Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : MUDRA Jurnal Seni Budaya

Wacana “Ajeg Bali” Pada Seni Kerajinan Sarana Upacara Di Gianyar Bali Ni Kadek Karuni; I Wayan Suardana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 1 (2018): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i1.321

Abstract

Dalam usaha  mengantisipasi tergerusnya seni budaya Bali yang adiluhung, Bali post dan Bali TV meluncurkan wacana “Ajeg Bali” yang artinya menjaga dan melestarikan identitas budaya Bali agar tidak jatuh di bawah hegemoni budaya global. Penelitian ini ingin mengungkap peranan wacana Ajeg Bali dalam meningkatkan seni kerajinan sarana upacara, dan perubahan sikap hidup masyarakat dalam melakukan upacara adat dan agama. Hal ini perlu diketahui agar konsep Ajeg Bali sesuai dengan tujuan dan sasaran yang dikehendaki.  Oleh karena itu, diperlukan pendekatan estetika dan sosiologi, yang dipergunakan untuk menganalisis karya seni dan perubahan sosial kehidupan masyarakat dengan adanya wacana Ajeg Bali. Metode  penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Wacana Ajeg Bali berperan sangat besar dalam pengembangan seni kerajinan sarana upacara yang ada di Gianyar Bali. Wacana ajeg Bali ini diaktualisasikan dengan meningkatkan berbagai aktivitas upacara adat dan agama serta aktif  melakukan persembahyangan  ke berbagai Pura yang tersebar luas di seluruh Pulau Bali, yang disebut dengan “Rekreasi Religius” Meningkatnya aktivitas upacara dan rekreasi religius, memerlukan berbagai sarana upacara dengan tampilan yang indah dan menarik. Para perajin melihat peluang ini sangat pontensial dan mulai mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan sarana upacara yang baru dengan tetap memiliki identitas Bali. Di berbagai wilayah Kabupaten Gianyar mulai banyak tersebar seni kerajinan sarana upacara seperti di kecamatan Tegallalang, Payangan, Sukawati, dan Tampaksiring. Banyaknya aktivitas upacara adat dan agama, dan tingginya keinginan masyarakat untuk memiliki sarana upacara dengan berbagai bentuk dan jenis, memberi motivasi yang tinggi pada perajin untuk menciptakan sarana upacara yang lebih unik dan menarik.In an effort to anticipate the decrease of Balinese art culture, adiluhung, Bali Post and Bali TV have published a discourse of “Ajeg Bali”which means to protect and to preserve Balinese culture from falling victim to global  hegemony.  This research has been conducted as a means of knowing the influence discourse of  “Ajeg Bali”has in increasing the art crafts of ceremonial facilities, and the changes in society's attitude in performing tradition and religious ceremony as well. These are paramount to knowing whether the concept of “Ajeg Bali”is appropriate to the goal and target stated. That is why, an aesthetic and sociological  approach is required to analyze the art works and social life changes of the society by means of discourse in “Ajeg Bali”. The research method used in this study was qualitative method by analytic description.The result of this study shows that the discourse of “Ajeg Bali”plays an important role in developing the art crafts of ceremonial facilities in Gianyar Bali. It is promoted through intensifying of various events such as traditional and religious ceremonies as well as ritual of prayers held in temples spread out over Bali known as “Religious Recreation”. This increase in activities of ceremony and religious recreation has led to an increasing demand for artistic and attractive facilities for various ceremonies. Craftsmen see this as a promising opportunity and begin to improve their creative process in producing new ceremonial facilities that retain Balinese identity. In Gianyar Regency, there are many craft centers producing ceremonial facilities that have begun to grow, such as those in subdistricts of Tegallallang, Sukawati, Tampaksiring, and Blahbatuh. The rise of activities of tradition and religious ceremony and the high of society willing to have ceremony facilities with various shape and type, has given high motivation to craftsmen to produce more unique and interesting ceremonial facilities. In an effort to anticipate the decrease of Balinese art culture, adiluhung, Bali Post and Bali TV have published a discourse of “Ajeg Bali”which means to protect and to preserve Balinese culture from falling victim to global  hegemony.  This research has been conducted as a means of knowing the influence discourse of  “Ajeg Bali”has in increasing the art crafts of ceremonial facilities, and the changes in society's attitude in performing tradition and religious ceremony as well. These are paramount to knowing whether the concept of “Ajeg Bali”is appropriate to the goal and target stated. That is why, an aesthetic and sociological  approach is required to analyze the art works and social life changes of the society by means of discourse in “Ajeg Bali”. The research method used in this study was qualitative method by analytic description.The result of this study shows that the discourse of “Ajeg Bali”plays an important role in developing the art crafts of ceremonial facilities in Gianyar Bali. It is promoted through intensifying of various events such as traditional and religious ceremonies as well as ritual of prayers held in temples spread out over Bali known as “Religious Recreation”. This increase in activities of ceremony and religious recreation has led to an increasing demand for artistic and attractive facilities for various ceremonies. Craftsmen see this as a promising opportunity and begin to improve their creative process in producing new ceremonial facilities that retain Balinese identity. In Gianyar Regency, there are many craft centers producing ceremonial facilities that have begun to grow, such as those in subdistricts of Tegallallang, Sukawati, Tampaksiring, and Blahbatuh. The rise of activities of tradition and religious ceremony and the high of society willing to have ceremony facilities with various shape and type, has given high motivation to craftsmen to produce more unique and interesting ceremonial facilities.
Seni Kerajinan Sarana Upacara Berbasis Upcycle Di Desa Kediri Tabanan Ni Kadek Karuni; I Wayan Mudra; Mercu Mahadi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 2 (2020): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i2.1054

