Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGEMBANGAN DESAIN KAIN TENUN IKAT GARUT BERDASARKAN INDONESIA TREND FORECASTING Makki, Achmad Ibrahim; Hernawati, Resty Mayseptheny; Putri, Wine Regyandhea
Arena Tekstil Vol 32, No 1 (2017)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.389 KB)

Abstract

Indonesia Trend forecasting bertujuan sebagai sumber inspirasi kreatif serta memberikan keyakinan dan kepercayaan diri kepada para pelaku ekonomi kreatif untuk melangkah ke depan dalam menciptakan inovasi baru yang potensial untuk disenangi oleh pasar dan relevan dengan masa yang akan datang. Tenun ikat Garut sebagai salah satu kain tradisional Indonesia memiliki desain motif yang penuh filosofi dan cerminan kearifan lokal. Agar kain tenun ikat Garut mampu bersaing namun tetap menjunjung nilai-nilai kearifan lokal maka disusun rencana penelitian ini yang bertujuan untuk mendapatkan alternatif desain motif kain tenun ikat Garut yang sesuai dengan Indonesia trend forecasting dan kearifan lokal Garut. Hasil dari penelitian ini berupa karya kain tenun ikat yang memiliki desain motif serta komposisi warna yang sesuai dengan nilai-nilai lokal dan tema yang ada dalam Indonesia Trend Forecasting 2016-2017. Metodologi yang digunakan adalah study pustaka serta ekperimen.
IMPLEMENTASI WASTE ASSESMENT MODEL UNTUK MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI (STUDI KASUS SEWING LINE PT X) Windari, Susanti; Makki, Achmad Ibrahim
Texere Vol 19, No 2 (2021): Texere Volume 19 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v19i2.05

Abstract

Rendahnya tingkat pencapaian output produksi dapat terjadi karena adanya pemborosan atau waste. Waste ditandai dengan tingginya rework dan reject, serta rendahnya kualitas dan produktivitas kerja. Waste dapat direduksi dengan mengetahui tingkat prosentase waste tertinggi dan terendah, sehingga dapat diketahui jenis waste yang paling mempengaruhi timbulnya jenis waste yang lain. Dengan mengidentifikasi jenis waste yang terjadi diharapkan dapat dicari akar penyebab waste dan solusinya sehingga berdampak pada peningkatan output produksi. Waste Assessment Model (WAM) merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui jenis waste yang terjadi pada industri manufaktur. Berdasarkan pendekatan metode WAM pada studi kasus proses penjahitan artikel “01” ditemukan bahwa waste yang paling kritis yaitu waste inappropriate processing. Waste ini diakibatkan oleh tingginya tingkat rework pada bagian kerah dari output yang dihasilkan. Akar penyebab rework pada bagian kerah yaitu tidak adanya alat bantu yang dapat meminimalisir dan memudahkan proses penjahitan kerah. Setelah dilakukan perbaikan tingkat rework menurun yang diikuti dengan meningkatnya output produksi.
PENGEMBANGAN DESAIN KAIN TENUN IKAT GARUT BERDASARKAN INDONESIA TREND FORECASTING Achmad Ibrahim Makki; Resty Mayseptheny Hernawati; Wine Regyandhea Putri
Arena Tekstil Vol 32, No 1 (2017)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.389 KB) | DOI: 10.31266/at.v32i1.2657

Abstract

Indonesia Trend forecasting bertujuan sebagai sumber inspirasi kreatif serta memberikan keyakinan dan kepercayaan diri kepada para pelaku ekonomi kreatif untuk melangkah ke depan dalam menciptakan inovasi baru yang potensial untuk disenangi oleh pasar dan relevan dengan masa yang akan datang. Tenun ikat Garut sebagai salah satu kain tradisional Indonesia memiliki desain motif yang penuh filosofi dan cerminan kearifan lokal. Agar kain tenun ikat Garut mampu bersaing namun tetap menjunjung nilai-nilai kearifan lokal maka disusun rencana penelitian ini yang bertujuan untuk mendapatkan alternatif desain motif kain tenun ikat Garut yang sesuai dengan Indonesia trend forecasting dan kearifan lokal Garut. Hasil dari penelitian ini berupa karya kain tenun ikat yang memiliki desain motif serta komposisi warna yang sesuai dengan nilai-nilai lokal dan tema yang ada dalam Indonesia Trend Forecasting 2016-2017. Metodologi yang digunakan adalah study pustaka serta ekperimen.
MODIFIKASI MESIN RAJUT DATAR MANUAL DENGAN PENAMBAHAN KOMPONEN MESIN MOTOR PENGGERAK Fammy Riksa Pribadi; Achmad Ibrahim Makki; Atin Sumihartati
Texere Vol 16, No 2 (2018): Texere Volume 16 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v16i2.9

