Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Difference of Bax Protein Expression between Endometrioma and Ovarian Carcinoma Chandran Frinaldo Saragih; Riza Rivany; Mohamad Fauzie Sahil; Fadjrir Fadjrir; Edy Ardiansyah; Muhammad Rizki Yaznil; Munauwarus Sarirah
Molecular and Cellular Biomedical Sciences Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Cell and BioPharmaceutical Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (861.661 KB) | DOI: 10.21705/mcbs.v3i2.50

Abstract

Background: Endometriosis is a benign disease that has malignant properties such as genetic polymorphism, loss control of cell proliferation, infiltration, and local spread or to distant places. Several endometriosis studies linking endometrioma/ ovarian endometriosis with an increased risk of ovarian malignancy give rise to a transformation phenomenon of endometriotic cysts into malignancy. Bax is a pro apoptotic protein whose expression decreases in a malignancy. This decrease is related to the poor prognosis of endometrioma and ovarian carcinoma. This study was aimed to identify the expression and the difference of Bax expression between endometrioma and ovarian carcinoma.Materials and Methods: Fifty of paraffin blocks of endometrioma tissue and ovarian carcinoma (serous, mucinous, clear cell, and endometrioid type) were examined by immunohistochemical using Bondmax Full Automatic with specific monoclonal antibody to identify Bax expression. The difference of Bax expression score between endometrioma tissue and ovarian carcinoma was tested by Mann-Whitney test with significant value was set at p<0.05.Results: This study found that mean Bax expression score in endometrioma tissue and ovarian carcinoma was 3.88 and 3.72. No difference of Bax expression between endometrioma tissue and ovarian carcinoma (p>0.05). No difference of Bax expression between the clinical stages and histopathological types of ovarian carcinoma (p>0.05).Conclusion: There are no statistically significant difference in Bax protein expression in ovarian cancer and endometrioma.Keywords: Bax expression, endometrioma, ovarian carcinoma, apoptotic resistance 
Serotipe Virus Dengue dan Populasi Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Diptera: Culicidae) Di Kota Bengkulu Dessy Triana; Sitti Rahmah Umniyati; Budi Mulyaningsih; Munauwarus Sarirah
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 5 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.966 KB) | DOI: 10.22146/bkm.34730

Abstract

Dengue virus serotype and the population of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Bengkulu City: its implications for dengue prevention programs Purpose: This study aimed to prevent the development of dengue virus by detecting dengue virus serotypes of Aedes aegypti (Ae. aegypti) and Aedes albopictus (Ae. albopictus) and to determine the population of Ae. aegypti and Ae. albopictus in dengue endemic area (Sidomulyo Village) and dengue sporadic area (Tanjung Jaya Village) in Bengkulu City, Indonesia. Methods: The design of study was observational-analytic. Aedes sp eggs were collected by ovitraps from Sidomulyo and Tanjung Jaya Villages. The eggs were reared to adult and identified to determine of Ae. aegypti and Ae. albopictus. Identification of species Ae. aegypti and Ae. albopictus uses the pictorial key for the identification of mosquitoes by Rueda. Detection of dengue virus serotypes were done by RT-PCR and nested PCR method using specific primers Lanciotti. Results: The Serotypes of dengue virus of Ae. aegypti in dengue endemic and sporadic areas were dengue-3 (DENV-3) and the serotypes of dengue virus of Ae. albopictus in dengue sporadic area was dengue-3 (DENV-3). The population ratio of Ae. aegypti and Ae. albopictus in dengue endemic area (61%:39%) and dengue sporadic areas (27%:73%), respectively. Conclusions: Aedes aegypti in dengue endemic and sporadic areas and Ae. albopictus in dengue sporadic area has potential as a dengue-3 vector. Health Agency of Bengkulu City could optimize the prevention program of dengue and activate the Jumantik cadres.AbstrakTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk pencegahan perkembangan penyakit DBD dengan mendeteksi serotipe virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan menentukan rasio populasi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus di daerah endemis dan sporadis DBD di Kota Bengkulu. Metode: Desain penelitian ini adalah observasional-analitik. Telur nyamuk Aedes sp dikumpulkan menggunakan ovitrap dari daerah endemis DBD (Kelurahan Sidomulyo) dan daerah sporadis DBD (Kelurahan Tanjung Jaya). Identifikasi spesies Ae. aegypti dan Ae. albopictus menggunakan pictorial key for the identification of mosquitoes Rueda. Deteksi serotipe virus dengue dilakukan dengan metode RT-PCR dan Nested PCR menggunakan primer spesifik Lanciotti. Hasil: Serotipe virus dengue yang ditemukan pada Ae. aegypti adalah DENV-3 (daerah endemis dan sporadis DBD) dan DENV-3 pada Ae. albopictus (daerah sporadis DBD). Perbandingan populasi Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada daerah endemis dan sporadis DBD berturut-turut adalah (60,51%:39,49%) dan (27,08%:72,92%). Simpulan: Aedes aegypti di daerah endemis dan sporadis DBD serta Ae. albopictus di daerah sporadis DBD berpotensi sebagai vektor dengue-3. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dapat mengoptimalkan program pencegahan DBD dan mengaktifkan kader Jumantik.
Indeks Entomologi dan Hubungan Keberadaan Larva Aedes dengan Kejadian Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Munauwarus Sarirah; Nadia Khoiriyah
Health and Medical Journal Vol 6, No 1 (2024): HEME January 2024
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/heme.v6i1.1450

