Tracking, tracing dan isolasi mandiri penderita covid-19 merupakan upaya tatalaksana terpilih dari seluruh negara didunia untuk pencegahan dan pemutusan rantai penularan. Implementasi kebijakan tatalaksana covid 19 di puskesmas perlu dievaluasi, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan dampak kontraproduktifnya, karena kasus sejenis dapat terjadi kapan saja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak implementasi kebijakan tata laksana covid-19 meliputi tracking,tracing dan isolasi terhadap burnout tenaga kesehatan sesuai dengan pengalaman pelaksana. Metoda penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 24 orang informan terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, tenaga surveilans dan tenaga kesehatan, masyarakat penyintas covid 19 di lima puskesmas, serta 124 tenaga kesehatan yang ditentukan secara purposive. Data dikumpulkan melalui wawancara, diskusi kelompok terarah, observasi dan studi dokumentasi. Analisa data menggunakan teknik kualitatif melalui reduksi, dan interpretasi data, validasi data dengan triangulasi terhadap sumber data dan metode, serta menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan implementasi pelacakan kontak erat dan pemantauan isolasi mandiri serta vaksinasi tahun 2020 sampai Juni 2022 belum mencapai target. Pelaksana sudah memahami kebijakan sesuai fungsi pelaksana sehingga disadari sebagai tanggung jawab profesi. Kebijakan tatalaksana dikomunikasikan secara berjenjang dan bertahap sesuai kebijakan nasional yang berlaku secara struktural direktif. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dilakukan secara internal dan eksternal. Terbatasnya jumlah tenaga teknis pelaksana, dan belum terintegrasinya sistem informasi menyebabkan tingkat burnout mayoritas pelaksana kategori rendah sampai sedang, artinya tenaga kesehatan merasakan adanya tuntutan tugas yang tinggi dan mengganggu pikiran, dan waktu istirahat tetapi tidak mengganggu tugas, karena tata nilai budaya saling membantu dan ikhlas berkorban sebagai bentuk ibadah menjadi motivasi kuat pelaksana tugas.