Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pelatihan Pembuatan Biobriket Dari Limbah Biomassa Sekam Padi Kelompok Wanita Tani Subur Desa Gondang Kabupaten Lombok Utara Febriana Tri Wulandari; Rima Vera Ningsih; Raehnayati; Diah Permata Sari; Kornelia Webliana
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 6 No 4 (2023): Oktober-Desember 2023
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v6i4.5940

Abstract

Scarcity and rising oil prices will continue to occur due to its non-renewable nature. One of the alternative energy sources that is renewable by utilizing biomass waste Indonesia's energy potential from biomass is around 13,662 MWe with an installed capacity of 1,364 MWe in 2014. One of the biomass waste that can be utilized as biobriquette fuel is rice husk. The high potential of rice production in NTB supports the availability of raw materials for rice husk biobriquettes. Several studies related to biobriquettes have been conducted by researchers, including research on biobriquettes from coconut shells, sawdust, bamboo and brown skin. Research related to biobriquettes include: Research related to biobriquettes include: Effect of the Composition of Rice Husk Charcoal and Jatropha Seed Shell Charcoal on the Quality of Charcoal Briquettes, Thermal Characteristics of Rice Husk Charcoal Briquettes with Variations in Adhesive Materials, Determination of Optimum Conditions of Temperature and Carbonization Time in Making Charcoal from Rice Husks. Based on the research that has been conducted, rice husk will be applied into charcoal briquettes (biobriquettes) which can be an alternative fuel that is environmentally friendly and provides financial value for the lower middle class. It is hoped that by providing training in making charcoal briquettes from rice husks this will reduce rice husk waste, provide cheap and environmentally friendly alternative fuels and provide new jobs in the form of business groups so as to get additional income for the community. The objectives of the training activities for making briquettes from rice husk biomass waste are (1). Provide insight to the community about carbonization techniques (charcoal burning) (2). Provide insight into the technique of making biobriquettes, (3). Provide insight into new business opportunities in the community.
Modal Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Lembah Sempager di Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur Sofya Miranti Syafitri; Budhy Setiawan; Rima Vera Ningsih
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i3.391

Abstract

Salah satu solusi dari berbagai tantangan dalam pengelolaan Hutan Kemasyaraktan (HKm) adalah dengan memperkuat modal sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan Lembah Sempager meliputi tingkat kepercayaan (trust), jaringan sosial (network), dan norma sosial (social norms) serta memetakan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HKm Lembah Sempager berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Responden pada penelitian ini adalah anggota kelompok tani hutan (KTH) Lembah Sempager sebanyak 38 orang. Analisis modal sosial menggunakan skala likert dan untuk stakeholder menggunakan metode analisis stakeholder. Hasil penelitian ini menunjukkan modal sosial pada tingkat kepercayaan dan jaringan sosial masuk dalam kategori tinggi, dan norma sosial masuk dalam kategori sedang. Serta terdapat 5 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HKm Lembah Sempager, yaitu KTH Lembah Sempager, KPH Rinjani Timur Dinas LHK, BPDAS dan Pemerintah Desa Gunung Malang.
Analisis Pendapatan Usaha Kemiri (Aleurites moluccana) Pada Kelompok Tani Hutan Wahana Kawasan di Kawasan Hutan Gunung Sasak Desa Kuripan Selatan Kabupaten Lombok Barat Pratama, Dimas; Budhy Setiawan; Rima Vera Ningsih
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 4 (2024): November
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i4.491

