Hendra Toni
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Biodiversitas Jamur Basidiomycetes Untuk Biobanking Di Kecamatan BanamaTingang Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah : Patricia Erosa Putir, Hendra Toni, Reri Yulianti JHT, Admin
Jurnal Hutan Tropika Vol 11 Nomor 1 Tahun 2016
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v21i01.51

Abstract

ABSTRAK Pengetahuan masyarakat lokal akan pemanfaatan jamur baik sebagai jamur obat maupun jamur pangan masih belum memadai serta informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan jamur masih dirasakan kurang sehingga potensi jamur yang seharusnya dapat mendukung peningkatan kesejahteraan hidup juga tidak dapat dirasakan oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman jenis jamur Basidiomycota yang berpotensi sebagai jamur obat serta jamur yang dapat dikonsumsi (bahan pangan) bagi masyarakat lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan orientasi lapangan dan penentuan lokasi penelitian kemudian membuat plot penelitian dengan ukuran plot 200 x 150 m atau 3 ha sebanyak satu 1 buah. Pada plot tersebut dibuat jalur pengamatan jamur sebanyak 8 jalur, jarak antar jalur adalah 5 m dan lebar jalur 20 m. Plot penelitian ini dibuat di masing-masing desa lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan eksplorasi jenis jamur, koleksi dan identifikasi jenis jamur yang terdapat di hutan alam di kedua desa serta melakukan wawancara dengan masyarakat lokal mengenai pengenalan dan pemanfatan jamur. Hasil penelitian diperoleh 7 famili dan 46 jenis jamur Badisiomycetes di hutan alam desa Bawan, jamur yang dominan adalah Ganoderma sp dari famili Ganodermataceae sedangkan di desa Ramang ditemukan 8 famili dan 36 jenis jamur Basidiomycetes dengan jamur yang mendominasi adalah jenis Trametes versicolor dari famili Polyporaceae. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal tidak banyak ditemukan jenis jamur pangan dan jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Terdapat 2 jenis yang sering dikonsumsi oleh masyarakat local yaitu jamur kuping (Auricularia delicate) dan jamur tiram (Pleurotus sp.) serta jamur yang dapat digunakan sebagai obat adalah jamur Ganoderma lucidum, sementara jenis jamur lain yang ditemukan sebagian belum dapat diidentifikasi, namun sebagian lagi termasuk jamur parasit dan jamur beracun. Kata kunci: Biodiversitas, Basidiomycetes, Biobanking
Biodiversitas Jamur Basidiomycetes Untuk Biobanking Di Kecamatan BanamaTingang Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah : Patricia Erosa Putir, Hendra Toni, Reri Yulianti Admin JHT
HUTAN TROPIKA Vol 11 No 1 (2016): Volume 11 Nomor 1 Tahun 2016
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.932 KB) | DOI: 10.36873/jht.v11i1.51

Abstract

ABSTRAK Pengetahuan masyarakat lokal akan pemanfaatan jamur baik sebagai jamur obat maupun jamur pangan masih belum memadai serta informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan jamur masih dirasakan kurang sehingga potensi jamur yang seharusnya dapat mendukung peningkatan kesejahteraan hidup juga tidak dapat dirasakan oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman jenis jamur Basidiomycota yang berpotensi sebagai jamur obat serta jamur yang dapat dikonsumsi (bahan pangan) bagi masyarakat lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan orientasi lapangan dan penentuan lokasi penelitian kemudian membuat plot penelitian dengan ukuran plot 200 x 150 m atau 3 ha sebanyak satu 1 buah. Pada plot tersebut dibuat jalur pengamatan jamur sebanyak 8 jalur, jarak antar jalur adalah 5 m dan lebar jalur 20 m. Plot penelitian ini dibuat di masing-masing desa lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan eksplorasi jenis jamur, koleksi dan identifikasi jenis jamur yang terdapat di hutan alam di kedua desa serta melakukan wawancara dengan masyarakat lokal mengenai pengenalan dan pemanfatan jamur. Hasil penelitian diperoleh 7 famili dan 46 jenis jamur Badisiomycetes di hutan alam desa Bawan, jamur yang dominan adalah Ganoderma sp dari famili Ganodermataceae sedangkan di desa Ramang ditemukan 8 famili dan 36 jenis jamur Basidiomycetes dengan jamur yang mendominasi adalah jenis Trametes versicolor dari famili Polyporaceae. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal tidak banyak ditemukan jenis jamur pangan dan jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Terdapat 2 jenis yang sering dikonsumsi oleh masyarakat local yaitu jamur kuping (Auricularia delicate) dan jamur tiram (Pleurotus sp.) serta jamur yang dapat digunakan sebagai obat adalah jamur Ganoderma lucidum, sementara jenis jamur lain yang ditemukan sebagian belum dapat diidentifikasi, namun sebagian lagi termasuk jamur parasit dan jamur beracun. Kata kunci: Biodiversitas, Basidiomycetes, Biobanking
Aktivitas Toksisitas Minyak Atsiri Kulit Cinnamomum sintoc Blume Terhadap Larva Artemia salina Leach (Studi Pendahuluan Anti Kanker): Toxicity Activity of Essential Oil from Cinnamomum sintoc Blume bark Against Artemia salina Leach Larvae (Anti-Cancer Preliminary Study) Nuwa; Renhart Jemi; Hendra Toni; Antonius Triyadi
HUTAN TROPIKA Vol 16 No 2 (2021): Volume 16 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v16i2.3580

