Findy Renggono, Findy
Unknown Affiliation

Published : 37 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru; Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area – West Java on 12 March – 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
RELASI FAKTOR REFLEKTIVITAS RADAR DENGAN INTENSITAS CURAH HUJAN UNTUK RADAR C-BAND DI SOROAKO, SULAWESI SELATAN Arida, Vera; Renggono, Findy; Dupe, Zadrach L
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 2 (2012): December 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6075.442 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v13i2.2574

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konstanta relasi faktor reflektifitas radar dengan intensitas curah hujan secara umum di Soroako.
PENGAMATAN KEJADIAN HUJAN DENGAN DISDROMETER DAN MICRO RAIN RADAR DI SERPONG Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 1 (2017): June 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.614 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v18i1.2199

Abstract

IntisariPengamatan hujan dengan menggunakan beberapa peralatan yang mempunyai metode berbeda telah dilakukan di wilayah Serpong. Peralatan yang digunakan adalah Disdrometer dan Micro Rain Radar (MRR). Kedua peralatan tersebut dipasang pada satu lokasi yang sama agar dapat mengukur kejadian hujan yang sama. Pengamatan dilakukan pada akhir tahun 2016 selama 5 bulan, disesuaikan dengan kondisi dimana musim hujan sudah mulai masuk untuk wilayah ini. Perbandingan pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan kesesuaian hasil antara kedua peralatan tersebut.  Pengamatan distribusi ukuran butir air pada empat kejadian hujan antara bulan Agustus-Desember 2016 menunjukkan bahwa hujan konvektif mempunyai distribusi ukuran yang lebih besar dibandingkan hujan stratiform.  AbstractRain observation by using several instruments having different method has been done in Serpong area. The instrument used is Disdrometer and Micro Rain Radar (MRR). Both instruments are installed in the same location in order to measure the same rain events. Observations were made at the end of 2016 for 5 months, adjusted to the conditions in which the rainy season has begun to enter for the region. Comparison of measurements that have been done indicate the suitability of the results between the two instrument. Drop size distribution of four rain event during August - December 2016 shows that the drop size distribution on convective rain broaden than on stratiform rain. 
KARAKTERISTIK HUJAN DAN AWAN PENGHASIL CURAH HUJAN HARIAN TINGGI BERDASARKAN DATA MICRO RAIN RADAR (Studi Kasus : Wilayah Dramaga, Bogor) Syafira, Sara Aisyah; Syaifullah, Djazim; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 17, No 1 (2016): June 2016
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.647 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v17i1.535

Abstract

IntisariKejadian hujan di wilayah Bogor yang seringkali dikaitkan dengan kejadian banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya menjadi dasar pentingnya studi karakterisasi awan-awan penghasil curah hujan harian tinggi di wilayah Bogor tersebut. Suatu instrumen cuaca, yaitu micro rain radar (MRR),  merupakan instrumen yang cukup potensial dalam hal ini, tetapi belum banyak dimanfaatkan di daerah tropis, khususnya Indonesia. Dalam penelitian ini, dilakukan karakterisasi hujan dan awan-awan penghasil curah hujan harian tinggi di wilayah Dramaga, Bogor berdasarkan data MRR. Hasil analisis terhadap data MRR ini dengan cukup jelas memperlihatkan bahwa kejadian hujan dengan akumulasi curah hujan harian tinggi di daerah tersebut utamanya dihasilkan oleh awan-awan konvektif yang mencapai ketinggian puncak awan sekitar 4.5 km, dengan kejadian hujan berkisar pada siang, sore, dan malam hari.  AbstractRain events in Bogor area that are often associated with flood occurrences in Jakarta and surrounding areas become important basic of characterization studies of clouds producing high daily rainfall in the Bogor area. A weather instrument, namely micro rain radar (MRR), is an instrument that is considerable potential in this regard, but has not been widely used in tropics, especially Indonesia. In this study, characterization of rain and clouds producing high daily rainfall in Dramaga, Bogor based on MRR data were conducted. Analysis results of the MRR data quite clearly show that occurrences of rain with high daily rainfall accumulation in the area were mainly produced by convective clouds which reached a height of cloud tops about 4.5 km, with rain events happened generally at afternoon, evening, and night. 
PERBANDINGAN PENGUKURAN RADIOMETER DAN RADIOSONDE PADA MUSIM HUJAN DI DRAMAGA BOGOR Athoillah, Ibnu; Dewi, Saraswati; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 17, No 2 (2016): December 2016
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.045 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v17i2.640