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan juga faktor pendukung dan penghambat pendapatan usahatani kemiri Wahana Kawasan di Kawasan hutan Gunung Sasak. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuisioner. Penentuan responden menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah responden sebanyak 32 responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa total pendapatan rata-rata yang diperoleh kelompok tani hutan (KTH) Wahana Kawasan sebesar Rp 9.931.810,00 LLG/Tahun. Faktor pendukung dan penghambat pendapatan usahatani kemiri kelompok tani hutan Wahana Kawasan yaitu dari segi faktor pendukung memiliki hak izin pengelolaan lahan, tanaman kemiri tidak membutuhkan perawatan yang intensif, proses pemananen yang sangat mudah dilakukan dengan cara memungut buah kemiri yang sudah jatuh ke tanah, dan kegiatan pemasaran yang mudah dilakukan karena sudah adanya pengepul yang mengambil biji kemiri. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu pemanfaatan sumber mata air yang belum maksimal, kurangnya jaringan pemasaran mengakibatkan petani hanya menjual ke tempat pengepul saja, ketersediaan alat untuk pemecah cangkang kemiri belum ada, dan kurangnya bantuan modal dari pihak pemerintah mengakibatkan petani hanya menggunakan alat seadanya dalam proses pengelolaan usahatani kemiri nya.
Pelatihan Pembuatan Botol Bambu Laminasi (Laminated Bamboo Bottles) Kelompok Wanita Tani Subur Desa Gondang Kabupaten Lombok Utara Febriana Tri Wulandari; Raehanayati; Kornelia Webliana; Diah Permata Sari; Rima Vera Ningsih
Jurnal SIAR ILMUWAN TANI Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Siar Ilmuwan Tani
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jsit.v5i2.163

Abstract

Pengabdian terkait bambu diawali dengan melakukan penelitian sifat fisika dan mekanika beberapa jenis bambu pada beberapa Kawasan yaitu HKM Aik bual, KHDTK Senaru dan Sumbawa pada tahun 2019 dan 2020, tahun 2021 melakukan pembuatan bambu menjadi papan laminasi dan tahun 2022 melakukan kegiatan pengabdian papan laminasi bambu menjadi produk cutting board bamboo (talenan bambu). Selain dapat meningkatkan nilai ekonomis bambu juga mendukung pemanfaatan bahan baku yang ramah lingkungan (eco green) dalam rangka mengurangi penggunaan bahan baku plastik. Pelatihan ini diharapkan mendukung pemanfaatan bahan baku yang ramah lingkungan, menambah lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat desa. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini yaitu: memberikan modul tahapan pengawetan bahan baku bambu dan pembuatan botol bambu laminasi, menyediakan peralatan pembuatan bahan pengawet untuk bahan baku bambu, menyediakan peralatan pembuatan botol bambu laminasi dan menyediakan peralatan packing botol bambu laminasi. Hasil kegiatan pengabdian menunjukan peserta sangat antusias untuk mengembangkan produk botol bambu karena teknologi yang mudah dan sederhana sehingga peserta mudah memahami dan mengembangkan produk tersebut. Pemberian modul berupa leaflet diharapkan dapat memudahkan peserta kelompok usaha wanita tani subur memahami tahapan dalam pembuatan botol bambu.
Modal Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Lembah Sempager di Desa Gunung Malang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur Sofya Miranti Syafitri; Budhy Setiawan; Rima Vera Ningsih
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 3 (2024): Agustus
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i3.391

Abstract

Salah satu solusi dari berbagai tantangan dalam pengelolaan Hutan Kemasyaraktan (HKm) adalah dengan memperkuat modal sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modal sosial dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan Lembah Sempager meliputi tingkat kepercayaan (trust), jaringan sosial (network), dan norma sosial (social norms) serta memetakan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HKm Lembah Sempager berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Responden pada penelitian ini adalah anggota kelompok tani hutan (KTH) Lembah Sempager sebanyak 38 orang. Analisis modal sosial menggunakan skala likert dan untuk stakeholder menggunakan metode analisis stakeholder. Hasil penelitian ini menunjukkan modal sosial pada tingkat kepercayaan dan jaringan sosial masuk dalam kategori tinggi, dan norma sosial masuk dalam kategori sedang. Serta terdapat 5 stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan HKm Lembah Sempager, yaitu KTH Lembah Sempager, KPH Rinjani Timur Dinas LHK, BPDAS dan Pemerintah Desa Gunung Malang.
Analisis Pendapatan Usaha Kemiri (Aleurites moluccana) Pada Kelompok Tani Hutan Wahana Kawasan di Kawasan Hutan Gunung Sasak Desa Kuripan Selatan Kabupaten Lombok Barat Pratama, Dimas; Budhy Setiawan; Rima Vera Ningsih
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 4 (2024): November
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i4.491