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas toksisitas minyak atsiri kulit kayu sintok (C. sintoc Blume) kondisi segar dan kering terhadap larva A. salina Leach. Menggunakan metode destilasi kulit kayu untuk mendapatkan minyak atsirinya, kemudian diuji toksisitasnya dengan larva menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), analisis senyawa menggunakan GC-MS. Kematian larva dianalisis dengan Regresi Probit. Hasil penelitian menunjukkan, minyak atsiri kulit kayu segar dan kering bersifat toksik. Minyak atsiri kulit kayu segar mengandung 11 senyawa, dan Minyak atsiri kulit kayu kering mengandung 13 senyawa. Diduga senyawa yang terkandung pada minyak atsiri kulit kayu C. sintoc Blume segar dan kering yang menyebabkan kematian larva A. salina Leach
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POLA SEBARAN TUMBUHAN OBAT DI HUTAN RAWA GAMBUT RESORT SEBANGAU HULU TAMAN NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH Nisfiatul Hidayat; Hendra Toni; Salmansyah Salmansyah
Agrienvi: Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 17 No. 01 (2023): Juni 2023 : Agrienvi : Jurnal Ilmu Pertanian
Publisher : Agrienvi: Jurnal Ilmu Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/aev.v17i01.8688

Abstract

This study aims to determine the species diversity and distribution pattern of medicinal plants in the peat swamp forest at ​​Sebangau Hulu Resort, Sebangau National Park, Central Kalimantan. Based on the results of the study, there were 19 types of medicinal plants in the peat swamp forest at the Sebangau Hulu Resort, which include to 15 families. Medicinal plants at the seedling and sapling level were dominated by Tatumbu (Syzygium sp.), and Jinjit (Calophyllum soulatri), while at the pole and tree level it was dominated by Piais (Nephelium lapaceun L.), Beside these types,  Latak Manuk (Ctenolophon parvifolius Oliver) was a species that also dominant at the stake and pile level. Species diversity of medicinal plant  includes low to moderate classification, species richness includes low classification, and evenness includes high classification. The distribution pattern of medicinal plants at the seedling and sapling level has an aggregated pattern, while at the pole and tree level it has a random pattern.
Studi Tingkat Kerusakan Akibat Serangan Hama pada Meranti Merah (Shorea Leprosula Miq.) di Areal Persemaian IUPHHK-HA Dwima Group Kabupaten Katingan: Study on the Level of Damage Due to Pest Attacks on Red Meranti (Shorea Leprosula Miq.) in the Seedling Area of IUPHHK-HA Dwima Group, Katingan Regency Miyasih Miyasih; Eritha Kristiana Firdara; Patricia Erosa Putir; Nuwa Nuwa; Hendra Toni
HUTAN TROPIKA Vol 18 No 2 (2023): Volume 18 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v18i2.11957

Abstract

The objectives in this study are: 1. Identify and describe the types of pests that attack red meranti seedlings (Shorea leprosula Miq.) in the IUPHHK-HA Dwima Group seedling area; 2. Know and categorize the level of damage caused by pest attacks on red meranti seedlings (Shorea leprosula Miq.) in the IUPHHK-HA Dwima Group seedling area. Sampling is done by simple random sampling. Random sampling was taken from 5 beds containing 5000 red meranti seeds, in each bed there are 100 red meranti seedlings that will be used as research objects. There are 3 types of pests that attack red meranti seedlings, namely black ants (Lasius niger), spiders (Phintella vitatta) and caterpillars (Doleschallia bisaltide). Spider pests with damage intensity of 3.12% and attack area of 10.8%; black ants with a damage intensity of 2.56% and an attack area of 10%, and caterpillars with a damage intensity of 2.6% and an attack area of 6%. The degree of pest damage belongs to the category of mild infestation. The intensity of damage to each bed belongs to the light category with an average of 11.8% while the average value of attack area is 26.8% belonging to the moderate attack category.
Keanekaragaman Jenis Mamalia Besar di Kawasan UPT. Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Sebangau Kalimantan Tengah: Diversity of Large Mammal Species in the UPT Peat Swamp Forest Nature Laboratory (LAHG) Sebangau, Central Kalimantan Milad Madiyawati; Moh. Rizal; Gabriella SN Nababan; Ajun Junaedi; Ahmad Mujaffar; Hendra Toni
HUTAN TROPIKA Vol 18 No 2 (2023): Volume 18 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/jht.v18i2.11970