Abstract

IntisariBalai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC) BPPT bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan kegiatan Intensive Observation Period (IOP) selama puncak musim hujan pada tanggal 18 Januari - 16 Februari 2016 di wilayah Jabodetabek. Salah satu peralatan yang digunakan untuk observasi adalah Radiometer dan Radiosonde. Pada penelitian ini akan difokuskan bagaimana perbandingan hasil dari pengukuran Radiometer dan Radiosonde selama kegiatan IOP terutama untuk parameter temperatur dan kelembapan relatif. Hasil dari perbandingan pada profil atmosfer di lapisan tertentu terlihat adanya data yang mempunyai kecenderungan jauh dan tidak memiliki kedekatan nilai. Untuk pengukuran temperatur dengan radiometer jika dibandingkan dengan radiosonde, korelasi data semakin kecil di lapisan atas, sebaliknya jika untuk pengukuran kelembapan relatif, korelasi data di lapisan atas lebih tinggi daripada korelasi data di lapisan bawah. Sedangkan jika dibandingkan pada satu waktu antara radiometer dan radiosonde menunjukkan kecocokan untuk kedua data, meskipun kecocokan data kelembapan relatif lebih kecil dibandingkan data temperatur.  AbstractNational Laboratory for Weather Modification (BB-TMC) BPPT has colaborated with Meteorological Climatology and Geophysic Agency (BMKG) in conducting Intensive Observation Period (IOP) during the peak of rainy season in Jabodetabek area on January 18th- February 16th 2016. One of the tools used in the observation is Radiometer and Radiosonde. This study will focus on comparison result between Radiometer and Radiosonde measurement during IOP especially for temperature and relative humidity parameters. The result in a particular layer of profile atmosphere indicates that the data  tends to deviate away. The temperature difference measured using radiometer and radiosonde in the upper layer shows smaller value than that in the lower layer.  In contrast,  the correlation for relative humidity data in the upper layers is higher than in the lower layers. Meanwhile when compared at one time indicate a good match for both data, although the data matches of  the relative humidity are lower than the temperature data.  
VARIASI HARIAN DAN TAHUNAN HUJAN DI SERPONG BERDASARKAN PENGAMATAN DENGAN MICRO RAIN RADAR Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 2 (2017): December 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.178 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v18i2.2785

Abstract

IntisariKemampuan MRR untuk mengamati profil hujan sampai ketinggian di atas 7500m dapat digunakan untuk mengamati kemunculan jenis hujan. Dari parameter yang diperoleh dapat dibedakan menjadi dua jenis hujan, konvektif dan stratiform berdasarkan keberadaan brightband. Pengamatan kemunculan jenis hujan dengan MRR di Serpong menunjukkan bahwa hujan konvektif relatif muncul lebih banyak dibandingkan stratiform pada puncak musim kering, sedangkan pada musim hujan sebaliknya. Untuk variasi hariannya, puncak hujan konvektif muncul sekitar pukul 15.00-16.00 WIB sedangkan stratiform sekitar pukul 18.00 WIB.  AbstractThe ability of micorain radar to observe precipitation profiles up to 7500m height can be used to observe the precipitation types. Precipitation can be classified into two types of rain, convective and stratiform based on the existence of brightband. MRR observation in Serpong shows that convective rain relatively appears more than stratiform rain during the peak of the dry season, while in the rainy season vice versa. For daily variations, the peak of the convective rain appears at about 15.00-16.00 LT while the stratiform is around 18.00 LT. 
PENGARUH MADDEN-JULIAN OSCILLATION TERHADAP DISTRIBUSI TEMPORAL DAN PROPAGASI HUJAN BERDASARKAN PENGAMATAN RADAR CUACA (Studi Kasus : Intensive Observation Period 2016 di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya) Arbain, Ardhi Adhary; Renggono, Findy; Yahya, Rino Bahtiar
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 2 (2017): December 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.371 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v18i2.2058