Abstract

Latar Belakang: Kecamatan Tanjung Morawa merupakan daerah dengan kasus demam berdarah (DBD) tertinggi di Kabupaten Deli Serdang, yang juga merupakan kabupaten penyumbang angka kejadian DBD tertinggi di Provinsi Sumatera Utara. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD adalah peningkatan kepadatan larva Aedes sebagai vektor DBD. Indeks entomologi merupakan indikator yang digunakan untuk memantau kepadatan larva Aedes di pemukiman. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko penularan DBD berdasarkan indeks entomologi dan hubungan antara keberadaan larva Aedes dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa. Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional ini melibatkan 100 rumah penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa. Analisis deskriptif digunakan untuk menentukan tingkat risiko terjadinya kasus DBD. Uji korelasi kontingensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara keberadaan larva dengan kejadian DBD. Hasil: Dari 100 rumah dijumpai 44 rumah merupakan rumah penderita DBD. Nilai House Index (HI), Breteau Index (BI), Container Index (CI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) masing-masing adalah 75%, 235%, 48,1%, dan 25%. Hasil uji kontingensi didapat nilai p=0,001. Kesimpulan: Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa berisiko tinggi untuk terjadinya penularan DBD dan ada hubungan antara keberadaan larva Aedes dengan kejadian DBD di wilayah tersebut.
HUBUNGAN KANDUNGAN AKTIF INSEKTISIDA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA Sarirah, Munauwarus; Kurnia Madani, Azrianur
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis Vol. 13 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/jkin.v13i2.706

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus, dan dapat terjadi sepanjang tahun. Penyakit ini seringkali dipengaruhi oleh faktor lingkungan, iklim, kepadatan penduduk, serta perilaku masyarakat. Di Indonesia, kasus DBD mencapai 108.303 pada tahun 2020, dengan Sumatera Utara sebagai salah satu daerah dengan kasus tinggi. Upaya pengendalian DBD sering kali bergantung pada penggunaan insektisida untuk membunuh nyamuk vektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan aktif yang digunakan oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa serta hubungannya dengan kejadian DBD di wilayah tersebut. Penelitian observasional dengan desain potong lintang ini melibatkan 100 rumah tangga. Data penggunaan insektisida dan riwayat menderita DBD dalam enam bulan terakhir didapatkan melalui wawancara tertulis menggunakan kuesioner. Sebanyak 44 rumah tangga yang diobservasi memiliki riwayat menderita DBD. Seluruh rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa menggunakan insektisida golongan piretroid, namun memiliki kandungan aktif yang berbeda-beda yaitu dimeflutrin (43%), sipermetrin (29%) dan praletrin (28%). Terdapat hubungan antara kandungan aktif insektisida dengan kejadian DBD di wilayah Puskesmas Tanjung Morawa.
Risiko Miopia Terhadap Jarak Pandang Dekat Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Zahra, Raynita Putri; Zaldi, Zaldi; Laszuarni, Laszuarni; Sarirah, Munauwarus
JURNAL PANDU HUSADA Vol 5, No 4 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jph.v5i4.21031

Abstract

Abstrak : Di Indonesia, kelainan refraksi menempati urutan pertama dari penyakit mata. Menurut penelitian sebelumnya sebanyak 82% mahasiswa kedokteran di Singapura mengalami miopia, yang dikaitkan dengan aktivitas seperti intensitas membaca buku, penggunaan gadget serta faktor keturunan yang tidak dapat diubah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan jarak pandang dekat dengan kejadian miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FK UMSU). Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan pendekatan kasus kelola, sampel yang digunakan berasal dari mahasiswa aktif sebanyak 67 orang. Seluruh sampel mengisi kuesioner yang telah divalidasi. Riwayat miopia parental terbanyak ada pada kelompok kasus yaitu 52 orang (77,6 %) dan kelompok kontrol 56 orang (83,6%). Durasi aktivitas melihat dekat terbanyak kelompok lama (3 jam) yaitu 65 orang (97%) pada kelompok kasus dan 64 orang (95,6%) pada kelompok kontrol. Jarak pandang dekat terbanyak pada 30 cm yaitu 44 orang (65,7%) pada kelompok kasus dan 50 orang (74,2%) pada kelompok kontrol. Hasil analisis bivariat didapatkan jumlah p = 0,513 di mana P 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara riwayat miopia parental dengan kejadian miopia. Diperoleh jumlah p= 1,000 yang (P = 0,05) artinya tidak ada hubungan antara durasi aktivitas melihat dekat dengan kejadian miopia. Kemudian diperoleh jumlah p = 0,345 yang (P 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara jarak pandang dekat dengan kejadian miopia. 
Antibacterial Activity of Mangrove Leaves Extract (Rhizopora Apiculata) Against Salmonella typhi Growth Nurfadly, Nurfadly; Harahap, Sevani Ayu; Roslina, Ance; Sarirah, Munauwarus
Majalah Kedokteran Bandung Vol 57, No 3 (2025)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v57.4092

Abstract

Mangrove leaves (Rhizopora apiculata) contain antibacterial chemical compounds with antibacterial properties against various pathogens. Salmonella typhi, the causative agent of thyphoid fever, triggers a systemic infectious disease that can lead to complications and deaths if not treated properly.  This study aimed to screen the phytochemical content of R. apiculata leaf extract, evaluate its antibacterial activity against S. typhi, and determine the optimal inhibitory concentration. Leaves were collected from the Sicanang mangrove forest in Belawan, North Sumatra, Indonesia, and extracted using the maceration method with 96% ethanol.  Antibacterial effectiveness was assessed using disc diffusion method by measuring the zone of inhibition after exposure to mangrove leaf extract at concentrations of 40%, 60%, 80%, and 100%, with chloramphenicol as a positive control, to determine the most effective concentration for inhibiting the growth of Salmonella typhi. The results of the study showed that there were differences in inhibition zones in each group. Mangrove leaves extract at a concentration of 100% is the most effective in inhibiting the growth of Salmonella typhi compared to 80%, 60%, and 40% concentrations.