Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Kasus Dina dan Sikhem Ditinjau dari Perspektif Teologi dan Hukum Positif Christiaan, John Abraham
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 5, No 2 (2023): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v5i2.243

Abstract

The Bible honestly recounts various intriguing events with the aim of imparting faith lessons to Christians so that they may draw closer to God, avoid various events that give rise to the consequences of sin and the law. The story of the Rape of Sikhem is one example of the Bible's honesty. Circumcision, as a covenant between God and His chosen people, was used as a condition for the evil pact that Simeon and Levi made to kill Sikhhem, Hamor, and all the adult men of the land of Sikhem, then plunder their wealth and take captive the women and children of the land of Sikhem. This study aims to provide an overview of theological and legal perspectives on the case of Dina and Sikhem, in order to understand the intentions and purposes of the Word of God in this case, and from a legal perspective, the rules and criminal threats regarding the cases that occur in the story of Dina and Sikhem. The researcher used a qualitative method and concluded that cases of rape against minors cause various traumas in the lives of sexual violence victims, as well as premeditated murder and theft preceded by violence against Sikhem, Hamor, and the entire land of Sikhem.AbstrakAlkitab secara jujur mengisahkan berbagai kejadian menarik yang bertujuan untuk memberikan pelajaran iman kepada umat Kristen agar semakin dekat  dengan Tuhan, menghindari berbagai peristiwa yang menimbulkan dosa hukuman. Kisah pemerkosaan Sikhem terhadap Dina adalah salah satu bukti  kejujuran Alkitab. Sunat sebagai suatu kovenan antara Allah dengan umat pilihan-Nya dijadikan sebagai syarat untuk permufakatan jahat Simeon dan Lewi yang membunuh Sikhem dan Hemor serta seluruh laki-laki dewasa negeri Sikhem. Tindakan menjarah harta dan menawan perempuan dan anak-anak negeri Sikhem. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang perspektif teologi dan hukum mengenai  kasus Dina dan Sikhem, agar dapat diketahui maksud dan tujuan Firman Tuhan dalam kasus ini. Dari perspektif hukum ada  aturan-aturan serta ancaman pidana terhadap kasus-kasus yang terjadi dalam kisah Dina dan Sikhem. Peneliti menggunakan  metode kualitatif dan menyimpulkan  bahwa kasus pemerkosaan terhadap anak  di bawah umur menimbulkan berbagai trauma dalam kehidupan korban kekerasan seksual, serta adanya pembunuhan berencana dan pencurian yang didahului kekerasan terhadap Sikhem, Hemor dan seluruh negeri Sikhem.
AMNESTI: HAK PREROGATIF ILAHI YESUS YANG DIBERIKAN KEPADA PENJAHAT DI KAYU SALIB DILIHAT DARI SISI HUKUM POSITIF Christiaan, John Abraham; Simon, Simon; Dully, Stefanus
Manna Rafflesia Vol. 10 No. 2 (2024): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v10i2.381

Abstract

Penelitian ini hendak membuktikan suatu kata “amnesti” yang di dalam hukum positif Indonesia dikenal adanya pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan Presiden kepada orang atau kelompok yang bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewisjde). Amnesti yang diberikan oleh Presiden apakah dapat langsung diberikan ataukan menempuh berbagai prosedur serta membutuhkan waktu berapa lama, dan apa konsekwensinya ketika seseorang atau suatu kelompok telah menerima Amnesti. Dalam teologi Kristen, juga dikenal adanya amnesti atau pengampunan dosa. Pengampunan dosa diperlukan bagi seseorang untuk dapat mencapai Firdaus. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, dan juga melalui penelusuran dari berbagai sumber untuk menggali dan menemukan makna perkataan Yesus sebagaimana pada judul penilitian. Temuan penelitian ini mengemukakan bahwa pemberian amnesti kepada penjahat diatas kayu salib yang dilakukan Yesus menunjukan Ia adalah Tuhan pemilik kuasa yang dapat mengampuni dosa manusia.
Cermin Kehidupan Umat Kristen dalam Masyarakat Multikultural: Suatu Tinjauan Etika Kristen dan Pengaruhnya Terhadap Pendirian Rumah Ibadah Christiaan, John Abraham; Agung, Wulan
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 5, No 2 (2024): NOVEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v5i2.116

