Cyberbullying dapat menimbulkan dampak emosional dan psikologis yang besar pada remaja. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengalaman siswa dengan cyberbullying dari perspektif mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk cyberbullying di sekolah, menganalisis peran lingkungan sosial terhadap korban, menelaah pengaruh nilai dan kebijakan sekolah dalam penanganannya, serta mengeksplorasi strategi siswa dalam menghadapi cyberbullying secara individu maupun kelompok. Metode penelitian ini adalah etnografi. Etnografi bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipan dan analisis dokumen. Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru dan guru BK SMA pada Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa 1) Cyberbullying di sekolah muncul dalam berbagai bentuk seperti penyebaran fitnah (denigration), pelecehan daring (harassment), dan pengucilan (exclusion). Media sosial terutama WhatsApp, Instagram, dan Facebook menjadi ruang utama terjadinya perundungan digital yang mencerminkan dinamika sosial remaja; 2) Dukungan dari teman, guru, dan keluarga sangat menentukan ketahanan korban. Lingkungan yang empatik membantu siswa menghadapi tekanan secara positif, sementara sikap abai memperburuk kondisi psikologis siswa; 3) Nilai-nilai keislaman dan adat peumulia jamee memiliki potensi mencegah perundungan digital, tetapi penerapannya di sekolah masih terbatas. Kebijakan yang ada cenderung administratif dan belum menyentuh pembentukan karakter serta etika bermedia; dan 4) Siswa menggunakan strategi adaptif seperti mencari dukungan sosial dan menghindari pelaku, serta strategi maladaptif seperti membalas atau menarik diri. Keberhasilan strategi sangat dipengaruhi oleh tingkat self-efficacy dan kemampuan regulasi diri siswa.