Abstract

IntisariDistribusi temporal dan propagasi hujan selama Intensive Observation Period 2016 (IOP 2016, 18 Januari – 16 Februari 2016) di wilayah Jakarta dan sekitarnya dianalisis berdasarkan rataan longitudinal dan latitudinal data Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) radar cuaca, pada periode sebelum, saat dan sesudah fase aktif Madden-Julian Oscillation (MJO). Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi temporal hujan berkurang secara signifikan pada periode MJO aktif dan sesudah MJO, terutama pada dini hari. Di sisi lain, intensitas hujan semakin meningkat dengan nilai rata-rata di atas 30 mm/jam pada periode setelah MJO. Pada komponen zonal, arah propagasi hujan umumnya dominan dari barat ke timur pada ketiga periode analisis, sedangkan untuk komponen meridional, terdapat variasi yang cukup signifikan pada periode saat dan setelah MJO aktif . Pergerakan hujan dari selatan ke utara pada kedua periode tersebut menunjukkan pengaruh siklus diurnal yang semakin kuat dibandingkan pengaruh monsun, setelah MJO melintasi wilayah barat Benua Maritim Indonesia.   AbstractTemporal distribution and propagation of rainfall during Intensive Observation Period 2016 campaign (IOP 2016, January 18 – February 16, 2016) in Jakarta and surrounding area were investigated based on the longitudinal dan latitudinal averages of Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) dataset of weather radar, during the active Madden-Julian Oscillation (MJO) phase, as well as, pre-MJO and post-MJO periods. The results show a significant decrease of rainfall temporal distribution during the active MJO and post-MJO periods, particularly in the early morning, meanwhile, the rainfall intensity shows significant increase, with the averages of more than 30 mm/hr during the post-MJO period. On the zonal component, the rainfall mostly has eastward propagation for all period while having more significant variations on the meridional component during the active and post-MJO periods. Northward rainfall propagation during the active and post-MJO periods indicates the strengthen effect of diurnal cycle over monsoon after the MJO passed by the western part of Indonesian Maritime Continent.  
PENGAMATAN KONDISI CUACA PENYEBAB BENCANA BANJIR KASUS KEJADIAN BANJIR DI TOL CIKAMPEK 14 FEBRUARI 2016 Renggono, Findy
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.286 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v12i1.3695

Abstract

Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya padatanggal 14 Februari 2016 menimbulkan banyak genangan yang cukup tinggi di beberapa lokasi. Beberapa jalan utama, terutama jalan tol Cikampek,terendam banjir sehingga akses transportasi terputus dan beberapa wilayahpermukiman penduduk juga kebanjiran yang memaksa penghuninya untukmengungsi. Model prediksi cuaca numerik yg dijalankan pada pagi hari maupun pengamatan cuaca lainnya tidak dapat mendeteksi kejadian hujanderas pada siang hari yang merata di seluruh wilayah Jakarta. Hasil pengamatan dengan radar dan peralatan lain menunjukkan awan baru mulai tumbuh sekitar 1-2 jam sebelum hujan terjadi. Pengamatan intensif yangsedang dilakukan oleh BPPT dan BMKG berhasil menangkap kejadianhujan yang terjadi. Pertumbuhan dan pergerakan awan hujan, termasuksebaran hujan yang terjadi dapat diketahui dari radar. Sedangkan hasil pengamatan yang dilakukan di Bogor, yaitu peluncuran radiosonde,radiometer dan AWS dapat memantau perubahan cuaca secara detil. Hasilanalisis awal dari pengamatan ini dapat digunakan untuk meningkatkankualitas prediksi cuaca dalam sistem peringatan dini kebencanaan.
THE USE OF WRF MODEL TO SUPPORT CLOUD SEEDING OPERATION: A STUDY IN THE CITARUM CATCHMENT AREA Kudsy, Mahally; Ridwan, Ridwan; Renggono, Findy; Sunarto, Faisal
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9312.405 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2203