Abstract

Freedom of religion and worship is regulated in regulations regarding the establishment of places of worship and is an issue for Christians in areas with a majority of non-Christian religions. This research aims to find and discover the problem points of rejection of places of worship and the conditions for their establishment. The method used is qualitative with data collection through literature study. The results of the research found that several Christian houses of worship and their places of worship were often treated by the majority group as prohibiting worship, making it difficult to obtain approval for the establishment of houses of worship in accordance with applicable regulations. This condition encourages Christians to blend into the environment, carry out activities that are beneficial to local communities, and apply Christian ethical principles in a multicultural society as a form of implementing God's Word. The goal is for the church to be well received in the environment where the church is present. AbstrakKemerdekaan beragama dan beribadat diatur dalam peraturan tentang pendirian rumah ibadat dan menjadi peroalan bagi umat Kristen dilingkungan mayoritas agama Non Kristen. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menemukan titik persoalan dari penolakan rumah ibadat serta syarat-syarat pendiriannya. Metode yang digunakan adalah  kualitatif dengan pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ditemukan fakta bahwa beberapa rumah ibadat Kristen serta peribadatannya sering diperlakukan oleh kelompok mayoritas melakukan  pelarangan beribadat sampai dengan sulitnya untuk mendapatkan persetujuan pendirian rumah ibadat sebagaimana peraturan yang berlaku. Kondisi ini mendorong umat Kristen untuk berbaur dengan lingkungan, melakukan kegiatan bermanfaat masyarakat lokal, dan menerapkan prinsip-prinsip etika Kristen ditengah masyarakat yang multikultural  sebagai wujud pelaksanaan Firman Tuhan. Tujuannya agar gereja dapat diterima dengan baik dilingkungan di mana gereja hadir.Kata Kunci: Pendirian gereja, Etika Kristen, Masyarakat Multikultural
Peran Gereja Dalam Memperkuat Iman Jemaat: Strategi Mencegah Pemurtadan Di Era Modern Christiaan, John Abraham; Simon, Simon
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral Vol 5 No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v5i2.628

Abstract

The rise of Christians apostasy to other religions underlies the researcher to conduct this research. The method used in this study is qualitative descriptive where the research report contains data citations from manuscripts, interviews, field notes, videos, personal documents, notes or other official documents to find the truth in answering this research. The finding of this study is that apostasy occurs because the theological understanding of Christians is not deep. The strategy to prevent such apostasy is that the church must utilize technology as a means for understanding the Christian faith, carry out pastoral and pastoral care to the congregation seriously, as well as monitor contemporary issues that arise through social media that attack the Christian faith in an improper way, then conduct studies and provide the congregation with a correct theological understanding, the church can also use social media to convey true Christian teachings so that the Christian congregation can know the true teachings to ward off the heresy that leads to apostasy.
Studi Eksposisi Kejadian 12:1-3 dari Perspektif Hukum Perjanjian sebagai Pembuktian Tuhan tidak Wanprestasi Christiaan, John Abraham; Simon, Simon; Sudjoko, Sudjoko; Indratno, Yohanes Twintarto Agus
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 5, No 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v5i2.195

