Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Keluarga terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Klien HDR di Kota Tasikmalaya Kustiawan, Ridwan
Media Informasi Vol 11, No 1 (2015): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.897 KB)

Abstract

Videbeck (2008) mengatakan bahwa tanda negatif pada skizofrenia akan menetap lebih lama pada klien. Gejala negatif seringkali tidak disadari oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu. Salah satu tanda gejala negatif yang sering ditemukan adalah HDR. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat klien HDR di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dengan desain quasi eksperimen pendekatan pre post tes dengan  grup kontrol. Responden penelitian adalah keluarga dengan koping keluaga tidak efektif dalam merawat klien HDR, 50 keluarga dibagi 2 kelompok yaitu 25 kelompok intervensi dan 25 kelompok kontrol. Kemampuan keluarga merawat klien HDR yang mendapatkan pendidikan kesehatan keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan keluarga. Disarankan pendidikan kesehatan keluarga digunakan sebagai terapi keluarga dalam meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien dengan HDR.  
PENGARUH THERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA TASIKMALAYA Kustiawan, Ridwan; Cahyati, Peni; Badriah, Siti
Media Informasi Vol 12, No 1 (2016): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.937 KB)

Abstract

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) menunjukkan penderita Diabetes Militus di Indonesia usia 65 sampai usia 74 tahun berjumlah 2,4 % dan  usia 75 tahun keatas berjumlah 2,2%. Sementara itu di Kota Tasikmalaya dalam satu tahun terakhir ini terdapat 547 orang lansia usia 60 tahun keatas yang teridentifikasi mempunyai penyakit  DM atau sekitar 0,7%. Tujuan penelitin ini untuk membuat penilaian terhadap gambaran kemampuan keluarga dalam merawat lansia diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah therapi psikoedukasi keluargaJenis penelitian yang  dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan quasi eksperiman,. Teknik Sampling yang digunakan adalah konsekutif sampling, yang terdiri dari 20 kelompok intervensi dan 20 kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi Psikoedukasi keluargayaitu kemampuan kognitif sebelum perlakukan 7,90 setelah perlakukan menjadi 10,70 sedangkan kemampuan psikomotor sebelum perlakuan 11,20 menjadi 15,75. Sementara kelompok yang tidak dilakukan terapi psikoedukasi keluarga tidak terdapat peningkatan kemampuan dalam merawat lansia dengan DM tipe 2. Berdasarkan hasil tersebutmaka terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien lansia dengan Diabetes militus tipe 2.
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR Kustiawan, Ridwan; Hilmansyah, Angga
Media Informasi Vol 13, No 1 (2017): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.69 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pasien pre operatif yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan. Cemas sedang adalah lapang persepsi klien sudah terfokos pada suatu hal yang dipikirkannya. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi yaitu seluruh pasien pre operasi dengan bedah mayor  di Ruang Bedah 3a, 3b, dan 4 RSU Kota Tasikmalaya Tahun 2013, dari tanggal 13 Juni - 17 Juli 2013, pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling dengan jumlah 21 responden, hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat kecemasan pada pasien pre operasi adalah cemas sedang (81%). Rumah sakit diharapkan meningkatkan lagi dalam memperhatikan faktor–faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan meliputi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan serta usia dan tingkat kecemasan pasien pre operasi untuk pengembangan asuhan keperawatan.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT KLIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIK Kustiawan, Ridwan
Media Informasi Vol 12, No 2 (2016): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.516 KB)

Abstract

Tanda negatif pada skizofrenia akan menetap lebih lama pada klien. Gejala negatif seringkali tidak disadari oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu. Salah satu tanda gejala negatif yang sering ditemukan adalah HDR. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan karakteristik keluarga dengan kemampuan keluarga merawat klien HDR di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dengan desain korelasi. Responden penelitian adalah keluarga dengan koping keluaga tidak efektif  dalam merawat klien HDR sebanyak 25 keluarga. Karakteristik keluarga yang berhubungan dengan kemampuan keluarga merawat klien HDR hanya asfek hubungan dengan klien itupun hanya pada kemampuan psikomotor saja, sedangkan pada kemampuan kognitif tidak ada yang berhubungan.Disarankan dilakukan intervensi lain untuk meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien dengan HDR.
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANGTUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK BAWAH RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Kustiawan, Ridwan
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.8 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v13i1.27