Abstract

SIFAT PENYERAPAN BUNYI MATERIAL NONWOVEN SERAT RAYON VISCOSA UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA AREA SEKITAR RUANGAN STUDIO MUSIK Achmad Ibrahim Makki
Texere Vol 18, No 1 (2020): Texere Volume 18 Nomor 1 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i1.73

Abstract

Pada zaman yang semakin canggih ini semakin banyak masalah yang muncul. Salah satu masalah yang muncul dan mengkhawatirkan saat ini adalah masalah kebisingan. Kebisingan dapat menyebabkan seseorang menjadi terganggu kesehatan pendengarannya. Tekstil akustik adalah kain yang digunakan sebagai peredam suara. Bahan yang digunakan yaitu bahan material nonwoven dengan metoda thermal bonding. Serat dasar yang digunakan yaitu serat rayon viskosa dengan serat pengikatnya adalah serat polyester low melt. Material nonwoven dengan bahan baku serat rayon viskosa memiliki nilai daya tembus udara lebih kecil dibanding material nonwoven lain yang digunakan. Serat rayon viskosa memiliki morfologi penampang melintang yang memiliki rongga sehingga bisa menjadi material penyerap bunyi yang baik. Material nonwoven dengan serat rayon viskosa memiliki nilai koefisien absorpsi bunyi paling tinggi dengan nilai 0,99 ɑs pada frekuensi 5000 f/Hz.. Berdasarkan hasil pengujian koefisien absorpsi bunyi dengan nilai koefisien 0,388 ɑs dan 0,306 ɑs pada frekuensi 1000 f/Hz maka material nonwoven serat rayon viskosa dapat digunakan sebagai peredam suara pada area studio musik yang mempunyai standar koefisien absorpsi 0,3-0,4 ɑs.
PENERAPAN SENSOR PUTUS BENANG PADA MESIN RAJUT DATAR MODIFIKASI Muhammad Tahrur Roji; Achmad Ibrahim Makki
Texere Vol 16, No 1 (2018): Texere Volume 16 Nomor 1 Januari 2018
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v16i1.1

Abstract

KARAKTERISASI SERAT AMPAS TEBU (BAGASSE) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERBARUKAN Mella Novia; A. Ibrahim Makki; Naufal Arafah
Arena Tekstil Vol 37, No 1 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i1.7308

