p-Index From 2020 - 2025
0.751
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fakumi Medical Journal
Zulfahmidah
Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Kasma; Imran Safei; Zulfahmidah; Moch. Erwin Rachman; Nasrudin Andi Mappaware
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 1 No. 3 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v1i3.68

Abstract

Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang dapat disebabkan karena tersumbatnya pembuluh darah di otak maupun karena pecahnya pembuluh darah yang dapat menyebabkan terjadinya kecacatan. Rehabilitasi dini dapat segera dilakukan setelah kondisi pasien stroke stabil. Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan yang terprogram akan mempengaruhi hasil yaitu tercapainya peningkatan kekuatan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke melalui artikel sistematis review. Jenis penelitian ini menggunakan literature review dengan desain narrative review yaitu mencari artikel yang berhubungan dengan kepatuhan pasien stroke menjalani rehabilitasi terhadap peningkatan kekuatan otot yang telah dipublikasikan pada jurnal dari tahun 2017-2020. Jurnal dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan telaah dari 8 jurnal yang ada didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot yang cukup signifikan pada pasien stroke yang rutin dan teratur menjalani rehabilitasi terutama pada fungsi motorik anggota gerak yang mengalami kelemahan atau kelumpuhan.
Hubungan antara Luas Lesi pada Foto Thorax Pasien Tuberkolosis Paru Dewasa Sebelum dan Sesudah Pengobatan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Muhammad Afief Batara Putra; Shofiyah Latief; Zulfahmidah; Indah Lestari Daeng Kanang; Asrini Safitri
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 1 No. 3 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v1i3.69

Abstract

Tuberkulosis termasuk dalam 10 kasus penyebab kematian di dunia. Berdasarkan Global Tuberkulosis Report 2018, angka kematian tuberkulosis mencapai 1,3 juta kematian. Adapun proporsi pasien TB Paru di Sulawesi Selatan yang terkonfirmasi secara bakterilogis di antara semua pasien TB paru yang tercatat atau diobati mencapai 1,234 (20.97%) namun belum mencapai target yang diharapkan. Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan foto thorax, untuk menemukan lesi tuberkulosis klasifikasi luas lesi yaitu minimal, moderate advanced, dan far advanced lesion. Indeks massa tubuh yang rendah atau disebut juga underweight, merupakan faktor risiko timbulnya tuberkulosis. Untuk mengetahui hubungan antara luas lesi pada foto thorax penderita TB paru dewasa sebelum dan sesudah pengobatan dengan indeks massa tubuh. Jenis penelitian ini menggunakan Literature Review dengan desain Narrative Review kemudian didapatkan 44 jurnal sebagai bahan literature kemudian diambil 7 jurnal yang ditelaah. Berdasarkan telaah jurnal-jurnal yang ada didapatkan hasil bahwa prevalensi pria lebih banyak menderita TB paru, pasien dengan usia produktif 15-60 tahun, underweight, indeks massa tubuh < 18,5 dengan pemeriksaan sputum tingkat kepositifannya tinggi, dan terjadi perbaikan status gizi atau IMT setelah pengobatan. Terjadi perubahan gambaran luas lesi foto thorax sesudah pengobatan, status gizi (IMT) pasien tuberkulosis paru dewasa mengalami peningkatan Indeks massa tubuh setelah dilakukan pengobatan dan terdapat hubungan antara gambaran luas lesi berdasarkan hasil pemeriksaan pada foto thorax penderita TB paru dewasa sebelum dan sesudah pengobatan dengan indeks massa tubuh.
Hubungan Intensitas Cahaya dengan Ketajaman Penglihatan Penghuni Panti Asuhan Andi Sesarina Tenri Ola Sapada; Suliati P Amir; Zulfahmidah; Ratih Natasha Maharani; Andi Tenri Sanna Arifuddin; Andi Baso Sulaiman; Andi Darwin Marimba; Samsi Mesi; Hasma Idris Nohong
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 1 No. 1 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v1i1.71

Abstract

Rendahnya intensitas pencahayaan pada panti asuhan di Kota Makassar, yang penghuninya didominasi usia sekolah, dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan penghuninya. Hal ini dapat menjadi masalah, karena dapat mengganggu fungsi penglihatan yang dibutuhkan dalam perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya pada panti asuhan dengan ketajaman penglihatan, faktor yang terlibat di dalamnya, serta kondisi penerangan dan ketajaman penglihatan penghuni panti asuhan. Metode penelitian menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Intensitas cahaya masing-masing sampel diukur menggunakan lux meter, sedangkan ketajaman penglihatan diukur dengan snellen chart. Analisis data menggunakan Pearson’s correlation coefficient test. Jumlah sampel 47 orang yang berasal dari 7 panti asuhan di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan intensitas cahaya dengan visus terbaik tidak signifikan (p value 0,240) sedangkan hubungan intensitas cahaya dengan visus terburuk signifikan dengan korelasi positif (p value 0,046). Faktor yang turut mempengaruhi adalah lama paparan harian (p value 0,019) serta jarak antara mata dan bacaan (p value 0,047). Intensitas cahaya panti asuhan masih belum memenuhi standar (kurang dari 200-300 lux) dan sebagian besar penghuninya memiliki ketajaman penglihatan menurun (kurang dari 6/6). Berdasarkan data objektif dan hasil analisis, ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya panti asuhan dengan ketajaman penglihatan.
Hubungan Antara Obesitas Dengan Kadar Interleukin 6 (IL-6) Pada Populasi Anak Laki-Laki Di Kota Makassar. Nurika Sarah Medellu; Armanto Makmun; Nirwana Laddo; Irna Diyana Kartika Kamaluddin; Ida Royani; Zulfahmidah
Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran Vol. 3 No. 7 (2023): Juli
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/fmj.v3i7.249

Abstract

Obesitas terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kondisi ini ditandai oleh peningkatan lemak tubuh yang berlebihan berdampak negatif pada kesehatan. Pengukuran obesitas menggunakan perhitungan IMT yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Dikatakan obesitas jika IMT > 25kg/m2. Jaringan lemak pada orang dengan obesitas memiliki respons inflamasi rendah. Sel lemak yang meradang melepaskan sitokin pemicu rasa lapar seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha. Kadar IL-6 yang meningkat secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Hubungan antara IL-6 dan obesitas adalah kompleks atau saling terkait dengan faktor lain. Obesitas merupakan kondisi multifaktorial yang dipengaruhi oleh genetik, gaya hidup, pola makan, dan lingkungan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan kadar Interleukin-6 dan mengetahui apa penyebab peningkatan kadar Interleukin-6 pada populasi anak laki-laki di Kota Makassar. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi observasional yang memakai desain kohort untuk melihat hubungan dari kadar IL-6 terhadap kondisi obesitas. Pengukuran kadar IL-6 pada plasma menggunakan metode Roche- cobas 6000. Hasil analisis didapatkan bahwa kadar Interleukin 6 pada kondisi obesitas merupakan kriteria rendah dengan nllai kolerasi p= 0.372; p < 0.05. Sementara hubungan usia dengan kadar interleukin 6 diperoleh nilai kolerasi 0.096; p >0.05 artinya tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel atau termasuk kriteria sangat rendah. Hubungan kadar interleukin-6 pada populasi anak laki-laki dengan kondisi besitas terbilang cukup rendah dimana tidak terjadi peningkatan signifikan diantara keduanya. Tetapi, semakin tinggi Indeks massa tubuh seseorang kadar interleukin 6 terus meningkat walaupun tidak secara drastis.