Abstract

Kalimantan has 222 species of mammals and 44 of them are endemic. This study aims to calculate the diversity and determine the number of large mammal species that exist in the UPT area. Natural Laboratory of Peat Forest (LAHG) Sebangau University of Palangka Raya, Central Kalimantan. The results of the research are There are 5 types of large mammals found through observation and interviews, namely Gibbon (Hylobates albibarbis), Classi (Presbytis baricunda), Orangutan (Pongo pygmaeus), Wild boar (Sus barbatus) and Sun Bear (Helarctos malayanus). Diversity Index of large mammal species in the UPT Area. Large mammal species diversity index in the UPT area. The Sebangau Peat Forest Nature Laboratory (LAHG) showed that it was classified as low, namely 0.97, the species richness index of large mammals in the UPT area. The Sebangau Peat Forest Nature Laboratory (LAHG) is classified as low, namely 0.96. The low number of individuals found in swamp and lowland habitats is related to the insufficient availability of feed in these habitats. This is caused by environmental conditions, namely peat swamps which are always wet and stagnant. And the index of evenness of large mammal species in the UPT area. The Sebangau Peat Forest Nature Laboratory (LAHG) is classified as high, namely 0.88. This has caused the discovery of mammals in the LAHG area to appear evenly distributed because there is no dominance between each species in the community.
Development of Kelulut (Trigona sp) Cultivation Business Nuwa, Nuwa; Rotinsulu, Johanna Maria; Toni, Hendra; Jemi, Renhart
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 7, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v7i1.10767

Abstract

Tumbang Nusa Village, Jabiren District, Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan community groups have been formed into the Nusa Sehati Peat Ecosystem Protection Control Working Team (TKPPEG). They serve as partners in managing peat ecosystem protection. Alongside peat ecosystem conservation, improving the community's economy is essential. One initiative is the cultivation of kelulut bees (Trigona Sp), which has not been optimally implemented, particularly in technical beekeeping and honey marketing. Thus, the kelulut cultivation business was developed through the Community Empowerment Lecturer Program (PDPPM) at the University of Palangka Raya. The program's objectives include increasing kelulut honey production, enhancing online marketing, and creating product branding. The implementation involved training, field practice, and mentoring. As a result, lulus bees cultivated with a two-week harvest cycle produced approximately 14.5 liters of honey. Branding efforts allowed Kelulut Honey to compete better in the market, and marketing was conducted via WhatsApp, Instagram, and Facebook. In conclusion, community partners succeeded in cultivating kelulut honeybees, created branding, and adopted online marketing techniques. Their beekeeping skills improved, and they learned the importance of logos, packaging, and product narratives. This extended their market reach, increased sales, and allowed access to non-local consumers.  
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KESAMAAN KOMUNITAS VEGETASI DI AREAL PERLADANGAN BERPINDAH PADA MASA BERA DI DESA HULU TAMPANG KABUPATEN BARITO SELATAN Hidayat, Nisfiatul; Mataram, Bende; Triyadi, Antonius; Toni, Hendra; Fauzi, Fouad; Yulianti, Reri
Agrienvi: Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 19 No. 1 (2025): Juni 2025: Journal Agrienvi
Publisher : Agrienvi: Jurnal Ilmu Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36873/aev.v19i1.20359

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keaneragaman jenis dan kesamaan komunitas vegetasi di areal perladangan berindah pada masa bera di Desa Hulu Tampang Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan.  Hasil penelitian menunjukan keanekaragaman jenis pada tingkat semua tingkat pertumbuhan pada komunitas hutan dan komunitas bekas ladang umur 20 tahun termasuk klasifikasi sedang, kecuali tingkat pertumbuhan semai pada bekas ladang umur 40 tahun, pancang pada komunitas hutan, dan pohon pada  bekas ladang umur 20 tahun termasuk kategori rendah.  Tingkat kesamaan jenis vegetasi pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon antar komunitas vegetasi termasuk klasifikasi rendah, kecuali untuk  tingkat kesamaan antara komunitas bekas ladang umur 20 tahun dan umur 40 tahun termasuk kategori tinggi.