Abstract

Prioritas Riset Nasional (PRN) memprioritaskan riset yang berfokus terhadap rekayasa keteknikan dengan salah satu poinnya pengembangan teknologi serat, tekstil, dan produk tekstil, yaitu produk serat, tekstil yang bernilai tambah dan ramah lingkungan. Dewasa ini ampas dari sisa pengolahan tebu seringkali kurang dimanfaatkan maksimal terutama dalam bidang TPT. Studi ini akan membahas perbandingan sifat mekanik dan komposisi kimia serat ampas tebu (bagasse) sebelum diekstraksi dengan serat lignoselulosa lain yang bersumber dari batang tanaman, seperti jute dan flax, serta penggunaan serat ampas tebu (bagasse) sebagai alternatif bahan baku TPT terbarukan. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik, komposisi kimia, dan morfologi serat ampas tebu meliputi uji kehalusan serat, panjang berkas serat batang, kekuatan tarik dan mulur, kelembaban serat, morfologi serat, dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Hasil pengujian sifat mekanik serat ampas tebu untuk pengujian kehalusan serat didapatkan nilai kehalusan serat sebesar 65,78 tex, panjang berkas serat sebesar 95,25 mm, pengujian kekuatan tarik dan mulur dengan menggunakan Instron diperoleh hasil kekuatan tarik sebesar 2 g/denier, mulur serat sebesar 9,47%, moisture content sebesar 0,331%, dan moisture regain sebesar 0,333%. Komposisi kimia berdasarkan hasil uji FTIR pada serat ampas tebu yaitu gugus O-H, C-H, C=C, dan =C-O-C. Nilai kehalusan serat ampas tebu (bagasse) tidak memenuhi syarat serat untuk dapat dipintal menggunakan ring spinning, sehingga jika serat melewati proses pemintalan akan menghasilkan kain yang kurang nyaman. Oleh karena itu, serat ampas tebu tidak disarankan untuk dijadikan bahan baku alternatif pemintalan dari serat alam atau tekstil sandang, tetapi lebih cocok untuk penggunaan tekstil non sandang, seperti peredam suara atau serat penguat material komposit.
THE UTILIZATION OF BIO-FABRIC FERMENTED FROM AGRICULTURAL WASTE AS GARNITURE ON READY TO WEAR CLOTHES Eka Oktariani; Ahmad Ibrahim Makki; Ursae Pramesvari
Arena Tekstil Vol 37, No 2 (2022)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v37i2.7709

Abstract

Bio-fabric is a biomaterial produced by living organism, such as fungal and bacteria. The characteristic of bio-fabric is affected by constituent biomass. Bio-fabric produced by Acetobacter has a unique appearance like animal skin, hence can be utilized as animal skin material substitutes. Animal skin is a material that is still popular for fashion connoisseurs to be used as the main material and complementary material for clothing (garniture), but it has a negative impact on the environment and animal conservation. This research was carried out to obtain environmentally friendly material that has a skin-like appearance, by utilizing bacterial cellulose grown with Acetobacter bacteria. The use of different substrates as growing medium gives different bacterial cellulose characteristics, so in this study a mixture of agricultural waste (pineapple and mango pulp) was used with tea in a ratio of 1:1, 1:5, 1:10, 5:1, and 10:1 (w/w) to obtain bacterial cellulose with the best characteristics. The result of this research which presents the best yield on mango medium is at the ratio of mango: tea 1:5 with a yield of 1.35 g/g, while on pineapple medium, at the ratio of pineapple waste : tea 1:10 with a yield of 1.194 g/g. Based on the characteristic testing results, bacterial cellulose grown with pineapple waste : tea 1:10 gives the best thickness value of 0.52 mm and a tensile strength of 6890 g. This bacterial cellulose is then sewn into garniture on ready to wear clothing. 
PENERAPAN QR CODE DALAM PENATAAN GUDANG UNTUK MENGURANGI WAKTU PENCARIAN BENANG di PT X Sumihartati, Atin; Faujan, M. Akmal; Ayu Setiani R., Puspa; Ibrahim Makki, Achmad; Somantri, Karlina; Dewanto, R. Arief; Totong, -
Texere Vol 23, No 1 (2025): Texere Volume 23 Nomor 1 Tahun 2025
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v23i1.05

Abstract

PT X yarn warehouse have various leftover yarns of different types, colors, and yarn numbers. These leftover yarns can be reused for small-scale production. However, the problem in PT X's yarn warehouse is the difficulty in finding yarns due to their stacked positions and the lack of identification on the yarn piles. As a result, the search time for yarns in the warehouse becomes lengthy, affecting production efficiency. The average search time for one leftover production yarn is 20 minutes and 27 seconds. This study aims to design and implement a QR Code system for organizing raw materials in the yarn warehouse to reduce yarn search time. The research method begins with data collection of the yarns in the warehouse. Next, warehouse organization is carried out by grouping and placing the yarns based on type, color, and yarn number on designated racks. The collected data will form a database in an addressing document in Google AppSheet. Warehouse employees can do scanning the code and be directly directed to a specific page in Google AppSheet, Google Drive, or Google Spreadsheet to quickly obtain yarn location information. The study results show that the implementation of QR Codes leading to a reduction in search time until 98,45%. The average of searching time before the implementation is 20 minutes and 27 seconds and reduced become 19 seconds to locate the yarn position.