cm.
ANALISIS KEMUNCULAN AWAN HUJAN BERDASARKAN JENISNYA UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN MODIFIKASI CUACA
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 2 (2015): December 2015
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (967.149 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v16i2.1050
Untuk memenuhi kebutuhan cadangan air di tiga danau yang ada di DAS Larona, telah beberapa kali dilakukan penyemaian awan dengan menggunakan Teknologi Hujan Buatan. Teknologi yang selama ini dilakukan adalah penyemaian awan dari udara dengan menggunakan pesawat terbang sebagai sarana penghantar bahan semainya. Namun akhir-akhir ini di Balai Teknologi Modifikasi Cuaca, BPPT telah mulai dikembangkan teknologi penyemaian awan dari darat yang menggunakan menara. Penempatan menara ini perlu mempertimbangkan unsur meteorologi agar bahan semai secara efektif dapat masuk ke dalam awan yang potensial menghasilkan hujan. Dari data satelit dan penakar hujan didapatkan gambaran secara umum sebaran awan hujan. Dengan melakukan analisis reflektifitas radar diperoleh sebaran awan hujan berdasarkan jenis awan hujannya. Dengan metoda ini diketahui bahwa awan-awan hujan yang muncul di Matano, Timampu dan Tokalimbo kebanyakan awan hujan jenis shallow convective. Awan hujan shallow convective dan convective pada bulan Januari-Maret lebih banyak tumbuh di bagian Utara dan Timur DAS. Di bagian tengah DAS, kemunculan awan hujan lebih sedikit.Kata Kunci: radar, awan hujan, sorowako, modifikasi cuacaCloud seeding project has been carried out in Larona watershed to enhanced the rainfall in this area. Until now the cloud seeding technology has been done by delivering the seeding material directly to the cloud by aircraft. But recently, the National Laboratory of Weather Modification Technology of Indonesia is developing a new method of ground based seeding by building some towers for delivering the seeding agent to the cloud. Location of the tower should consider elements of Meteorology in order for the seeding materials can effectively enter into cloud which potentially produce rain. By doing an analysis of the radar reflectivity obtained the distribution of clouds based on the type of precipitation cloud. With this method it is known that rain clouds that appeared in Matano, Timampu and Tokalimbo are mostly shallow convective clouds. In January-March, shallow convective clouds and convective grew more in the North and East of the Larona watershed. In the central part of the watershed, there is less precipitating clouds appear.Keywords: radar, rain cloud, sorowako, weather modification
ANALISIS AWAN HUJAN PADA SAAT BANJIR DKI DENGAN C-BAND RADAR
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 1 (2013): June 2013
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1314.532 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v14i1.2682
IntisariBanjir besar kembali melanda ibukota Jakarta pada tanggal 17 Januari 2013. Hujan yang deras sejak tanggal 12 Januari 2013 di wilayah Jabodetabek menyebabkan banjir kembali melanda wilayah Jakarta. Banyaknya genangan juga menimbulkan kemacetan yang luar biasa yang kemudian menyebabkan lumpuhnya aktifitas ekonomi. Banjir ini disebut-sebut sebagai yang terburuk setelah banjir tahun 2007. BMKG melaporkan bahwa hujan ekstrim terjadi pada tanggal 17 dan 18 Januari, dan hal ini juga terpantau oleh TRMM yang mencatat bahwa hujan terjadi terus-menerus dengan curah hujan yang tinggi sejak tanggal 12. Analisis data radar menunjukkan bahwa pada tanggal 17, hampir seluruh wilayah Jakarta ditutupi oleh awan hujan yang tebal.  Awan-awan hujan yang muncul mencapai ketinggian lebih dari 7 km dan masuk ke Jakarta dari arah Barat Laut. Pada tanggal 17, hampir seluruh awan hujan yang muncul mempunyai ketebalan lebih dari 7 km.  AbstractHeavy flood has been hit Jakarta on January 17 , 2013. Heavy rains from January 12, 2013 in the Greater Jakarta area causing floods, which is said as the worst since 2007. BMKG reported that extreme rainfall occurred on 17 and 18 January, and it is also observed by TRMM which noted that rain occurs continuously with high rainfall since the Jan 12th. Radar data analysis showed that on the 17th, almost the entire area of Jakarta covered by thick towering precipitation clouds. These clouds appeared more than 7km height and move Westward - Northwestward . On the 17th, almost all the rain clouds that appear to have a thickness of more than 7km . Â
ANALISIS KARAKTERISTIK HUJAN DENGAN DISDROMETER
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (313.64 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2172
Penelitian dengan menggunakan disdrometer untuk mengamati karakteristik hujan diwilayah Bukittinggi telah dilakukan pada bulan Agustus 2001 sampai dengan November2001. Perbandingan hasil pengukuran curah hujan dengan penakar hujan dan distribusibutir hujan menunjukkan korelasi yang kuat. Dalam penelitian ini, distribusi butir hujan dianalisis berdasarkan jenis awan hasil analisis boundary layer radar yang ada dilokasiyang sama. Perbedaan distribusi butir hujan terlihat dengan jelas antara hujan yangterjadi dari awan convective dan awan stratiform.Study on rainfall characteristic in Bukitttinggi using disdrometer has been done duringrainy season 2001. Comparison of rain gauge measurement and disdrometer is wellassociated. In this research, dropsize distribution has also been analized based on cloudtype which is analyzed by using boundary layer radar. The difference between drop sizedistribution of each cloud type can easily be seen, especially between stratiform type andconvective type of cloud.