Abstract

According to Christian faith, the Bible is the Word of God; however, Christians are required to believe that it must be based on logic and common sense. Based on this statement, the researcher examines the Book of Genesis 12:1-3 from the perspective of contract law to prove whether the various promises between God and Abraham were promises that were realized or whether one of the parties was in default. If a default arises, then the Christian Bible is a purely fictional story, and the Christian faith is a faith without common sense. Based on the articles in contract law, the main agreement is exposed in Genesis 12:1-3 and the continuation of the agreement in articles 15 and 17. Researchers use qualitative methods by relying on data collection through a literature study. The data obtained is managed and analyzed so as to obtain the results as intended. In this research, it was proven that all agreements between God and Abraham had been implemented perfectly, and it was found that all the contents of the main agreement and the continuation of the agreement had been fulfilled. Abraham and his descendants, as recipients of the promise, have received the achievements promised by God. Abraham and his descendants became the source of curses and blessings for all people on earth. AbstrakAlkitab menurut iman umat Kristen adalah Firman Tuhan, namun demikian umat Kristen dituntut untuk beriman harus didasari dengan logikan dan akal sehat. Berdasarkan pernyataan ini, peneliti mengeksposisi Kitab Kejadian 12:1-3 dari perspektif hukum perjanjian untuk membuktikan apakah berbagai janji antara Tuhan dan Abraham tersebut adalah janji yang direalisasikan ataukah salah satu pihak timbul wanprestasi. Jika timbul wanpretasi, maka Alkitab Kristen adalah suatu cerita firktif belaka, dan iman Kristen adalah iman yang tanpa akal sehat. Berdasarkan pasal-pasal dalam hukum perjanjian, dieksposisi dari  perjanjian induk pada Kejadian 12 : 1-3 dan kelanjutan perjanjian pada pasal 15 dan 17.  Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan mengandalkan pengumpulan data melalui studi kepustakaan, data yang diperoleh dikelola dianalisa sehingga mendapatkan hasil sebagaimana maksud peneltian ini dan terbukti semua perjanjian antara Tuhan dan Abraham telah dilaksanakan secara sempurna, dimana ditemukan bahwa seluruh isi perjanjian induk dan kelanjutan perjanjian telah terpenuhi. Abraham dan keturunannya sebagai penerima janji telah menerima prestasi yang dijanjikan Tuhan dimana Abraham dan Keturunannya menjadi sumber kutuk dan berkat bagi semua kaum di muka bumi. Kata Kunci: Abraham, perjanjian Tuhan, Hukum, Kitab Kejadia 
Kajian Teologis Mengenai Anak Yang Dikorbankan Abraham Menurut Islam Dan Kristen: Polemik Dialog Teologis Adi, Didit Yuliantono; Christiaan, John Abraham; Lahama, Andre Nehemia
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 5, No 1 (2025): Teologi dan Pendidikan Kristen - April 2025
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v5i1.99

Abstract

This study seeks to address the theological polemic between Islam and Christianity concerning the identity of the son intended for sacrifice by Abraham. Based on the author’s observations, there is a significant divergence in the perspectives of Islam and Christianity on this issue. Islam asserts that the son to be sacrificed by Abraham was Ishmael, while Christianity maintains that it was Isaac, in accordance with the narrative found in the Bible. This research employs a qualitative methodology with a literature review approach, analyzing sources from books, journals, the Bible, and the Qur’an. The findings reveal that the theological divergence regarding the identity of Abraham's intended sacrificial son has the potential to generate interfaith tensions. Consequently, this study emphasizes the necessity of theological dialogue aimed at fostering mutual understanding between the two faiths, enabling constructive engagement without causing harm or offense.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengurai polemik antara Islam dan Kristen tentang siapakah anak yang akan dikorbankan oleh Abraham. Berdasarkan pengamatan penulis, Islam dan Kristen memiliki perbedaan tentang hal ini. Islam meyakini bahwa yang akan dikorbankan Abraham adalah Ismail, sedangkan Kristen percaya bahwa yang akan dikorbankan oleh Abraham adalah Ishak, sesuai dengan yang dikatakan oleh Alkitab. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur melalui buku, jurnal, Alkitab dan Al-Qur’an. Dari penelitian ini ditemukan fakta yaitu perbedaan keyakinan tentang siapa yang akan dikorbankan oleh Abraham dalam Islam dan Kristen bisa menimbulkan polemik, oleh karena itu diperlukan dialog teologis yang berkaitan dengan tema ini agar kedua belah pihak saling memahami perbedaan tanpa saling melukai.
Model Pelayanan Kontekstual Kiai Sadrach dalam Pekabaran Injil di Tanah Jawa Suranto, Suranto; Christiaan, John Abraham
Philoxenia: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani - November 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvary - Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.374 KB) | DOI: 10.59376/philo.v1i1.5