Abstract

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan tersebut dapat terjadi pada orang tua karena kecemasan orang tua bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya oleh factor kehidupan anaknya. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38°C. Data yang diperoleh pada tahun 2013, anak yang mengalami kejang demam di RSUD dr. Soekardjo sebanyak 236 kasus dalam satu tahun. Maka dari itu orang tua perlu diukur tingkat kecemasanya dengan menggunakan skala HARS. Tujuan penelitiaan ini untuk mengetahui tingkat kecemasan orang tua terhadap hospitalisasi anak dengan kejang demam di Ruang Anak Bawah RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Dalam penelitian ini selain meneliti tingkat kecemasan orang tua juga meneliti tentang karakteristik orang tua, seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dilakukan dari bulan April – Mei 2014, dengan populasi orang tua pasien yang anaknya dirawat karena penyakit kejang demam di Ruang Anak. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling, jumlah responden sebanyak 21 orang. Hasilnya menunjukan bahwa 19%responden mengalami kecemasan ringan, 32,4% mengalami kecemasan sedang, 19% mengalami kecemasan berat dan 9,5% mengalami panik. Saran penulis terhadap hasil penelitian ini diharapkan rumah sakit dapat memperhatikan orang tua pasien khususnya yang rentan mengalami kecemasan dengan cara mengadakan penyuluhan dan konsultasi kesehatan tentang kecemasan. Kata Kunci: Tingkat Kecemasan, Kejang Demam
PENGALAMAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT TINDAKAN PEMBEDAHAN PADA PASIEN PRE OPERATIF ELEKTIF DI RUANG IIIA RSU KOTA TASIKMALAYA Kustiawan, Ridwan
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 11, No 1 (2014)
Publisher : STIKes BTH Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.237 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v11i1.46

Abstract

Penelitian ini membahas tentang pengalaman pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA  RSU Kota Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan studi fenomenologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan narasumber dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive untuk pasien dan incidental untuk perawat. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi. Hasil penelitian adalah mengungkapkan pengalaman pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif yang terdiri dari 5 sub variable yaitu metoda, isi, waktu, dan tempat pemberian informed  concent tindakan pembedahan serta harapan pasien dan perawat tentang pemberian informed concent tindakan pembedahan. Hasil dari penelitian ini memberikan implikasi terhadap pelayanan keperawatan perioperatif dalam melaksanakan pemberian informed concent tindakan pembedahan pada pasien pre operatif elektif. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam berkomunikasi, tersedianya media bantu  komunikasi dan adanya sebuah aturan yang jelas tentang batasan wewenang medis dan perawat terhadap pemberian informasi kepada pasien akan sangat membantu meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan perioperatif khususnya tentang pemberian informed consent tindakan pembedahan pada pasien  pre operatif elektif. Kata Kunci      : informed concent tindakan pembedahan, pasien, pre operatif elektif
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN PASIEN PASCA STROKE DI POLIKLINIK SYARAF RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Kustiawan, Ridwan; Badruzaman, Rusdiana
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 15, No 1 (2016): Pebruari 2016
Publisher : STIKes BTH Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.66 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v15i1.155

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di dunia, tahun 2007 terkait penyakit stroke di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi stroke di Indonesia sebesar 6% atau 8,3 per 1000 artinya dari seribu penduduk delapan diantaranya mengalami stroke. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke di Poliklinik Syaraf RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah semua keluarga pasien stroke, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling yaitu sebanyak 96 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang stroke dan perawatannya sebagian besar ada pada kategori cukup yaitu sebanyak 47 orang (49,0%), sedangkan sikap keluarga sebagian besar ada pada kategori positif yaitu sebanyak 51 orang (53,1%). Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke dengan p value sebesar 0,002 (0,002 < 0,05) dan OR 4,464. Hendaknya keluarga lebih meningkatkan pengetahuannya terutama tentang stroke dan perawatannya, dengan cara menggali informasi melalui media massa, elektronik maupun konseling dari tenaga kesehatan, sehingga dengan pengetahuan yang baik tentang stroke dan perawatannya akan lebih meningkatkan sikap mendukung keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA KUSTIAWAN, RIDWAN
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 17, No 1 (2017)
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.774 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v17i1.197