Abstract

Seni kerajinan sarana upacara yang memanfaatkan media koran bekas saat ini baru mulai berkembang dibeberapa daerah di Bali. Penggunaan koran bekas untuk menciptakan produk kerajinan merupakan suatu trobosan baru dari perajin dalam mengembangkan kreativitas menciptakan produk kerajinan yang lebih bervariatif. Pemikiran ini sesuai dengan konsep upcycle atau dalam proses perlakuannya disebut upcycling adalah proses pengubahan limbah bahan atau produk yang tidak berguna menjadi bahan baru atau produk dengan kualitas lebih baik untuk keberlanjutan dan profitabilitas. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang dinamika bentuk produk seni kerajinan sarana upacara berbasis upcycle yang dihasilkan oleh perajin di desa Kediri Tabanan serta proses kreatif perajin dalam menciptakan produk sarana upacara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teori pengambilan sampel porposive sampling, Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisa data secara kualitatif analitik. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa proses pembuatan produk sarana upacara ini menggunakan teknik pilin, penerapan dekorasi menggunakan teknik pilin dan tempel, finishing menggunakan teknik oles. Bentuk produk berupa : bokoran, tempat pemuspan, keben, Dulang, berbahan dasar koran bekas yang fungsinya sebagai wadah atau tempat sesajen. Produk yang dihasilkan merupakan produk kreatif yang ramah lingkungan. Kesimpulannya adalah proses membuatan produk kerajinan sarana upacara melalui proses pembentukan, pendekorasian dan tahap finishing. Pemanfaatan limbah koran untuk produk kerajinan sarana upacara merupakan suatu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu pemanfaatan limbah koran sebagai bahan seni kerajinan dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomi perajin.
Produksi Kerajinan Sarana Upacara Dan Gaya Hidup Religius Masyarakat Gianyar Ni Kadek Karuni; I Wayan Suardana; I Made Suparta
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 34 No 1 (2019): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v34i1.644

Abstract

Masyarakat Bali adalah masyarakat religius, tiada hari tanpa aktivitas keagamaan. Di bawah kungkungan globalisasi dengan kebebasan yang sangat terbuka tidak bisa menggoyahkan sikap religius masyarakat, bahkan justru menjadi semakin melekat kuat di hati masyarakat. Kuatnya nilai-nilai religius dengan beranekaragam kegiatan adat dan agama menyebabkan rasa ritual menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Gianyar dengan segala aktivitasnya. Untuk mendukung aktivitas tersebut, tentunya membutuhkan berbagai bentuk dan jenis produk sarana upacara dengan segala fungsinya. Meningkatnya kebutuhan akan sarana upacara untuk mendukung ritual menggugah para perajin mengembangkan kreativitas menciptakan karya baru yang lebih artistik dan menarik. Produksi seni kerajinan sarana upacara akhirnya mengalami dinamika yang cukup pesat dengan menawarkan model dan fungsi yang bervariatif. Tujuan penulisan ini untuk mendalami dinamika produksi seni kerajinan sarana upacara dalam mendukung gaya hidup religius masyarakat Gianyar. Mengacu pada metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif analitik melalui pendekatan perubahan sosial. dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa orientasi kehidupan religius masyarakat masih sangat kental yang terimplementasi pada meningkatnya aktivitas upacara adat dan agama. Ritual menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat untuk menunjukan jati diri dan kedudukan sosial yang lebih tinggi, didukung dengan penggunaan sarana upacara yang mewah dan elegan. Selain untuk mempersembahkan yang terbaik dan terindah pada Yang Maha Kuasa, sarana upacara menjadi standar kehidupan sosial masyarakat sebagai seorang yang berbudaya dan beriman. Hal ini berdampak pada dinamika produksi kerajinan sarana upacara semakin meningkat dan dapat menambah ekonomi perajin. Tulisan ini dapat dijadikan sumber referensi berkaitan dengan dinamika produksi seni kerajinan sarana upacara dengan keanekaragaman bentuk dan fungsinya.
Influence of Various Factors on the Development of Karawo Traditional Textiles in Gorontalo Province, Indonesia Hasdiana; I Wayan Sudana; Masayuki Sakakibara; Ni Kadek Karuni
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 4 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v38i4.2350

Abstract

This study aims to clarify the influence of various factors on the development of traditional textiles, by examining the case of the development of traditional karawo textiles in Gorontalo Province, Indonesia from 1970 to 2020. This study employs a qualitative research method with a historical approach. Data were collected through historical documents, observation, interviews, and a literature review. Data were analyzed interactively with continuous comparisons during and after data collection. The results showed that the development of traditional karawo textiles from 1970 to 2020 can be further divided into three distinct periods: 1970–2000, 2000–2010, and 2010–2020. During each period, karawo textiles were influenced by various factors, both internal and external. The most influential internal factors were the emergence of craftspeople and designers as production bases and continuous innovation. The most influential external factors were the actions of government and commercial institutions. Government policies encouraged individuals and non-governmental organizations to contribute to the development of karawo textiles. Commercial institution influent the distribution and marketing of karawo textile products.  The study also describes the types of factors and their impacts. The study concludes that to ensure the sustainable development of traditional textiles, therefore those internal and external factors must consistently contribute from time to time.