Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Strategi Pemulihan Sektor Pertanian Pasca Gempa Bumi di Kabupaten Cianjur Sapanli, Kastana; Ismail, Ahyar; Nuva; Pramudita, Danang
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 5 No 2 (2023): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0502.578-582

Abstract

Rekomendasi strategi dalam upaya pemulihan dari pascabencana gempa bumi di sektor pertanian antara lain: (1) penanganan kesehatan fisik dan mental (trauma healing) petani yang terdampak; (2) Perbaikan fasilitas sarana prasarana terdampak seperti greenhouse, irigasi, stasiun terminal agribisnis, dan packing house, jalan, dan sistem drainase; (2) Bantuan sarana produksi pertanian berupa bibit, cangkul, garpu pertanian, pupuk, dan sabit; (3) Penguatan kelembagaan petani berupa kualitas modal sosial petani dan model bisnis berbasis pertanian tanggap bencana yang diatur melalui gapoktan; (5) diversifikasi komoditas berbasis smart farming dengan sistem tumpangsari; dan (6) memperkuat supply chain melalui pengembangan sistem informasi digital pertanian.
Pelatihan Manajemen Usaha dan Keuangan Berbasis Digital Bagi Pelaku Usaha Pertanian di Desa Jabong Istiqomah, Asti; Nuva; Hidayat, Nia Kurniawati; Amanda, Dea; Osmaleli
Jurnal ETAM Vol. 5 No. 1 (2025): FEBRUARY
Publisher : Politeknik Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/etam.v5i1.1185

Abstract

Agriculture is an important sector for the survival of the community. The number of agricultural products is increasing, but in line with the competition for land use with non-agricultural ones. One alternative for agriculture with limited land use is hydroponics. One of the farmer groups that implements the hydroponic system and product processing is Jabong Hydro Farm in Jabong Village, Subang Regency. The training activities aim to increase the capacity of farmers and agricultural business actors in digital-based business and financial management. The training was held in the Jabong Hydro Farm area and was attended by 26 farmers and business actors. The results of the training showed that the Agricultural-Based MSME Product Standardization training encouraged 88% of farmer participants to take care of the Household Industry Food Production Certificate. The training on Calculating the Cost of Goods Sold (HPP) and Determining the Selling Price of Products showed that after participating in the training, 100% of participants knew what HPP was, the components of HPP and how to calculate HPP. Furthermore, Digital Marketing Training caused the greatest increase in understanding regarding various types of digital marketing. The digital-based Simple Bookkeeping Training for MSMEs stated that farmers will implement digital business financial recording with applications on mobile phones because it is considered very helpful and easy to do.
Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Pendapatan Petani Garam Rakyat (Studi Kasus : Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon): Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Pendapatan Petani Garam Rakyat (Studi Kasus : Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon) Wahyuni Ayuningsih, Heni; Hidayat, Nia Kurniawati; Nuva
Indonesian Journal of Agricultural Resource and Environmental Economics Vol. 4 No. 1 (2025): June 2025
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/ijaree.v4i1.58075

Abstract

Weather variability has adversely impacted the agricultural and marine sectors. In Cirebon Regency, especially Rawa Urip Village, extreme rainfall illustrates this variability and is suspected to reduce salt production, which heavily depends on weather conditions. Consequently, salt production and business revenues have declined, prompting farmers to adapt. Data were collected through purposive interviews with 52 smallholder salt farmers meeting predefined criteria. The study applied income analysis, paired t-tests, and quantitative descriptive analysis. Results showed significant differences in farmers’ income between normal and variable weather conditions. The most common adaptation strategies involved social coping mechanisms, including borrowing from relatives, receiving remittances, and taking loans from neighbours and farmer group members. Variabilitas cuaca telah memberikan pengaruh negatif terhadap sektor pertanian dan kelautan. Kejadian cuaca ekstrim berupa curah hujan tinggi yang melanda Kabupaten Cirebon terutama di Desa Rawa Urip merupakan wujud dari adanya variabilitas cuaca. Variabilitas cuaca yang terjadi diduga berdampak pada proses produksi garam karena garam merupakan komoditas yang sangat tergantung terhadap kondisi cuaca. Produksi garam menurun karena variabilitas cuaca yang berimbas pada penurunan pendapatan usaha tambak garam. Variabilitas cuaca juga mendorong petani garam untuk mampu beradaptasi. Adaptasi yang dilakukan petani garam bervariasi dan kemampuan adaptasi tersebut berpengaruh terhadap keberlanjutan penghidupan petani garam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis pendapatan, uji t berpasangan, serta analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan petani garam saat kondisi normal dan saat kondisi variabilitas cuaca. Adaptasi yang banyak dilakukan petani garam dalam menghadapi variabilitas cuaca berupa adaptasi sosial dengan mengandalkan pinjaman kepada kerabat, mengandalkan kiriman keluarga, meminjam uang ke anggota kelompok tani, serta mengandalkan pinjaman ke tetangga.
Unintended Effects of Forestry Fiscal Transfers on Deforestation in Indonesia Saragih, Rosaline Anggita Elsa; Intan Kumala Putri, Eka; Nuva
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 15 No 4 (2025): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.15.4.647