Abstract

Penelitian ini membahas tentang hubungan karakteristik penderita TB paru dengan keberhasilan pengobatan TB Paru di Puskesmas Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masih banyaknya jumlah penderita TB paru dan pasien yang mengalami kegagalan dalam pengobatan TB Paru, sehingga di Indononesia termasuk penyebab kematian nomor ketiga.Penelitian ini menggunakan design cross sectional  dengan menggambarkan hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang, dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara umur, pendidikan dan pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal responden terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru.Namun ada hubungan dari pengetahun, sikap dan praktek keseharian terhadap keberhasilan pengobatan TB Paru.Dengan melihat hasil tersebut, sangat diharapkan peningkatan peran perawat terhadap pasien, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyebaran TB Paru
PENGARUH THERAPI PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA TASIKMALAYA Kustiawan, Ridwan
Media Informasi Vol 12, No 1 (2016): BULETIN MEDIA INFORMASI
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) menunjukkan penderita Diabetes Militus di Indonesia usia 65 sampai usia 74 tahun berjumlah 2,4 % dan  usia 75 tahun keatas berjumlah 2,2%. Sementara itu di Kota Tasikmalaya dalam satu tahun terakhir ini terdapat 547 orang lansia usia 60 tahun keatas yang teridentifikasi mempunyai penyakit  DM atau sekitar 0,7%. Tujuan penelitin ini untuk membuat penilaian terhadap gambaran kemampuan keluarga dalam merawat lansia diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah therapi psikoedukasi keluargaJenis penelitian yang  dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan quasi eksperiman,. Teknik Sampling yang digunakan adalah konsekutif sampling, yang terdiri dari 20 kelompok intervensi dan 20 kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi Psikoedukasi keluargayaitu kemampuan kognitif sebelum perlakukan 7,90 setelah perlakukan menjadi 10,70 sedangkan kemampuan psikomotor sebelum perlakuan 11,20 menjadi 15,75. Sementara kelompok yang tidak dilakukan terapi psikoedukasi keluarga tidak terdapat peningkatan kemampuan dalam merawat lansia dengan DM tipe 2. Berdasarkan hasil tersebutmaka terapi psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat klien lansia dengan Diabetes militus tipe 2.
Application of Medication Compliance Therapy and Scheduled Activities: Prayer in Hearing Hallucinations Widiawati, Mela; Asep Riyana; Kustiawan, Ridwan
Asy-Syifa : Journal of Science and Technology Nursing Vol. 2 No. 2 (2024): Asy-Syifa: Journal Of Science and Technology Nursing (September 2024)
Publisher : LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Objective: The purpose of this study was to provide an overview of health education including medication adherence, planned activities, and spiritual prayer as a means to help people with auditory hallucinations. Methods: The research method used is a qualitative method, which is a method used to collect data through observation of people, interviews, or observation of behaviour, conducted in April-March 2024. Results: Based on the nursing care case study conducted, from the data analysis obtained data from client 1 and the factors causing hallucinations, the client has experienced losing her husband, while client 2 is the perpetrator who experiences hallucinations because the client has lost the house, namely blown away. Interventions carried out on client 1 and client 2 are Sp 1 to Sp 4 Auditory Hallucinations with additional therapy Application of taking medication and Scheduled activities: Prayer. Implementation is the application of Sp 1 to Sp 4 Hallucinations coupled with the application of compliance therapy taking medication and scheduled activities: Prayers in accordance with the interventions that have been applied. Evaluation is the implementation stage carried out on both clients. Conclusion: Both patients experienced the same problem, namely sensory perception disorders, auditory hallucinations and after being given medication compliance therapy and scheduled activities.