Abstract

The basis of this research is the interest of researchers in the development of Christians in java which is so rapid until now, which is said to have originated from local indigenous gospel preachers who had not previously believed in Christ, but later became a very bitter person in the spread of Christianity in Java. One of the important figures in the development of Christian teaching in Java is inseparable from the role of a man named Radin, who later became Radin Abas and after being babtis became Kiai Sadrach. The development of Javanese Christianity is part of the unique and interesting way of ministry of Kiai Sadrach, because his risky way of arguing and his strong beliefs made him win in every debate so that many people have become believers in the gospel of Christ in Java until today. The method used in this paper is qualitative with a literature study approach. The contextual service model carried out by Radin Abas aka Kiai Sadrach is very memorable and acceptable to the local people of Java, especially Central Java. As a result, Christianity in Java has grown rapidly until now, even then Kiai Sadrach was named the Apostle of Java.  AbstrakDasar penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap berkembangnya umat Kristen di tanah Jawa yang begitu pesat sampai saat ini, yang konon berawal dari para pekabar injil pribumi lokal yang sebelumnya tidak percaya Kristus, namun kemudian menjadi orang yang sangat getol dalam penyebaran agama Kristen di Tanah Jawa. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan ajara Kristen di tanah Jawa tidak terlepas dari peranan seorang yang bernama Radin, yang kemudian menjadi Radin Abas dan setelah di babtis menjadi Kiai Sadrach. Berkembangnya Kristen Jawa adalah bagian dari cara pelayanan Kiai Sadrach yang unik dan menarik, karena cara berdebat yang penuh resiko dan keyakinannya yang tegus membuatnya menang dalam setiap debat sehingga banyak orang menjadi percaya kepada Injil Kristus di tanah Jawa hingga saat ini. Metode yang digunakan dalam tulisan ini kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Tujuan Penelitian ini adalah, peneliti ingin mengungkap cara pelayanan kontektual Kiai Sadrach agar dapat menjadi wacana pekabaran Injil dengan cara kontekstualisasi. Model pelayanan kontekstual yang dilakukan oleh Radin Abas alias Kiai Sadrach sangat berkesan dan dapat diterima oleh masyarakat lokal tanah Jawa terkhusus Jawa Tengah. Dampaknya Kekristenan di Jawa berkembangan pesat sampai saat ini, bahkan kemudian Kiai Sadrach dinobatkan menjadi Rasul Jawa. Kata Kunci: Sadrakch, Kontekstual, Injil dan Budaya, Jawa
Teologi Feminisme dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman Iman Kristen dalam Kesetaraan Gender Christiaan, John Abraham; Dully, Stefanus
Jurnal Salvation Vol. 6 No. 1 (2025): Juli 2025
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/salvation.v6i1.56

Abstract

Abstract: This study aims to critically examine the emergence of feminist theology as a contemporary phenomenon that influences Christian understanding of doctrinal faith rooted in the authority of Scripture. Feminist theological movements tend to apply subjective interpretations to biblical texts, including a reinterpretation of God, Jesus Christ, and the Holy Spirit through a feminist lens that rejects the traditionally masculine depiction of the divine. Utilizing a qualitative approach through literature review, this research analyzes key writings from both feminist theologians and orthodox Christian scholars. The findings reveal that feminist theology does not merely offer an alternative reading of Scripture, but actively deconstructs traditional theological doctrines by embedding an extreme and liberal ideology that contradicts the biblical view of women's roles in ministry and church leadership. The novelty of this study lies in its critical, biblically conservative perspective on feminist theology, which remains underexplored in the Indonesian context. The implications highlight the urgent need for theological vigilance within the church to guard against secular ideologies cloaked in theological language, while encouraging a return to the authority and integrity of God’s Word. Abstrak: Studi ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis kemunculan teologi feminis sebagai sebuah fenomena kontemporer yang memengaruhi pemahaman umat Kristen terhadap doktrin iman yang bersumber dari Alkitab. Gerakan ini cenderung melakukan penafsiran subjektif terhadap teks-teks Kitab Suci, termasuk reinterpretasi terhadap Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus melalui lensa feminis yang menolak gambaran ilahi dalam bentuk maskulin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka terhadap literatur teologi feminis dan tulisan-tulisan teolog ortodoks. Hasil analisis menunjukkan bahwa teologi feminis bukan sekadar menawarkan pembacaan alternatif, tetapi secara aktif mendekonstruksi ajaran teologis tradisional dan menanamkan ideologi liberal yang ekstrem, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip iman Kristen mengenai peran perempuan dalam pelayanan dan kepemimpinan gereja. Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penyajian perspektif kritis berbasis teologi konservatif Alkitabiah terhadap wacana feminisme teologis, yang masih jarang disoroti secara mendalam di konteks Indonesia. Implikasi dari temuan ini menegaskan perlunya kewaspadaan teologis dalam tubuh gereja, agar tidak terpengaruh oleh arus ideologi sekuler yang dikemas dalam kerangka teologis, serta mendorong gereja untuk tetap setia pada otoritas dan integritas firman Tuhan
Teologi Politik Paulus sebagai Respons terhadap Konflik Ideologi dan Kepatuhan Hukum Taurat pada Jemaat Galatia Christiaan, John Abraham; Manuputty, Mozes
KHAMISYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 3, No 1 (2025): OKTOBER
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Batu, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71415/jkmy.v3i1.65