Abstract

This paper presents about the use of WRF modelling to assist weather analysis for cloud seeding operation in the Citarum Catchment Area, West Java, Indonesia. In this study, WRF parameterization was carried out . The parameterized values were used to forecast precipitation during cloud seeding operation. To study the effect of variational run, WRF 3DVAR was run using GDAS data set and doppler weather radar data. The result of this study shows that precipitation can be better predicted by ingesting radar data into 3DVAR run.Makalah ini menyajikan tentang penggunaan pemodelan dengan WRF untuk membantu analisis cuaca yang dipakai dalam operasi penyemaian awan di DAS Citarum, Jawa Barat, Indonesia. Dalam kajian ini telah dilakukan parameterisasi WRF, kemudian nilaiparameter yang diperoleh dipakai untuk mendapatkan prakiraan presipitasi selama operasi penyemaian awan. Untuk mempelajari pengaruh dari run variasional, WRF 3DVAR dijalankan dengan menggunakan data GDAS dan data radar doppler. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa prakiraan presipitasi yang lebih baik dapat diperoleh dengan mengasimilasikan data radar ke dalam run 3DVAR.
PENGARUH MADDEN-JULIAN OSCILLATION TERHADAP DISTRIBUSI TEMPORAL DAN PROPAGASI HUJAN BERDASARKAN PENGAMATAN RADAR CUACA (STUDI KASUS : INTENSIVE OBSERVATION PERIOD 2016 DI WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA) Arbain, Ardhi Adhary; Renggono, Findy; Yahya, Rino Bahtiar
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 18, No 2 (2017): December 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.371 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v18i2.2058

Abstract

IntisariDistribusi temporal dan propagasi hujan selama Intensive Observation Period 2016 (IOP 2016, 18 Januari ? 16 Februari 2016) di wilayah Jakarta dan sekitarnya dianalisis berdasarkan rataan longitudinal dan latitudinal data Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) radar cuaca, pada periode sebelum, saat dan sesudah fase aktif Madden-Julian Oscillation (MJO). Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi temporal hujan berkurang secara signifikan pada periode MJO aktif dan sesudah MJO, terutama pada dini hari. Di sisi lain, intensitas hujan semakin meningkat dengan nilai rata-rata di atas 30 mm/jam pada periode setelah MJO. Pada komponen zonal, arah propagasi hujan umumnya dominan dari barat ke timur pada ketiga periode analisis, sedangkan untuk komponen meridional, terdapat variasi yang cukup signifikan pada periode saat dan setelah MJO aktif . Pergerakan hujan dari selatan ke utara pada kedua periode tersebut menunjukkan pengaruh siklus diurnal yang semakin kuat dibandingkan pengaruh monsun, setelah MJO melintasi wilayah barat Benua Maritim Indonesia.   AbstractTemporal distribution and propagation of rainfall during Intensive Observation Period 2016 campaign (IOP 2016, January 18 ? February 16, 2016) in Jakarta and surrounding area were investigated based on the longitudinal dan latitudinal averages of Constant Altitude Plan Position Indicator (CAPPI) dataset of weather radar, during the active Madden-Julian Oscillation (MJO) phase, as well as, pre-MJO and post-MJO periods. The results show a significant decrease of rainfall temporal distribution during the active MJO and post-MJO periods, particularly in the early morning, meanwhile, the rainfall intensity shows significant increase, with the averages of more than 30 mm/hr during the post-MJO period. On the zonal component, the rainfall mostly has eastward propagation for all period while having more significant variations on the meridional component during the active and post-MJO periods. Northward rainfall propagation during the active and post-MJO periods indicates the strengthen effect of diurnal cycle over monsoon after the MJO passed by the western part of Indonesian Maritime Continent.