Abstract

Sumber emisi terbesar (63 persen) di Indonesia berasal dari aktivitas penggunaan lahan serta kebakaran hutan dan lahan. Deforestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pertumbuhan penduduk, kebakaran hutan, perluasan lahan pertanian, pertanian, kekeringan, penebangan kayu, dan kurangnya perhatian pemerintah. Sebagai bagian dari upaya menekan deforestasi, Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan beberapa jenis pendanaan untuk industri kehutanan. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai pendanaan yang paling efektif dan kesulitan pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak transfer fiskal sektor kehutanan terhadap deforestasi menggunakan Spatial Autoregressive di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transfer fiskal sektor kehutanan yang berpengaruh signifikan terhadap deforestasi di Indonesia adalah Dana Bagi Hasil Hutan dengan nilai koefisien positif. Faktor lain yang signifikan mempengaruhi deforestasi di Indonesia adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Bidang Lingkungan Hidup, jumlah penduduk, Produk Domestik Regional Bruto sektor pertambangan, luas lahan perkebunan, dan pendapatan per kapita. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa transfer fiskal berkontribusi terhadap deforestasi, menyimpang dari tujuan transfer fiskal, yaitu untuk memitigasi laju deforestasi.
Kerentanan Usahatani Garam Rakyat di Desa Bungko Lor Kabupaten Cirebon: Vulnerability of Salt Farming in Bungko Lor Village, Cirebon Regency Agustya, Nia; Sapanli, Kastana; Nuva
Indonesian Journal of Agricultural Resource and Environmental Economics Vol. 3 No. 2 (2024): December 2024
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/ijaree.v3i2.57894

Abstract

Desa Bungko Lor merupakan lokasi prioritas pengembangan Sentra Ekonomi Garam Rakyat di Kabupaten Cirebon berdasarkan data dari Kementerian Kelautan Perikanan RI. Terdapat perbedaan metode yang digunakan oleh petani garam rakyat dalam memproduksi garam di Desa Bungko Lor yang sama-sama memiliki kerentanan terhadap variabilitas cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi petani dalam memilih metode yang digunakan, mengestimasi pendapatan petani garam tradisional dan petani garam geomembran, dan menganalisis kerentanan usahatani garam rakyat di Desa Bungko Lor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Pendapatan, Regresi Logistik, dan Livelihood Vulnerability Index (LVI). Hasil penelitian menggunakan Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani dalam memilih metode bertani yaitu pernah mengikuti sosialisasi, lama bertani, pernah mendapat bantuan, dan harga garam di tingkat petani. Rata-rata pendapatan petani garam tradisional sebesar Rp 20.242.353/tahun dan petani geomembran sebesar Rp 24.196.874/tahun. Hasil tingkat kerentanan usahatani terhadap variabilitas cuaca memperlihatkan bahwa petani dengan kedua metode secara keseluruhan memiliki nilai kerentanan berskala tingkat menengah. Bungko Lor Village has been designated as a priority site for the establishment of the The community's Salt Economic Center in Cirebon Regency, according to data from the Indonesian Ministry of Marine Affairs and Fisheries. Smallholder salt producers in Bungko Lor Village employ differing methods for salt production, both of which exhibit susceptibility to weather variability. The objectives of this study are to determine the factors that influence farmers in selecting the method they use, to estimate the income of traditional salt farmers and geomembrane salt farmers, and to analyze the vulnerability of smallholder salt farming in Bungko Lor Village. This research employs Income Analysis, Logistic Regression, and the Livelihood Vulnerability Index (LVI) as methodologies. Base on Logistic Regression, the price of salt at the farm level, the duration of farming experience, the amount of assistance received, and the presence of socialization are the factors that influence farmers' decisions regarding their farming methods. The mean annual revenue of conventional salt farmers is Rp 20,242,353, while that of geomembrane farmers is Rp 24,196,874. The findings regarding farm sensitivity to weather variability indicate that farmers employing both strategies have an overall medium level of risk.