ANALISIS ANGIN DANAU DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (9485.988 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2205
Karakteristik cuaca di DAS Larona sangat penting untuk diketahui karena terkait dengan ketersediaan air danau sebagai sumber utama penggerak turbin pembangkit listrik di wilayah tersebut. Keberadaan tiga danau yang berada di dalam DAS sangat memengaruhi kondisi cuaca lokal. Data permukaan tahun 2009-2010 dari 9 lokasi di sekitar danau digunakan untuk melihat kemunculan angin danau. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan arah angin pada siang hari di lokasi- okasi yang terletak dekat dengan tepi danau. Kejadian hujan yang muncul pun berkorelasi dengan angin yang berhembus dari arah danau.Study of climate characteristic around Larona watershed is very important as it is associated with water availability on the lakes which is used to drive turbines of Hydro electric power. The three large lakes inside the watershed are a great contributor for affecting local climate. Surface data from nine locations near the lakes were nalyzed to reveal the existence of lake-land wind. The result shows that the effects of lakeland breeze were found on the location near the lake beach. The lake-land breeze occurrence was also correlated with rain fall over the area.
POLA SEBARAN HUJAN DI DAS LARONA
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 1 (2011): June 2011
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (3941.381 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v12i1.2186
Teknologi modifikasi cuaca dengan cara penyemaian awan sering dilakukan di DASLarona, guna memenuhi kebutuhan air bagi pembangkit tenaga listrik di wilayahtersebut. Informasi mengenai pola distribusi awan hujan di dalam DAS sangat pentingdalam menentukan strategi penyemaian awan. Pengamatan dengan menggunakanradar cuaca menunjukkan pola distribusi awan di wilayah tersebut mengikuti kondisisinoptik. Akan tetapi pada saat sinoptik lemah, pengaruh local juga sangat dominant.Topografi yang berbukit-bukit dan tiga buah danau yang cukup luas dan dalam jugamemberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan awan di dalam DAS.Weather modification technology by means of cloud seeding is often done in the Laronawatershed, in order to meet the water needs for electric power generation in the region.Information on the distribution pattern of rain clouds in the watershed is very importantin determining the strategy of cloud seeding. Observations using the weather radarshowed the distribution pattern of clouds in the region following the synoptic conditions.But during weak synoptic condition, local effect is also dominant as it has deep and widelakes inside the watershed.
PENGARUH ENSO TERHADAP POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN
Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1587.378 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2192
Ketersediaan air di danau-danau yang berada di DAS Larona sangat penting karenaair yang mengalir keluar dari danau digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkitlistrik. Kajian pola cuaca dan iklim di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk mengetahuiwaktu yang tepat dalam melakukan tindakan antisipasi kekurangan air, termasuk mengadakan kegiatan teknologi modifikasi cuaca untuk menambah curah hujan. Hasilanalisis dengan data angin permukaan NCEP menunjukkan bahwa pola pergerakanangin di wilayah ini dipengaruhi oleh kondisi ENSO. Pada saat El Nino Angin Timuranbertambah kuat, dan angin dari selatan melemah. Curah hujan pada saat El Nino dapatberkurang sampai 22% dari normalnya, namun pada saat La Nina dapat bertambahsebesar 50%.Water availability in Larona watershed is very important as it is used to drive turbinesof Hydro electric power. Study of weather and climate patterns is needed to anticipatedwater shortages, as well as to conduct the weather modification technology for rainenhancement. NCEP surface wind data analysis indicate that the pattern of windmovement in the region is affected by ENSO. During El Nino, easterly wind is gettingstronger, and the southerly wind is weaker. during El Nino rainfall reduced to 22% ofnormal, but during La Nina it increased by 50%.