Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN GELLING AGENT TERHADAP VISKOSITAS HAND SANITIZER GEL DARI EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera.L) Sonia Amelia Sriambarwati; Profiyanti Hermien Suharti; Rucita Ramadhana
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 9 No. 1 (2023): March 2023
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v9i1.516

Abstract

Hand sanitizer adalah antiseptik yang efektif karena mudah untuk dibawa kemanapun. Hand sanitizer biasanya mengandung 60-80% senyawa alkohol. Penggunaan alkohol secara terus menerus dapat mengakibatkan iritasi dan kulit kering. Alkohol dalam hand sanitizer dapat dikurangi dengan cara menambahkan bahan alami yang bersifat antiseptik. Alternatif yang dapat digunakan adalah tanaman lidah buaya. Daging lidah buaya mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, gliserin dan polifenol. Flavonoid dan saponin dalam lidah buaya berfungsi sebagai senyawa antibakteri, sedangkan senyawa gliserin berfungsi sebagai pelembab bagi kulit. Penggunaan lidah buaya dalam hand sanitizerselain sebagai antiseptik, diharapkan juga sebagai pelembab untuk kulit. Hand sanitizer dapat disajikan dalam bentuk semprot (spray) maupun gel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari jenis gelling agent (Carbopol 940, CMC-Na dam HPMC) serta jumlah gelling agent yang ditambahkan terhadap viskositas dari hand sanitizer. Proses pembuatan hand sanitizer dengan lidah buaya diawali dengan pembuatan ekstrak lidah buaya, setelah itu pembuatan sediaan gel dengan penambahan etanol serta ekstrak lidah buaya dan penambahan bahan bahan tambahan lainnya seperti, propylene glikol dan pewangi. Variabel untuk jumlah masing – masing gelling agent yang ditambahkan adalah 0,5 gram, 1 gram dan 1,5 gram pada 150 ml air dan 0,5 ml TEA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan jumlah gelling agent yang diberikan berpengaruh terhadap viskositas dari hand sanitizer. Viskositas tertinggi didapatkan dari gelling agent carbopol 940 pada jumlah 1,5 gram dengan hasil viskositas 250,9145 cst. Sedangkan viskositas terendah didapatkan dari gelling agent HPMC pada jumlah 0,5 gram dengan hasil viskositas 11,9016 cst.
PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF DENGAN AKTIVATOR NaOH DAN Na2CO3 Dea Isma Safitri; Nanik Hendrawati; Rucita Ramadhana
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 10 No. 1 (2024): March 2024
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v10i1.4939

Abstract

Tongkol jagung adalah salah satu limbah perkebunan jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif dengan kelebihan antara lain biaya proses rendah, kadar abu yang rendah, dan ramah lingkungan. Hal ini didukung dengan permukaan berpori serta adanya kandungan senyawa karbon yang cukup tinggi, yaitu selulosa (41%) dan hemiselulosa (36%) di dalam tongkol jagung sehingga berpotensi sebagai bahan pembuat karbon aktif. Proses pembuatan karbon aktif terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan bahan, tahap pirolisis, dan tahap aktivasi karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum pembuatan karbon aktif dari tongkol jagung dengan memvariasikan jenis aktivator, konsentrasi aktivator, dan lama waktu pirolisis terhadap kualitas karbon aktif yang diperoleh. Tahap persiapan bahan berupa proses pencucian dan size reduction dari tongkol jagung. Kemudian dilanjutkan proses pirolisis dengan menggunakan furnace selama 2 dan 4 jam pada suhu 550°C. Hasil pirolisis atau karbonisasi tongkol jagung dihaluskan kemudian diayak dengan ukuran 60 mesh. Setelah itu dilanjutkan proses aktivasi menggunakan dua jenis aktivator yaitu NaOH dan Na2CO3 dengan variabel konsentrasi 0,5 N; 1 N; dan 2 N. Analisis karbon aktif yang diperoleh berupa analisis kadar air, kadar abu, dan daya serap iodin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karbon aktif dengan kadar air dan kadar abu yang relatif rendah namun memiliki daya serap yang cukup tinggi dimana masih memenuhi SNI 06-3730-1995 dihasilkan dengan waktu proses pirolisis selama 4 jam dan aktivator NaOH 0,5 N.
FRESHWATER FISH PRODUCT PROCESSING IN PULOTONDO VILLAGE, TULUNGAGUNG REGENCY, EAST JAVA Haris Puspito Buwono; Rucita Ramadhana; Ariani Ariani; Abdul Chalim; Diana Rachmawati
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024): MARET
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/abdidos.v8i1.2259