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan juga faktor pendukung dan penghambat pendapatan usahatani kemiri Wahana Kawasan di Kawasan hutan Gunung Sasak. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan dengan teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuisioner. Penentuan responden menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah responden sebanyak 32 responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa total pendapatan rata-rata yang diperoleh kelompok tani hutan (KTH) Wahana Kawasan sebesar Rp 9.931.810,00 LLG/Tahun. Faktor pendukung dan penghambat pendapatan usahatani kemiri kelompok tani hutan Wahana Kawasan yaitu dari segi faktor pendukung memiliki hak izin pengelolaan lahan, tanaman kemiri tidak membutuhkan perawatan yang intensif, proses pemananen yang sangat mudah dilakukan dengan cara memungut buah kemiri yang sudah jatuh ke tanah, dan kegiatan pemasaran yang mudah dilakukan karena sudah adanya pengepul yang mengambil biji kemiri. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu pemanfaatan sumber mata air yang belum maksimal, kurangnya jaringan pemasaran mengakibatkan petani hanya menjual ke tempat pengepul saja, ketersediaan alat untuk pemecah cangkang kemiri belum ada, dan kurangnya bantuan modal dari pihak pemerintah mengakibatkan petani hanya menggunakan alat seadanya dalam proses pengelolaan usahatani kemiri nya.
Ecostructure and Endemicity of Plant Species in Lowland Plantation Typology (Hortipark) Karang Sidemen Village, West Nusa Tenggara Niechi Valentino; Muhamad Husni Idris; Andrie Ridzki Prasetyo; Musdi, Musdi; Rima Vera Ningsih; Muhammad Anwar Hadi
Jurnal Biologi Tropis Vol. 24 No. 2 (2024): April - Juni
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v24i2.6830

Abstract

The richness of local resources and the ecosystem potential of a village, one of which is the uniqueness of the lowland plantation ecosystem (hortipark), is the main key in supporting the success of sustainable rural development. The main focus of the research is to reveal the ecostructure and endemicity of plant biodiversity in the lowland plantation typology of Karang Sidemen Village, NTB. Data collection in the field used a systematic sampling design with random start method for 12 research plots. The results of observations found 1116 individuals, 29 tribes, 59 genera and 59 plant species at all levels of habitus, and there were 20 plant species endemic to Lesser Sunda. The highest INP tree is Ceiba pentandra (L.) Gaertn. (111.79%), stake rate of Tectona grandis Lf (136.97%), stake rate of Persea americana Mill. (82.86%), Dendrocnide stimulant (Lf) Chew seedling rate (130.48%), Musa × paradisiaca L. shrub rate (81.28%), Panicum brevifolium L. herb rate (32.53%), Chloranthus erectus (Buch-Ham) shrub rate) Wall. (46.64%), the level of the fern Macrothelypteris torresiana (71.22%) and the level of the liana Centrosema pubescens Benth (96.99%). The concentration of horizontal structures is in diameter classes 2 and 4 while the concentration of vertical structures is in class 1. The H' Index range has values ​​in the low - medium category with the highest H' being at the livestock level of 2.64. The E' index is in the medium - high category with the highest E' at the shrub level of 1.00. The R1 index is in the low - medium range, with the highest R1 at the livestock level of 3.45. The distribution of plant species is mostly clustered, especially at the herb level. Based on the Raunkiaer frequency class law, it is known that species in the lowland hortipark plantation ecosystem of Karang Sidemen Village are included in the type of artificial ecosystem with the highest frequency in class A (1-20%).