Abstract

This article examines the political theology of the Apostle Paul in the Letter to the Galatians as a response to the ideological conflict that arose from the insistence of the Judeo-Christian group that non-Jewish congregations obey the Law of Moses. In the pluralistic socio-political context of the province of Galatia, which was under Roman rule, religious identity became a battleground between loyalty to Jewish law and new freedom in Christ. Through a historical-theological approach and narrative analysis, this article asserts that Paul not only defended his apostolic authority but also shaped a vision of a transnational community that transcended ethnic and legal boundaries, grounded in love and freedom in the Spirit. Paul's political theology serves as a sharp critique of exclusive ideologies that enslave people, while simultaneously offering an alternative inclusive and eschatological community in Christ. AbstrakArtikel ini mengkaji teologi politik Rasul Paulus dalam Surat Galatia sebagai respons terhadap konflik ideologis yang muncul akibat desakan kelompok Yudeo-Kristen agar jemaat bukan Yahudi menaati Hukum Taurat. Dalam konteks sosial-politik provinsi Galatia yang plural dan berada di bawah kekuasaan Romawi, identitas keagamaan menjadi medan tarik menarik antara kesetiaan kepada hukum Yahudi dan kebebasan baru dalam Kristus. Melalui pendekatan historis-teologis dan analisis naratif, artikel ini menegaskan bahwa Paulus tidak hanya membela otoritas kerasulannya, tetapi juga membentuk suatu visi komunitas transnasional yang melampaui batas-batas etnis dan hukum, berlandaskan kasih dan kebebasan dalam Roh. Teologi politik Paulus menjadi kritik tajam terhadap ideologi eksklusif yang membelenggu umat dan sekaligus menawarkan alternatif komunitas yang inklusif dan eskatologis dalam Kristus. Kata Kunci: Paulus, Teologi Politik, Galatia, Hukum Taurat
Menelisik Kasus Penodaan Agama oleh Rohaniawan ditinjau dari Perspektif Hukum dan Homilitika Christiaan, John Abraham; Simon, Simon; Sukrisno, Aji
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 4 No. 1 (2024): Juli 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53814/eleos.v4i1.104

Abstract

Abstract: In Indonesia, cases of religious blasphemy are still very vulnerable because the government has not strictly implemented supervision and action. Relevant law enforcers should be able to take firm action in monitoring, preventing, and taking action without having to wait for complaints from the public, but in reality, there is negligence by the government. Therefore, this research aims to provide preachers and Christian apologists with a real picture of how to carry out apologetics that do not conflict with the law and how to focus on the science of homiletics in preaching without having to offend the teachings of other religions. The method used in this research is analytical-descriptive, relying on a literature review. From the research results, it was found that the interpretation made by the Christian clergy was wrong, and this was a violation of the law on blasphemy. However, if this interpretation is not an error, then the clergy should be free by law. Abstrak: Di Indonesia masih sangat rentan terjadi kasus-kasus penodaan agama karena pemerintah belum secara tegas melakukan pengawasan, dan penindakan. Penegak hukum terkait seharusnya dapat melakukan tindakan tegas dalam mengawasi dan mencegah serta melakukan penindakan tanpa harus menunggu aduan dari Masyarakat, namun pada kenyataannya terjadi pembiaran oleh pemerintah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan memberikan gambaran nyata kepada para pengkhotbah, para apologet Kristen agar berapologetik yang tidak bertentangan dengan hukum, serta bagaimana berfokus pada ilmu homiletika dalam berkhotbah tanpa harus menyinggung ajaran agama lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan mengandalkan kajian literatur. Dari hasil penelitian ditemukan jika tafsiran yang dilakukan oleh rohaniawan Kristen tersebut adalah keliru, maka ini merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tentang penodaan agama. akan tetapi jika tafsiran tersebut bukan suatu kesalahan, maka seharusnya rohaniawan tersebut harus bebas demi hukum.