Abstract

Freshwater fish cultivation in Pulotondo Village, Ngunut District, Tulungagung Regency, East Java, has significant potential to increase income and improve the well-being of the community while fostering sustainable economic growth. Ponds managed collectively by the Village-Owned Enterprises (BUMDES) serve as a facility for freshwater fish cultivation, with an annual production of 220 tons. One of the obstacles to the development of this business is the enhancement of the value and shelf life of processed fish products. Therefore, the Community Service activity in Pulotondo Village focuses on training in the processing of freshwater fish products. Through this initiative, BUMDES and the community can enhance understanding and skills, enabling processed products to be stored longer and have a more competitive market value. To assess the training's impact, participants provided feedback through a questionnaire. The results indicate that the training activities were well-understood by the participants, showing an indication of increased entrepreneurial spirit through local potential.
PENGARUH PENAMBAHAN KEROSENE DAN NATRIUM TRIPOLYPHOSPHATE TERHADAP %RECOVERY BITUMEN ASBUTON Rucita Ramadhana; Zakijah Irfin; Tasya Nabila Maulida; Waridatul Hasanah
Jurnal Cakrawala Ilmiah Vol. 3 No. 7: Maret 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aspal alam yang banyak terdapat di Pulau Buton Sulawesi Tenggara biasa dikenal sebagai Asbuton diketahui memiliki deposit yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pengganti aspal minyak. Kandungan bitumen yang terdapat dalam asbuton dapat dipisahkan dengan menggunakan metode ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Natrium Tripolyphosphate (Na5P3O10) sebagai sealing agent, temperatur proses, dan jumlah kerosene terhadap %recovery bitumen dari asbuton. Tahapan pemisahan bitumen asbuton terdiri dari beberapa tahapan yaitu size reduction dari asbuton, penentuan kadar bitumen awal, proses ekstraksi menggunakan kerosene dengan durasi pengadukan selama 30 menit pada kecepatan 1000 rpm, penambahan sealing agent, pemisahan tiga fase, dan pengujian kadar bitumen yang diperoleh. Pada tahapan pemisahan bitumen ini terdapat variasi rasio kerosene:asbuton sebesar 40:60, 50:50, dan 60:40 (%w/w), konsentrasi sealing agent sebesar 0,5; 0,375; dan 0,25 (%w/w), serta temperatur proses pada 50 – 90oC. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh %recovery tertinggi sebesar 37,07%, diperoleh pada rasio asbuton:kerosene sebesar 50:50, konsentrasi Na3P5O10 sebesar 0,25%, dan suhu proses sebesar 70oC. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan produksi bitumen dalam skala industri.
KAJIAN LITERATUR PENINGKATAN KUALITAS GONDORUKEM TERMODIFIKASI Bratastuti, Faarisa Nurjihaan; Suharti, Profiyanti Hermien; Ramadhana, Rucita
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 10 No. 2 (2024): June 2024
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v10i2.4958

Abstract

Gondorukem merupakan komoditi unggulan hutan non-kayu, hasil olahan distilasi getah pohon pinus. Gondorukem memiliki berbagai keunggulan yaitu bersumber dari alam, dapat diperbaharui dan ramah lingkungan, berharga murah, cadangan melimpah, aman untuk makhluk hidup, gondorukem modifikasinya diklaim tidak beracun meskipun bersifat alergenitas, serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri. Namun demikian, dalam pemanfaatannya memerlukan modifikasi untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kajian literatur ini dilakukan untuk mengetahui modifikasi-modifikasi yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dalam upaya pemanfaatan gondorukem pada berbagai industri. Berbagai metode proses modifikasi gondorukem yang telah berkembang hingga saat ini meliputi proses modifikasi secara disproporsionasi, esterifikasi, fortifikasi, hidrogenasi, dehidrogenasi, polimerisasi dan kombinasi dari proses-proses tersebut. Kualitas gondorukem dapat ditentukan atau dinilai dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 7636:2020. Pada umumnya, kualitas gondorukem dibagi menjadi lima kelas mutu yaitu super, utama, pertama, kedua dan ketiga. Oleh karena itu, kajian literatur ini bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis berbagai proses modifikasi gondorukem yang telah dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan kajian literatur ini, dapat disampaikan bahwa berbagai modifikasi gondorukem telah menghasilkan rendemen berkisar 52,1% – 91,22%, konversi reaksi berkisar 70% – 86%, titik lunak antara 78°C-121°C, dan bilangan asam berkisar antara 159–211,7 mg.KOH/g.
Characterization of Bio-Oil and Bio-Asphalt Produced Through Catalytic Pyrolysis of Different Biomass Feedstocks Dewajani, Heny; Irfin, Zakijah; Iswara, M. Agung Indra; Ramadhana, Rucita; Wahyudi, Moch. Ikhsan; Riris, Farikhatul Iza
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2025): October 2025
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/jtkl.v9i2.7610

Abstract

Asphalt is an aggregate binder in road pavement construction derived from the residue of the petroleum fractionation process, a non-renewable natural resource. Reliance on petroleum asphalt leads to resource scarcity and increased production costs. One alternative to reduce this dependence is the use of bio-asphalt substitutes, which utilize renewable natural resources derived from biomass. The abundance of biomass such as coconut shells, sawdust, and coffee husk in East Java, Indonesia, makes it a promising resource for bio-asphalt synthesis. This study analyzes the effect of biomass types and catalyst mass ratios on the characteristics of bio-asphalt from bio-oil pyrolysis and its mixture with petroleum asphalt, specifically the penetration (pen) 60/70. The research stages include biomass preparation, zeolite catalyst activation, biomass pyrolysis into bio-oil, evaporation into bio-asphalt, and mixture analysis. Optimal characteristics were achieved using a 6% w/w coconut shell biomass catalyst, resulting in a bio-oil yield of 47.27% and a density of 1.060 g/mL. The bio-asphalt yield was 3.41% when mixed with petroleum asphalt pen 60/70. The bio-asphalt exhibited a penetration value of 66.35, a softening point of 52°C, and a density of 1.042 g/cm³, in accordance with the Indonesian National Standard (SNI) 8135:2015.